Rusia Dituduh Memeras setelah Setop Pasokan Gas ke Polandia dan Bulgaria

Rusia Dituduh Memeras setelah Setop Pasokan Gas ke Polandia dan Bulgaria

Ekonomi | inewsid | Kamis, 28 April 2022 - 07:21
share

MOSKOW, iNews.id - Rusia telah menghentikan pasokan gas alam ke Polandia dan Bulgaria. Langkah ini dilakukan setelah dua negara itu menolak membayar dengan rubel dan seiring meningkatnya ketegangan antara Barat dan Rusia karena berlanjutnya invasi negara itu ke Ukraina.

Raksasa energi negara Rusia Gazprom telah sepenuhnya menghentikan pasokan ke perusahaan gas Polandia PGNiG dan perusahaan gas Bulgaria, Bulgargaz karena menolak membayar dalam rubel. Dikatakan pasokan akan dilanjutkan setelah pembayaran dilakukan dengan mata uang Rusia.

Dalam pernyataannya, Gazprom memperingatkan Polandia dan Bulgaria terhadap penghentian tidak sah pasokan gas yang mengalir melalui wilayah mereka.

"Bulgaria dan Polandia adalah negara transit. Dalam hal penarikan tidak sah gas Rusia dari volume transit ke negara ketiga, pasokan untuk transit akan dikurangi dengan volume ini," bunyi pernyataan Gazprom, dikutip dari CNBC International , Kamis (28/4/2022).

Harga gas alam melonjak di Eropa pada Rabu (27/4/2022) pagi. Kontrak gas grosir Belanda untuk hari berikutnya, patokan untuk Eropa, naik 24,2 persen menjadi 115,75 euro per megawatt hours, sementara harga gas alam Inggris untuk Juni naik sekitar 20 pence menjadi 222 pence per term.

Perusahaan minyak dan gas milik negara Polandia PGNiG mengatakan, Gazprom telah menginformasikannya pada Selasa (26/4/2022) akan menghentikan pasokan yang dikirim ke negara itu melalui pipa Yamal, mulai Rabu pagi.

Bulgaria belum mengonfirmasi pasokannya telah dihentikan tetapi perdana menterinya, Kiril Petkov, menggambarkan langkah itu sebagai pemerasan dan mengatakan penghentian pasokan apa pun akan menjadi pelanggaran kontrak. Menteri energi Bulgaria Alexander Nikolov mengatakan, pasokan ke pelanggan dijamin setidaknya sebulan ke depan, lapor Reuters.

Para pemimpin bisnis dan pejabat pemerintah lainnya mengecam langkah Rusia. Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab mengatakan, langkah itu akan menambah status Rusia sebagai paria ekonomi, sementara Kepala Keuangan Deutsche Bank James von Moltke mengatakan, itu adalah tanda yang mengkhawatirkan dan meskipun tidak akan memiliki dampak ekonomi langsung, namun tetap menjadi risiko untuk prospek secara keseluruhan.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis tuduhan Moskow menggunakan pasokan gasnya untuk memeras negara-negara Eropa Polandia dan Bulgaria, dengan mengatakan Rusia adalah pemasok energi yang dapat diandalkan. Dia juga menolak mengatakan berapa banyak negara yang setuju untuk beralih membayar gas dalam rubel.

Bahkan sebelum invasi ke Ukraina, pasokan gas telah menjadi titik ketegangan antara Rusia dan tetangganya di Eropa dengan Kremlin yang dituduh menggunakan pasokan energi, dengan pembatasan apa pun yang berdampak dramatis pada harga pasar, sebagai senjata geopolitik.

Rusia dengan keras menyangkal hal ini, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, tuduhan itu kolot. Dia mengatakan, AS telah berkontribusi pada krisis energi global musim gugur yang lalu.

Sementara itu, pasokan gas Eropa Timur tampaknya terus berubah dan terancam karena dukungan Barat untuk Ukraina serta dan tekanan terhadap Rusia yang meningkat.

PGNiG Polandia mengatakan dalam sebuah pernyataan, perusahaan sedang memantau situasi dan siap untuk berbagai skenario, serta untuk menerima gas dari sumber lain. Dikatakan negara tersebut saat ini memiliki cukup gas, dan bisa memenuhi permintaan.

Data UE menunjukkan, Bulgaria mengimpor hampir 73 persen gas alamnya dari Rusia pada 2020, sementara Polandia mengimpor sekitar 45 persen, tepat di atas rata-rata seluruh UE sekitar 40 persen. Ini menunjukkan blok itu memiliki ketergantungan yang signifikan pada impor gas Rusia.

Invasi Moskow ke Ukraina telah mendorong UE untuk mempercepat pengurangan impor energi Rusia dan telah menyebabkan pipa gas Nord Stream 2 yang sudah kontroversial antara Rusia dan Jerman, negara lain yang sangat bergantung pada gas Rusia ditinggalkan.

Tidak semua negara menolak permintaan Rusia untuk membayar gas dalam rubel. Hungaria menyetujui untuk membayar gas Rusia dengan rubel.

Topik Menarik