Harga Minyak Sesi Pagi Anjlok Hampir 4 Persen, Terseret Isu Inflasi

Harga Minyak Sesi Pagi Anjlok Hampir 4 Persen, Terseret Isu Inflasi

Ekonomi | BuddyKu | Rabu, 22 Juni 2022 - 10:41
share

IDXChannel - Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Rabu (22/6/2022) pagi. Hal itu tak lepas dari gonjang-ganjing inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 10:10 WIB menunjukkan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 jatuh 3,34 persen di USD110,82 per barel, sementara Brent untuk pengiriman September 2022 turun 3,53 persen di USD107,83 per barel.

West Texas Intermediate (WTI) Juli 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) menguat 0,99 persen di USD110,65 per barel, sementara WTI Agustus 2022 anjlok 3,75 persen di USD105,41 per barel.

Penurunan sesi pagi ini terjadi sebagai respons pasar terhadap upaya Amerika Serikat untuk menangani lonjakan harga bahan bakar yang dipicu inflasi di sektor komoditas.

AS yang merupakan salah satu raksasa produsen minyak dunia tengah berjuang untuk mengatasi lonjakan inflasi.Pasar mengharapkan Presiden Joe Biden dapat menangguhkan pajak federal atas bahan bakar, dikutip dari Reuters , Rabu (22/6/2022).

Tujuh perusahaan minyak AS akan bertemu Biden pada Kamis (23/6), di bawah tekanan Gedung Putih, untuk menurunkan harga bahan bakar saat mereka sedang menikmati keuntungan kenaikan harga minyak.

Meski begitu, Kepala eksekutif Chevron (NYSE: CVX) Michael Wirth, pada Selasa kemarin (21/6), mengatakan bahwa upaya pemerintah AS dalam mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar.

"Tindakan -tindakan seperti itu tidak bermanfaat untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi saat ini," kata Wirth dalam surat yang ditujukan kepada Biden.

Di tengah gonjang-ganjing inflasi, permintaan minyak masih berada di jalur pemulihannya. Pasokan diperkirakan akan masih berlangsung ketat, menyusul sanksi embargo Eropa terhadap pasokan Rusia.

"Pasar masih cukup berdamai dengan meningkatnya gangguan atas minyak Rusia. Tapi sanksi Eropa belum terlalu berpengaruh," jelas analis riset ANZ dalam sebuah catatan. (FRI)

Topik Menarik