Buruh Migran Nikmati Piala Dunia Murah

Buruh Migran Nikmati Piala Dunia Murah

Berita Utama | koran-jakarta.com | Senin, 28 November 2022 - 06:35
share

DOHA - Shafeeq Saqafi asal Bangladesh hanya membayar tiga dolar AS (47 ribu rupiah) untuk kaos tim Argentina yang dipakai. Saqafi kemudian dengan bangga duduk bersama 15.000 pekerja migran lainnya di sebuah sudut tersembunyi di Kota Doha untuk menyaksikan Lionel Messi menjaga harapan Argentina di Piala Dunia Qatar 2022.

Gol Messi dalam kemenangan 2-0 atas Meksiko membuat penonton di Stadion Asian Town berdiri, dan Saqafi membusungkan dadanya dengan gembira. Saqafi dan teman-temannya tersinggung dengan anggapan media Eropa bahwa mereka adalah "penggemar palsu", tetapi mengakui membeli kaos palsu tim Argentina seharga tiga dolar AS, sebab harga resminya 90 dolar AS.

"Saya tidak mampu untuk mencetak huruf di bagian belakang, tetapi kaus ini sesuatu yang sangat saya inginkan," ujar pekerja hotel berusia 32 tahun yang berpenghasilan lebih dari 400 dolar AS sebulan dan mengirimkan lebih dari setengah gaji tersebut ke keluarganya di Bangladesh.

Saqafi adalah salah satu dari 2,5 juta pekerja asing yang menjadi fondasi keajaiban ekonomi Qatar. Mereka membantu memompa minyak dan gas, membangun stadion dan infrastruktur Piala Dunia, serta bekerja sebagai pegawai hotel yang baru dibuka dalam lima tahun terakhir.

Kelompok aktivis HAM mengatakan para pekerja telah dilecehkan secara besar-besaran. Qatar menunjukkan sebagai balasan atas peningkatan standar keselamatan dan gaji yang layak di pabrik-pabrik dan pekerja luar ruangan. Mereka mendapat pengurangan jam kerja di musim panas yang terkenal ekstrem di Qatar.

Stadion, di kompleks perbelanjaan pinggiran Doha, telah menjadi daya tarik ribuan pekerja yang tinggal di asrama dekat pusat perbelanjaan dan restoran mewah. Seorang DJ wanita menghibur penonton pria dari Asia Selatan sebelum pertandingan dengan lagu-lagu pop Hindi dan video Bollywood.

Berbeda dengan Saqafi, Yaseen Gul, yang telah bekerja untuk sebuah perusahaan listrik di Doha selama satu dekade, datang ke stadion untuk bersenang-senang. "Qatar sangat keras. Pekerjaannya berat. Tapi gaji saya telah meningkat," ujarnya. ben/AFP/G-1

Topik Menarik