Harga Bitcoin Terus Merosot, Penambang Ramai-Ramai Jual Aset Miliknya

Harga Bitcoin Terus Merosot, Penambang Ramai-Ramai Jual Aset Miliknya

Ekonomi | BuddyKu | Selasa, 21 Juni 2022 - 13:19
share

JAKARTA - Harga mata uang kripto Bitcoin terus mengalami pelemahan sejak November 2021 lalu. Dibanding 2021 lalu, harga Bitcoin saat ini merosot tajam.

Kini, Bitcoin berada pada harga di kisaran US$20.000 atau Rp304 juta per kepingnya. Sebelumnya, Bitcoin pernah menyetuh US$60.000 atau Rp881 juta perkepingnya pada Maret tahun lalu.

Melemahnya harga Bitcoin dalam kurun satu tahun terakhir menyebabkan sejumlah penambang di AS menjual kepemilikan mata uang kripto mereka.

Berdasarkan data salah satu perusahaan investasi asal New York, NYIG yang rilis 17 Juli lalu, ada 4.411 keping Bitcoin dijual sepanjang Mei 2022.

Angka ini bahkan empat kali lipat lebih banyak dibandingnyak periode rata-rata Januari hingga April 2022. Pada periode tersebut, NYIG mengatakan penjualan rata-rata Bitcoin sebanyak 1.115 keping.

Jika harga terus tetap rendah, kita mungkin terus melihat lebih banyak penerbitan Bitcoin beredar ke pasar, tulis NYIG dalam lapirannya seperti dikutip TrenAsia.com Selasa, 21 Juni 2022.

Banyaknya penambang Bitcoin melepaskan aset miliknya bisa diasumsikan sebagai mode pertahanan para pemilik mata uang digital ini dari persoalan krisis harga aset kripto.

Sebelumnya, diberitakan merosotnya harga aset kripto merupakan dampak dari penguatan dolar AS yang berpangkal dari kebijakan The Fed untuk terus menaikkan suku bunga dan melakukan tapering secara bertahap.

NYIG menafsirkan, sejumlah penambang Bitcoin secara terpaksa harus menjual aset miliknya guna menutupi biaya operasional. Tujuannya, agar mereka agar dapat terus bertahan di era bearish market ini.

Hingga saat ini, nilai pasar kripto diketahui telah menguap hingga US$2 triliun dibandingkan dengan November 2021. Harga Bitcoin sendiri sempat ambles ke angka US$17.000 pada akhir pekan.

Diperkirakan, tekanan harga Bitcoin hingga di bawah US$20 ribu akan terus berlanjut jika melihat historis penurunan 85 persen setelah puncak tertinggi terjadi.

Topik Menarik