Bos Telegram Wariskan Hartanya Rp227 Triliun ke 100 Anak, Termasuk dari Hasil Donor Sperma

Bos Telegram Wariskan Hartanya Rp227 Triliun ke 100 Anak, Termasuk dari Hasil Donor Sperma

Ekonomi | sindonews | Minggu, 22 Juni 2025 - 09:15
share

Pavel Durov, pendiri aplikasi perpesanan Telegram, membuat kejutan dengan menyiapkan warisan fantastis senilai USD14 miliar atau setara Rp227 triliun untuk lebih dari 100 anaknya, termasuk yang lahir dari donor sperma.

Masing-masing anak berhak mendapat bagian sekitar USD132 juta atau setara Rp3,2 triliun, meski dengan syarat ketat mereka baru bisa mengakses harta itu setelah 30 tahun. Dalam wawancara dengan Le Point, Durov mengaku telah menulis wasiat yang tidak membedakan antara anak kandung dan anak hasil donor sperma.

"Mereka semua anak saya dan akan punya hak sama. Saya tak ingin mereka berebut harta setelah saya tiada," ujarnya dikutip dari Fortune, Minggu (21/6).

Baca Juga: Konflik Trump - Musk Memanas, Perang Alien Vs Predator Dimulai?

Durov memiliki enam anak resmi dari tiga hubungan berbeda, serta lebih dari 100 anak lain yang dikandung melalui donor sperma selama 15 tahun terakhir di 12 negara. Meski sebagian besar mungkin tak tahu identitas ayah biologisnya, tes DNA bisa membuktikan hubungan mereka dengan miliarder kelahiran Rusia itu.CEO klinik sperma Give Legacy, Khaled Kteily, menjelaskan, verifikasi anak-anak tersebut bergantung pada status donor Durov, apakah diketahui orang tua atau anonim. "Jika ada yang mengklaim, tes paternitas bisa mengonfirmasi," katanya.

Namun, warisan ini tak bisa dinikmati dalam waktu dekat. Durov menegaskan, anak-anaknya harus hidup mandiri dulu. "Saya ingin mereka membangun diri sendiri, tidak bergantung pada uang," tegasnya.

Kebijakan ini kontras dengan sejumlah miliarder lain seperti Bill Gates yang hanya mewariskan kurang dari 1 kekayaannya untuk anak-anaknya. Durov, 40 tahun, dikenal sebagai sosok kontroversial.

Setelah mendirikan Telegram pada 2013, ia kabur dari Rusia karena menolak permintaan pemerintah memblokir kelompok oposisi di VKontakte, jejaring sosial sebelumnya. Kini, ia menetap di Dubai dengan kewarganegaraan ganda.

Baca Juga:Breaking News: AS Resmi Serang Iran, Bombardir 3 Situs NuklirTelegram, platform yang mengusung kebebasan berekspresi, kerap dituding menjadi sarana kejahatan. Agustus 2024, Durov diselidiki otoritas Prancis atas dugaan keterlibatan dalam transaksi narkoba dan penyebaran konten ilegal, termasuk eksploitasi anak. Meski dibatasi bepergian, ia akhirnya diizinkan kembali ke Dubai.

Pengacara Durov, David-Olivier Kaminski, membantah kliennya terlibat kejahatan. "Tuduhan ini tidak berdasar," katanya. Namun, kritik terhadap moderasi Telegram terus mengalir, terutama soal maraknya misinformasi dan konten ekstrem.

Di tengah kontroversi, rencana warisan Durov justru memicu perdebatan. Sebagian memuji kesetaraannya, sementara lainnya meragukan mekanisme pembagian untuk 100+ anak yang tersebar global. "Ini tak biasa, tapi Durov selalu tak konvensional," ujar analis teknologi, Maria Kovac.

Sementara, miliarder seperti Laurene Powell Jobs dan Guy Fieri memilih tak memberikan kekayaan penuh pada anak. Fieri bahkan mensyaratkan anak-anaknya meraih dua gelar sarjana sebelum mewarisi hartanya.

Warisan ini bagi Durov bukan sekadar transfer kekayaan, tapi juga pesan filosofis. "Uang harus jadi alat, bukan tujuan," ujarnya. Kini, dunia menunggu bagaimana 100 calon pewarisnya menyikapi hadiah yang penuh syarat ini.

Topik Menarik