3 Sinyal Ekonomi Amerika Serikat di Ambang Resesi

3 Sinyal Ekonomi Amerika Serikat di Ambang Resesi

Ekonomi | sindonews | Senin, 18 Agustus 2025 - 11:19
share

Ekonom Moody's, Mark Zandi berpikir bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) sudah berada di jurang resesi, dimana Ia mengatakan ada beberapa sinyal yang menunjukkan bahwa resesi sudah tiba. Ia melontarkan peringatan soal proyeksi suram ekonomi pekan lalu, dan serangkaian postingan di media sosial setelahnya.

Ia memantau, bahwa ekonomi AS sedang mengalami penyusutan. Namun topik resesi sangat diperdebatkan, ketika para ekonom secara konsisten mendiskusikan apa yang memenuhi syarat sebuah ekonomi bisa disebutkan sedang atau akan mengalami resesi.

Baca Juga: Tarif Trump Tak Akan Cukup Bayar Utang Rp603.174 Triliun, AS Bakal Krisis?

Meskipun AS secara reknis belum diterpa resesi, yang umumnya didefinisikan saat ekonomi suatu negara selama dua kuartalan beruntun mengalami pertumbuhan negatif. Selain itu beberapa sektor di AS, seperti pasar tenaga kerja sudah mengeluarkan peringatan.

Dalam postingan di X, Zandi mencatat bahwa secara historis, jawaban tentang apa yang menandakan resesi tidak selalu jelas hingga setelah keadaan berubah. Namun dalam thread tersebut, ia menguraikan beberapa faktor kunci seperti, gaji pekerja, lowongan pekerjaan, dan jumlah pekerja. Ia mengatakan bahwa National Bureau of Economic Research (NBER) dianggap sebagai penentu kapan resesi dimulai dan berakhir, diterangkan bahwa ada satu faktor kunci yang dipertimbangkan oleh para peneliti akademis di atas yang lain.

"Sementara mereka melihat banyak data untuk membuat penentuan ini, yang paling penting, jauh lebih penting, adalah payroll employment," katanya.

Ia menambahkan bahwa jika sektor pekerjaan menurun selama lebih dari satu bulan berturut-turut, ekonomi telah memasuki kemerosotan. Zandi mengatakan, bahwa payroll employment belum turun tetapi, terang dia hampir tidak meningkat sejak Mei, yang tampaknya dia anggap mengkhawatirkan.

"Mengingat bahwa revisi baru-baru ini terhadap angka pekerjaan secara konsisten lebih rendah, jauh lebih rendah, tidak mengherankan jika revisi yang akan datang bahwa pekerjaan bakal menurun," katanya.

Untuk faktor kedua, Zandi menunjukkan bahwa lapangan kerja lebih rendah di banyak industri. Dia mengatakan bahwa sebelumnya, jika setengah dari 400 industri yang disurvei melaporkan penurunan lapangan kerja, maka resesi ekonomi sudah dimulai.Dia menyebutkan data terbaru yang mengungkapkan bahwa pada bulan Juli 2025, lebih dari 53 industri melaporkan pemutusan hubungan pekerjaan atau PHK, dimana hanya sektor kesehatan yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja.

"Tapi pengangguran adalah indikator yang terlambat dan mengingat bahwa angkatan kerja stagnan tahun ini seiring dengan menurunnya jumlah pekerja, pengangguran akan menjadi barometer resesi yang sangat tidak akurat," tambahnya.

Zandi menyimpulkan bahwa ekonomi AS masih belum berada dalam resesi, seperti yang dibuktikan oleh faktor penurunan pekerjaan. "Resesi didefinisikan sebagai penurunan pekerjaan yang persisten-penurunan berlangsung setidaknya selama beberapa bulan," katanya.

"Kita belum sampai di sana."

Baca Juga: Ray Dalio Kirim Peringatan Serius ke Amerika: Utang Membengkak Sentuh Rp603.174 Triliun

Dia mengatakan bahwa arus ekonomi dapat berubah jika kebijakan membebani pertumbuhan. Dalam postingan sebelumnya, Zandi mengatakan bahwa kebijakan Trump, terutama tarif dan imigrasi, adalah penggerak besar dari pandangannya bahwa ekonomi berada di tepi penurunan.

Topik Menarik