Ramalan Jayabaya: Makna dan Pesan untuk Masa Depan Pulau Jawa

Ramalan Jayabaya: Makna dan Pesan untuk Masa Depan Pulau Jawa

Berita Utama | bogor.inews.id | Kamis, 18 April 2024 - 14:30
share

BOGOR, iNewsBogor.id - Prabu Jayabaya, penguasa Kerajaan Kediri, dikenal dengan ramalannya yang terkenal yang tercatat dalam Kitab Jangka Jayabaya yang sangat dikenal oleh masyarakat. Konon, terdapat ratusan bait kalimat ramalan dalam karya kitab yang dianggap sebagai peninggalan Jayabaya.

Ramalan Jayabaya konon dimulai dari bait 'Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran', yang jika diartikan berarti jika sudah ada kereta tanpa kuda, 'barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci', yang mengindikasikan bahwa kejahatan akan dihargai sedangkan kebaikan akan diabaikan, hingga 'Selot-selote mbesuk wolak - waliking zaman teka', yang artinya, lambat laun akan datang perubahan zaman yang mendadak.

Beberapa bait ramalan Jayabaya menggambarkan kondisi Pulau Jawa di masa depan. Misalnya, bait seperti 'polahe wong Jawa kaya gabah diinteri, endi sing bener endi sing sejati, para tapa padha ora wani, padha wedi ngajarake piwulang adi, salah-salah anemani pati', yang artinya tingkah laku orang Jawa seperti padi ditampi mana yang benar mana yang asli, para guru semua tidak berani takut menyampaikan ajaran yang benar, salah-salah akan menemui ajalnya.

Dikisahkan pula tentang "Misteri Ramalan Jayabaya: Siapa Pemimpin Selanjutnya di Negeri Ini?" Di mana terdapat istilah dalam ramalan Jayabaya yang berbunyi 'banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni, marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti,' yang berarti akan terjadi banjir besar di mana-mana, gunung meletus tanpa ada isyarat sebelumnya, orang-orang yang senang bertapa tanpa makan dan minum karena takut terbongkar rahasia dirinya yang sebenarnya.

 

Selanjutnya, terdapat juga ramalan Jayabaya yang berbunyi 'pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha'. Artinya, zaman yang kacau balau yang menyaksikan kegilaan, kalau tidak gila tidak akan mendapatkan bagian, orang yang sehat dalam berpikir, petani dibelenggu, para pembohong bersuka ria seberuntungnya orang yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada.

Jayabaya juga menyinggung tentang ketidakadilan dalam hukuman pemimpin dan pejabat yang berperilaku jahat. Hal ini digambarkan Jayabaya dalam kalimat 'ukuman ratu ora adil, akeh pangkat jahat jahil, kelakuan padha ganjil, sing apik padha kepencil, akarya apik manungsa isin, luwih utama ngapusi', yang berarti 'hukuman pemimpin tidak adil, banyak pejabat yang jahat dan jahil, perilakunya semua ganjil yang benar terpencil berbuat baik manusia malu lebih mengutamakan menipu'.

Topik Menarik