Guru Besar UGM Diteror hingga Di-bully di Media Sosial Imbas Kritisi Pemerintahan Jokowi

Guru Besar UGM Diteror hingga Di-bully di Media Sosial Imbas Kritisi Pemerintahan Jokowi

Berita Utama | inews | Minggu, 17 Maret 2024 - 17:01
share

YOGYAKARTA, iNews.id - Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Profesor Kuncoro mengaku mendapat tindakan perundungan atau bullying di media sosial (medsos) usai mengkritisi pemerintahan Jokowi yang dinilai jauh dari nilai demokrasi dan cacat etika serta konstitusi.

Pakar psikologi UGM Yogyakarta tersebut juga pernah didatangi orang tak dikenal serta memperoleh pesan whatsapp dari seseorang dengan nomor menggunakan foto atau logo KPK.

Prof Kuncoro menuturkan, erundungan atau bullying tersebut diterimanya di media sosial (medsos) pasca menggelar aksi pembacaan petisi di Balairung UGM akhir Januari 2024 lalu.

Petisi itu dibacakan bersama dengan puluhan guru besar, dosen, akademisi, mahasiswa dan alumni UGM karena merasa prihatin terhadap pemerintahan Jokowi yang dinilai jauh dari nilai demokrasi dan cacat etika serta konstitusi.

Meski demikian, pakar psikologi UGM ini mengaku tetap santai dan mengingatkan pem-bully bahwa medsos bukan media bagus untuk berdialog secara jernih dan hanya akan menimbulkan perdebatan.

Selain di medsos, saya juga pernah didatangi oleh orang tak dikenal yang mengaku dari Kalimantan Selatan. Orang tersebut sempat datang dua hari dan memarahi satpam karena tak bisa bertemu saya, katanya, Minggu (17/3/2024).

Setelah pemilu 2024, intimidasi kembali diterima mantan Ketua Dewan Guru Besar UGM dan Ketua Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI).

Prof Kuncoro menerima dugaan intimidasi melalui WhatsApp dari seseorang dengan nomor menggunakan foto atau logo KPK.

Saya tidak takut karena merasa tak bersalah. Saya dan kawan-kawan akan terus mengawal gerakan menegakan moral etika berdemokrasi. Apalagi gerakan tersebut didukung oleh para guru besar, dosen, akademisi, alumni dan mahasiswa di 214 perguruan tinggi, katanya.

Prof Kuncoro mengaku semakin bersemangat karena mendiang istrinya juga bangga atas perjuangannya dalam ikut mendidik dan mencerdaskan bangsa.

Prof Kuncoro berharap Presiden Jokowi tidak menganggap remeh gerakan dari civitas akademika perguruan tinggi se-Indonesia.

Dia juga menegaskan, petisi dan gerakan kampus menggugat etika moral berdemokrasi dan konstitusi tersebut bukanlah didorong karena kebencian terhadap Presiden Jokowi, tapi demi kebaikan masa depan demokrasi dan konstitusi Indonesia.

Topik Menarik