Mengenal Attention Seeker yang Senang Cari Perhatian, Apa Kamu Termasuk
BANYAK artis baik dalam negeri maupun luar negeri yang senang bikin sensasi dan mencari perhatian. Nah, perilaku bikin sensasi dan mencari perhatian, membuat seseorang dijuluki attention seeker.
Apakah perilaku attention seeker terkait dengan masalah gangguan kepribadian ?
Data kesehatan yang dipublikasikan oleh Psych Central menyebut kan, bahwa seseorang yang suka mencari perhatian secara berlebihan bisa merujuk pada gejala gangguan kepribadian histrionik (HPD), dikutip dari Sheppardpratt.

Dijelaskan lebih lanjut, seseorang dengan gangguan kepribadian histrionic ini, umumnya memang ingin menjadi pusat perhatian di setiap kelompok orang, dan cenderung merasa tidak nyaman ketika dirinya tidak mendapatkan perhatian dari banyak orang.
Pengidap gangguan kepribadian dengan gejala suka mencari perhatian ini kerap mengalami kesulitan ketika orang tidak fokus secara eksklusif pada diri mereka. Melansir Healthline, orang yang memiliki gangguan kepribadian tersebut, terkadang melakukan perilaku provokatif untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, seseorang dengan gangguan kepribadian histrionik sering mengalami kesulitan mencapai keintiman secara emosional dan sering merusak interaksi sosialnya karena gayanya yang provokatif, dan sering merasa kesal bahkan juga bisa sampai depresi ketika dirinya tidak lagi menjadi pusat perhatian.
Selain itu, orang-orang seperti ini cenderung bosan dengan rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari. Orang-orang ini sering tidak toleran terhadap aktivitas yang tertunda dan suka mengarahkan diri sendiri untuk bisa cepat mendapatkan kepuasan.
Secara rasio jenis kelamin, dikatakan kalau gangguan kepribadian histrionic memang lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Gangguan ini terjadi pada sekitar 1,8 persen dari penduduk dunia loh!
Seperti kebanyakan gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian histrionik biasanya akan menurun intensitasnya seiring bertambahnya usia. Banyak orang mengalami beberapa gejala paling ekstrim saat sudah berusia 40 atau 50-an.








