Wall Street Dibuka Bervariatif, Sektor Teknologi Masih Tertekan
IDXChannel – Indeks utama Amerika Serikat (AS), Wall Street, dibuka beragam pada perdagangan Jumat (12/12/2025). Hal itu dipengaruhi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) meskipun kekhawatiran atas valuasi AI membebani sektor teknologi.
Dow Jones Industrial Average naik 10 poin, atau 0,1 persen, sementara indeks S&P 500 turun 10 poin atau 0,2 persen, dan NASDAQ Composite turun 75 poin atau 0,3 persen.
Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu, seperti yang diharapkan, tetapi Ketua Fed Jerome Powell terlihat mengambil sikap yang jauh kurang agresif daripada yang dikhawatirkan selama konferensi pasca-pertemuan.
Powell juga mengatakan The Fed akan mulai membeli obligasi pemerintah senilai USD40 miliar per bulan berlaku segera. Langkah tersebut berpotensi melepaskan lebih banyak likuiditas ke pasar, melonggarkan kebijakan moneter, dan kemungkinan meningkatkan aset berisiko.
Para investor masih memperkirakan setidaknya 50 bps pelonggaran moneter tahun depan dengan harapan bahwa calon Ketua Fed yang ditunjuk Presiden AS Donald Trump kemungkinan besar akan menjadi pendukung kebijakan pelonggaran moneter, terutama mengingat penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett yang merupakan kandidat terdepan untuk posisi tersebut.
BCA Research memperkirakan tahun 2026 akan menjadi tahun yang konstruktif bagi pasar saham, tetapi memperingatkan bahwa potensi kenaikan S&P 500 kemungkinan akan terbatas meskipun latar belakang makroekonomi mendukung.
Dalam prospek baru, perusahaan tersebut mengatakan bahwa pelonggaran moneter, dukungan fiskal, belanja modal terkait GenAI, dan pertumbuhan pendapatan yang kuat jelas positif untuk saham, tetapi menekankan bahwa valuasi sudah terlalu tinggi, dan kekhawatiran tentang gelembung pasar saham terlalu dibesar-besarkan.
BCA Research memperkirakan S&P 500 akan berakhir tahun depan antara 7.200 dan 7.500, yang menyiratkan pengembalian hanya 5–10 persen.
Goldman Sachs juga memiliki pandangan positif terhadap pasar ekuitas AS memasuki 2026.
(Febrina Ratna Iskana)










