Permintaan CPO Mulai Pulih, Emiten Perkebunan Diproyeksi Panen Kinerja Positif

Permintaan CPO Mulai Pulih, Emiten Perkebunan Diproyeksi Panen Kinerja Positif

Ekonomi | idxchannel | Sabtu, 21 Juni 2025 - 10:14
share

IDXChannel - Sektor perkebunan kelapa sawit kembali menunjukkan sinyal positif di tengah pemulihan produksi dan peningkatan permintaan global.

Phintraco Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight terhadap sektor ini, yang didorong oleh kombinasi pasokan dan prospek permintaan global yang membaik di paruh kedua 2025.

Dua emiten perkebunan yang berada dalam cakupan riset, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS).

Keduanya membukukan kinerja solid di kuartal I-2025. AALI mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 46,3 persen secara tahunan (YoY), didorong oleh peningkatan volume penjualan CPO dan inti sawit (palm kernel).

Sementara itu, SSMS mencatat lonjakan pendapatan 48 persen YoY, dengan laba bersih naik 14,42 persen YoY menjadi Rp276,9 miliar, berkat efisiensi biaya produksi yang tetap rendah.

Pemulihan produksi dan konsumsi domestik Kuat

Produksi CPO nasional tercatat mencapai 4,81 juta ton pada Maret 2025, naik 16,05 persen secara bulanan (MoM), menunjukkan pemulihan pasca dampak El Nino.
 
Namun secara kumulatif, produksi CPO di kuartal I-2025 masih turun 1,82 persen YoY menjadi 13,13 juta ton, akibat dampak tertunda El Niño yang biasanya terasa dalam 6-12 bulan.

Dari sisi permintaan, konsumsi domestik tetap solid, sebesar 2,15 juta ton pada Maret dengan total konsumsi di tiga bulan pertama mencapai 6,05 juta ton atau naik 6 persen. Pertumbuhan konsumsi biodiesel sebesar juga tumbuh 8,5 persen yang merupakan pendorong utama.

Di sisi ekspor, volume meningkat 2,7 persen MoM dan 12,4 persen YoY menjadi 2,88 juta ton, didorong oleh kenaikan harga CPO, pelemahan rupiah, serta lonjakan ekspor refined PKO, oleokimia, dan produk turunan sawit lainnya.

Harga CPO diprediksi stabil, permintaan global jadi katalis

Analis Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga memperkirakan harga CPO bertahan di kisaran RM4.100-RM4.500 per ton pada semester II-2025, ditopang oleh pasokan Malaysia yang terbatas akibat penurunan area tanam dan hasil tandan buah segar (FFB) yang lesu.

Sementara dari Indonesia, pasokan diperkirakan tetap kuat meski sebagian besar akan terserap oleh program biodiesel nasional.

Permintaan dari China diproyeksi stabil karena tingginya stok akhir minyak kedelai dan rapeseed oil. Namun, peluang restocking dan perbaikan margin impor berpotensi menjadi katalis.

Di India, peningkatan stok akhir CPO pada Mei 2025 sebesar 9 persen menunjukkan sinyal awal restocking menjelang musim perayaan di akhir tahun.

"Disparitas harga CPO yang masih jauh lebih murah dari minyak kedelai juga menjadi faktor pendukung daya saing CPO di pasar global," tulis Aditya dalam risetnya, Jumat (20/6/2025).

Dia menilai emiten dengan profil perkebunan yang lebih muda memiliki keunggulan dalam produktivitas. Kemampuan mempertahankan struktur biaya rendah juga menjadi kunci menjaga margin di tengah fluktuasi harga pasar.

Namun demikian, beberapa risiko tetap perlu diperhatikan, antara lain volatilitas harga CPO dan minyak nabati lainnya, serta perubahan kebijakan yang berpotensi menekan margin keuntungan.

(DESI ANGRIANI)

Topik Menarik