Optimisme dan Sikap Waspada Kemenkeu Terhadap Pemulihan Ekonomi Indonesia, Berikut Penjelasannya!

Optimisme dan Sikap Waspada Kemenkeu Terhadap Pemulihan Ekonomi Indonesia, Berikut Penjelasannya!

Ekonomi | BuddyKu | Selasa, 9 Agustus 2022 - 11:16
share

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan optimismenya terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Akan tetapi, ia juga turut menggarisbawahi perlunya kewaspadaan atas risiko global yang masih akan terus berlanjut ke depannya.

"Kita melihat banyak sekali alasan untuk kita optimis, tetapi kita juga melihat cukup banyak alasan untuk tetap waspada," ungkap Kepala BKF pada acara Tanya BKF dengan tema "Capaian Perekonomian dan Mitigasi Risiko Global ke Depan", Senin (8/8/2022).

Selanjutnya, ia juga memaparkan performance perekonomian Indonesia yang cukup membanggakan. Salah satunya berasal dari kinerja export Indonesia yang menunjukan angka positif dalam 26 bulan terakhir, tingkat inflasi yang masih relatif terkendali dibandingkan dengan banyak negara lain, serta aktivitas ekonomi Indonesia sebesar 6,8 persen yang sudah berada di atas level pra pandemi 2019.

Aktivitas ekonomi tersebut meliputi sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, perdagangan, transportasi, akomodasi, dan pariwisata yang sudah berada di atas level pra pandemi. "Artinya, perekonomian kita secara keseluruhan itu sudah 6,8 persen di atas PDB 2019 secara riil. Kalau Indonesia berhasil mencapai ini, ini merupakan prestasi tersendiri yang merupakan hasil kerja keras kita semua sebagai bangsa," ujarnya.

Selain itu, Febrio juga mengungkapkan prestasi lainnya yang dicapai Indonesia saat ini, yaitu belanja negara kuartal I tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,4 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serta tingkat kemiskinan tahun 2022 yang sudah berada di angka 9,54 persen atau sudah hampir mendekati tingkat kemiskinan pra pandemi 2019.

"Tingkat pengangguran juga merupakan pekerjaan rumah yang harus kita perbaiki. Akan tetapi kita ingin terus dorong ini supaya jumlah orang yang bekerja itu terus meningkat seiring berjalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus menguat," imbuhnya.

Dalam mencapai itu semua, Febrio mengatakan bahwa APBN sebagai shock absorber digunakan untuk menjaga daya beli masyarakat, memberikan subsidi dan kompensasi energi, menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, serta menjaga defisit ekonomi ke arah 3,92 persen hingga akhir 2022.

"APBN sudah bekerja keras di tahun 2020, 2021, dan 2022. Inilah yang kita harapkan menjadi disiplin fiskal bagaimana cara pemerintah mengelola fiskalnya ke depan," ungkapnya.

Sebagai penutup, Febrio mengungkapkan bahwa pertumbuhan penerimaan pajak per semester I 2022 mencapai 55,7 persen, atau setara 58,5 persen dari target APBN 2022. Meski membanggakan, tren harga komoditas perlu diwaspadai untuk tetap menjaga penerimaan baik dari sisi pajak maupun non pajak agar tetap positif.

"Bagaimana APBN itu tetap bekerja keras, siap untuk melakukan perannya sebagai shock absorber , tetapi arah dari konsolidasinya juga bisa terjaga. Inilah yang harus kita kerjakan bersama-sama. Semoga kita terus bisa disiplin dan kerja sama dengan segala pihak baik dari sisi pemerintahnya maupun masyarakatnya, dan juga dari DPR-nya kita bisa terus lakukan dengan sangat baik," pungkasnya.

Topik Menarik