Bansos Pangan 2026 Dipastikan Tak Bergantung Anggaran Sri Mulyani
JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan bantuan pangan berupa beras tidak lagi tergantung dengan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Rencana penyaluran bantuan pangan sedang dipersiapkan untuk bisa dilaksanakan di 2026.
"Peningkatan harga beras hari ini di beberapa tempat sudah ada 5 sampai 10, namun kami masih menunggu ABT untuk SPHP beras. Kami sudah melaporkan ke Kemenkeu. Ke depannya, izin bersama Komisi IV DPR RI, agar dapat mempersiapkan perencanaan untuk 2026," ungkap Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, Senin (23/6/2025).
Arief menyampaikan, pihaknya telah membuat rencana sehingga semua SPHP, bantuan pangan, bantuan pangan luar negeri, itu tidak perlu menunggu ABT dari Kemenkeu. Akan tetapi sudah ada anggarannya yang disiapkan di situ.
Dirinya memastikan bahwa stok beras akan disalurkan ke masyarakat dalam waktu dekat. Menurutnya, hal ini dilakukan dalam upaya memitigasi harga beras yang mulai berfluktuasi.
Arief menyebut, pihaknya telah menentukan penugasan melalui rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto dan Menko Pangan Zulkifli Hasan. Ia menegaskan bahwa bantuan langan akan segera disalurkan ke 18,3 juta penerima dalam satu kali pengiriman.
"Bapanas telah menentukan penugasan. Pertama, bantuan pangan beras sebagai stimulus ekonomi selama 2 bulan, Juni dan Juli. Ada 18,3 juta penerima dan diupayakan 1 kali kirim. Jadi 20 kilogram beras," tutur Arief.
"Kedua, Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras. Penyaluran dari Januari sampai Idulfitri kemarin sebesar 181 ribu ton. Lalu diberhentikan sementara. Ini agar di saat panen raya dapat mengisi stok CBP, sehingga hari ini total stok ada 4,15 juta ton," tambahnya.
Lebih lanjut Arief mengungkap, 1,8 juta tonnya adalah transfer stok dari 2024 dan penyerapan beras dalam negeri 2,5 juta ton juga merupakan serapan terbaik.
Disebutkan, perkiraan produksi beras Indonesia pada periode 2025/2026 dapat mencapai 35,6 juta ton. Sementara negara produsen beras terbesar yang pertama adalah India dengan 146,6 juta ton.
Lalu Tiongkok 143 juta ton dan di tempat ketiga adalah Bangladesh dengan 40,7 juta ton. Namun dibandingkan 3 negara tersebut, Indonesia mencatatkan perkembangan produksi yang paling signifikan terhadap periode sebelumnya, yakni 4,5.