Dukung Ketahanan Energi, Teknologi Jaga Produksi Migas Sumur Tua
JAKARTA - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menerapkan teknologi terkini dalam mengelola lapangan minyak dan gas (migas) mature atau sudah tua. Penerapan teknologi ini untuk menjaga produksi migas di sumur-sumur mature.
Menurut anggota Komisi XII DPR Sartono Hutomo, upaya tersebut membuktikan bahwa kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) PHE dalam menerapkan teknologi semakin andal.
”Ini menunjukkan SDM PHE mampu mengelola sumur-sumur mature dengan teknologi modern, mulai dari work over, perawatan sumur, hingga EOR. Ini bukti bahwa SDM PHE makin andal, matang secara teknis,” kata Sartono di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Sartono berharap, PHE tetap berhitung dengan cermat. Pasalnya, kata dia, teknologi bukan sesuatu yang mudah. ”Tidak semua sumur bisa dipaksa menghasilkan minyak besar. Ada batas alamiahnya,” imbuhnya.
Mendikdasmen Sebut Digitalisasi Pembelajaran Capai 75 Persen dari Target 288 Ribu Smartboard
Berbagai upaya PHE, jelas Sartono, memiliki peran besar dalam menahan laju impor dan juga ketahanan energi. ”Tentu ada kontribusinya. Produksi lebih dari setengah juta barel per hari jelas membantu menahan laju impor dan menjaga pasokan energi nasional,” kata Sartono.
Sementara terkait ketahanan energi Sartono berharap, PHE tidak hanya mengandalkan sumur eksisting. Lebih dari itu, Pertamina harus terus menemukan cadangan baru dan menjaga investasi teknologi.
Sementara itu, pakar eksplorasi geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) Wawan Gunawan A Kadir mengapresiasi pendekatan komprehensif PHE terhadap sumur mature, yaitu secara konvensional dan teknologi modern.
Sebab, menurutnya, dari lapangan-lapangan mature sebenarnya yang bisa diambil secara alamiah hanya sekitar 35-45. Setelah itu, rata-rata 60 membutuhkan teknologi untuk meng-improve supaya produksi sumur-sumur mature terus naik.
Melalui kedua pendekatan tersebut, Wawan yakin bahwa PHE akan bisa terus meningkatkan produksi, guna mendukung ketahanan energi. Termasuk keyakinan mencapai target produksi minyak mentah 1 juta barel per hari pada 2030.
“Saya termasuk yang berdoa dan punya keyakinan, kalau semua lapangan bisa terpelihara, bisa ditingkatkan produksinya, mestinya bisa tercapai. Karena dulu kita pernah di atas 1 juta,” ucap Wawan.
Wawan menjelaskan, sumur mature berbeda dengan sumur tua yang sudah idle dan tidak dipakai lagi. Sumur mature merupakan sumur yang tingkat kenaikan produksinya pada level ”hampir tidak bisa naik lagi.”
Karena itulah, agar produksi tidak mentok, selain secara konvensional, implementasi teknologi modern juga perlu dilakukan. Teknologi tersebut harus diaplikasikan, supaya produksi sumur mature tidak berhenti pada angka tertentu, namun bisa lebih ditingkatkan.
”Karena kalau tidak diaplikasikan itu, dia akan mentok, selesai. Terus dia akan turun produksinya. Nah. Kalau istilah teman-teman migas, mungkin dikategorikan sudah sampai puncaknya,” jelas Wawan.
Menurut Wawan, penerapan inovasi teknologi sekaligus membuktikan bahwa penguasaan teknologi dan pengelolaan lapangan PHE memang andal. ”Betul sekali (sangat baik), karena kompleksitasnya (teknologi tersebut) memang sangat tinggi. Jadi PHE sudah bisa me-manage supaya (tingkat produksi) lapangannya itu tidak langsung berhenti, tapi masih terus meningkat,” tutup Wawan.
Sebelumnya, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina menegaskan komitmen dalam menjaga ketahanan energi nasional melalui pengelolaan lapangan migas mature. Dalam mengelola lapangan mature, PHE menjalankan strategi inovatif dan penerapan teknologi terkini.










