Dirut PT Timah Beberkan Alasan Rugi Rp450 Miliar pada 2023

Dirut PT Timah Beberkan Alasan Rugi Rp450 Miliar pada 2023

Ekonomi | inews | Rabu, 3 April 2024 - 08:51
share

JAKARTA, iNews.id -PT Timah Tbk (TINS) membeberkan alasan kerugian perusahaan sebesar Rp450 miliar sepanjang 2023. Realisasi itu berbanding drastis dibanding periode 2022 yang tercatat membukukan laba hingga Rp1 triliun.

Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal menjelaskan, penyebab terbesar kerugian tersebut adalah produksi yang menurun serta melemahnya harga timah di pasar global. Kondisi itu membuat pendapatan perseroan ikut merosot yang berdampak pada laba.

"Beban peak atau peak cost-nya tetap tapi pendapatan jauh menurun karena produksinya juga menurun, ditambah parah lagi harga jual timah menurun sehingga pendapatan jomplang, jauh sekali," jelas ucap Dani dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) TINS bersama Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Dani menambahkan, anjloknya kinerja perseroan salah satunya disebabkan oleh produksi bijih timah TINS sepanjang 2023 yang tercatat hanya 14.885 ton, atau turun 26 persen dari 2022 sebanyak 20.079 ton.

"Tahun 2022 itu juga lebih rendah dibandingkan 2021. Jadi tiga tahun terakhir terus turun (produksi)," tuturnya.

Tak hanya biji timah, produksi logam timah juga hanya 15.340 ton, turun 23 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya yang tercatat 19.825 ton

Sejalan dengan itu, penjualan logam timah juga ikut terkoreksi 31 persen dari 20.805 MT pada 2022 menjadi hanya 14.385 MT di 2023 lalu. Padahal, TINS mencatat penjualan logam timah pada 2021 sebesar 26.602 MT.

"Harga rata-rata logam timah juga mengalami penurunan. Jadi, terakhir kita itu di rata-rata 26.583 dolar AS per metrik ton," ucapnya.

Anjloknya kinerja operasi TINS itu akhirnya berimbas kepada kinerja keuangan. Bukan hanya laba, pendapatan perusahaan pada 2023 juga anjlok 33 persen menjadi Rp8,3 triliun dari tahun sebelumnya yang menyentuh Rp12,5 triliun.

"Dari sisi kinerja keuangan karena ada penurunan volume penjualan logam dan karena ada penurunan harga jual logam, maka pendapatan perusahaan juga menurun. Jadi beban peak-nya tetap, costnya tetap, tapi pendapatan kita jauh menurun karena produksinya juga menurun," kata dia.

Bahkan, dari sisi aset TINS pun susut 1,6 persen dari 2022 sebesar Rp13,06 triliun menjadi 12,85 triliun di akhir 2023. Penurunan aset ini karena stok dan nilai logam perusahaan berkurang.

Begitu pula dengan ekuitas perusahaan yang turun 11 persen menjadi sebesar Rp6,2 triliun dari sebelumnya Rp7,04 triliun. Sementara, interest bearing debt sebesar Rp3,48 triliun, naik 26 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,77 triliun.

"Interest bearing debt naik karena mengalami kesulitan cashflow sehingga memperbesar pinjaman, dan akibatnya juga kita mengalami peningakatan suku bunga dari perbankan, karena ekuitas kita menurun, aset kita juga menurun. Jadi dari sisi kepercayaan perbankan juga menurun," ucap Dani.

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Fina Eliani juga telah mengakui bahwa penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseroan.

Fina mengatakan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

"Kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik serta lemahnya permintaan logam timah global ditengah aktifitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja Perseroan di tahun 2023," kata Fina dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Topik Menarik