Saham Perkapalan Pesta Lagi, BULL-SMDR Cs Melesat Belasan Persen
IDXChannel – Saham emiten perkapalan dan jasa angkutan kembali menjadi sorotan menyusul lonjakan harga yang signifikan pada perdagangan Senin (29/12/2025).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) ditutup melejit 16,84 persen ke Rp444 per unit. Dalam sebulan terakhir, saham BULL melesat 47 persen, sedangkan sepanjang 2025 terbang 270 persen.
Di bawah BULL, saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) meningkat 15,22 persen ke Rp212 per unit. Saham BBRM melambung 168 persen selama 2025.
Kemudian, saham PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) naik 14,60 persen, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) melompat 13,41 persen, PT Humpuss Maritin Internasional Tbk (HUMI) tumbuh 12,62 persen.
Nama-nama lainnya, saham GTSI terkerek 9,84 persen, SOCI terapresiasi 9,70 persen, MBSS 9,20 persen, PSSI 5,75 persen, WINS 4,20 persen, TMAS 3,82 persen, dan NELY 1,48 persen.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji menyoroti reli saham-saham sektor perkapalan dalam beberapa waktu terakhir yang dinilai sudah cukup agresif.
“Emiten-emiten perkapalan ada yang uptrend, bahkan pergerakan sahamnya juga bullish. Tapi jadinya extreme overbought,” ujarnya, Senin (29/12/2025).
Ia menjelaskan, penguatan tersebut ditopang oleh beragam sentimen positif, termasuk peningkatan permintaan.
“Sebenarnya, sentimennya banyak. Misalnya, sentimen terkait peningkatan demand di sektor perkapalan, pelayaran, sehingga aktivitas pasar di sektor tersebut ramai,” kata Nafan.
Selain faktor permintaan, aksi korporasi juga menjadi pendorong utama pergerakan saham sektor ini.
“Belum lagi juga aksi korporasi mendukung, misalnya tujuannya untuk ekspansi bisnis, penambahan armada,” lanjutnya.
Nafan mencontohkan ekspansi yang dilakukan GTSI dan HUMI melalui penambahan armada untuk mendukung bisnis LNG.
Meski demikian, ia menyarankan investor mulai selektif menyikapi kenaikan harga saham.
“LEAD, BBRM, BULL, GTSI, SMDR, SOCI boleh sell on strength. Hold HUMI dengan target harga (TP) di 238. WINS wait and see,” demikian kata Nafan.
Sebelumnya, Founder WH Project William Hartanto juga menyoroti kenaikan saham-saham sektor perkapalan yang belakangan menarik perhatian pasar. Menurut dia, penguatan tersebut dipicu oleh kombinasi aksi korporasi, kinerja emiten, serta faktor momentum.
“Beberapa ada yang aksi korporasinya dianggap menarik oleh pasar, seperti SOCI yang menambah anak usahanya di Dubai dan Marshall Islands, atau SMDR yang menarik dari kinerja emiten. Sementara, sisanya lebih ke mengikuti momentum,” kata William, 19 Desember lalu.
Kabar dari BULL hingga GTSI
BULL optimistis menatap 2026 dengan mengandalkan strategi empat pilar bisnis, yakni oil tanker, LNG tanker, serta FSO, FPSO, dan FSRU, guna menjaga stabilitas pendapatan dan mendorong pertumbuhan laba.
Sebagai informasi, FSO (Floating Storage and Offloading) berfungsi sebagai unit penyimpanan dan penyaluran minyak, FPSO (Floating Production, Storage and Offloading) mencakup produksi hingga pengapalan minyak dan gas, sementara FSRU (Floating Storage and Regasification Unit) digunakan untuk penyimpanan LNG sekaligus proses regasifikasi.
Dalam Public Expose 2025, manajemen menilai prospek pasar tanker global masih solid, ditopang inefisiensi logistik internasional, perubahan jalur perdagangan energi akibat sanksi geopolitik, serta regulasi IMO.
Meski sebagian besar armada beroperasi di pasar spot, tingkat utilisasi kapal BULL tetap tinggi di kisaran 90-95 persen.
Selain itu, prospek LNG dinilai semakin kuat, seiring proyeksi lonjakan volume angkutan global dan rencana penghentian impor LNG Rusia oleh Eropa mulai 2026-2027.
BULL juga aktif mengikuti tender FSO, FPSO, dan FSRU yang dinilai strategis untuk membangun fondasi pendapatan jangka panjang.
Dari sisi ekspansi, perseroan membuka peluang peningkatan armada hingga 50 persen pada 2026, didukung kondisi keuangan yang lebih sehat setelah proses deleveraging. Pendanaan ekspansi akan berasal dari kombinasi ekuitas, pinjaman bank, hingga obligasi.
Kemudian, dalam keterbukaan pada 19 Desember 2025, LEAD mengumumkan penjualan dua unit kapal kepada pihak nonafiliasi dengan nilai transaksi mencapai USD8,35 juta. Dana hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk membayar sebagian pinjaman perseroan.
Sementara, BBRM menegaskan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan maupun keputusan investasi pemodal.
Dalam keterbukaan informasi tertanggal 4 Desember 2025, manajemen menyatakan tidak terdapat kejadian penting selain yang telah diungkapkan dalam laporan tahunan, laporan keberlanjutan, dan laporan keuangan kuartalan.
Perseroan juga menegaskan seluruh informasi material, termasuk rencana pembangunan atau pembelian kapal, telah disampaikan kepada publik.
Senada dengan BBRM, SMDR juga menegaskan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan maupun keputusan investasi pemodal, selain informasi yang telah disampaikan kepada OJK dan BEI.
Berdasarkan keterbukaan informasi 9 Desember 2025, manajemen menyatakan hingga saat ini tidak terdapat informasi, fakta, atau kejadian penting yang bersifat material yang belum diungkapkan kepada publik dan berpotensi mempengaruhi harga efek maupun kelangsungan usaha Perseroan.
SMDR mencatat, pada 3 Desember 2025 terjadi peningkatan signifikan pada Baltic Dry Index, yang merupakan salah satu indikator global untuk memantau pergerakan tarif angkutan laut (freight rate). Namun, SMDR menegaskan tidak terdapat informasi material lain yang berkaitan langsung dengan kondisi tersebut.
Emiten lainnya, GTSI menegaskan fokus ekspansi pada bisnis LNG, terutama FSRU dan Mini LNG Plant, sebagaimana disampaikan dalam Public Expose 2025 pada 18 Desember lalu.
Dari sisi efisiensi, GTSI mengoptimalkan sinergi dengan Humpuss Group melalui pelatihan karyawan terintegrasi dan penguatan posisi tawar pembiayaan.
Untuk pertumbuhan, perseroan merencanakan pengembangan Mini LNG Plant lewat skema EPC dengan Pertamina serta akuisisi fasilitas yang telah beroperasi. Proyek ini disertai rencana kerja sama investor China dengan estimasi investasi USD15-USD20 juta.
Di segmen FSRU, GTSI menilai bisnis ini menawarkan kontrak jangka panjang yang stabil 15-20 tahun dan mendukung ketahanan energi nasional. Perseroan berencana ikut tender FSRU PT PLN (Persero) pada 2026, dengan kisaran harga gas USD9-USD12.
Terkait pendanaan, GTSI membuka opsi aksi korporasi pada 2027 jika kondisi pasar memungkinkan, serta menjajaki pembiayaan investor China untuk konversi FSRU senilai USD100-USD120 juta. Perseroan menjaga rasio utang terhadap ekuitas di kisaran 2,0-2,5 kali, dengan leverage saat ini sekitar 1,0-1,2 kali.
Manajemen menegaskan keunggulan GTSI sebagai pure-play LNG carrier dengan rekam jejak terpanjang di Indonesia, sekaligus membuka peluang diversifikasi ke segmen midstream dan downstream. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.









