Mengintip Keindahan Karimunjawa, Bisa Jadi Role Model Investasi Terpadu

Mengintip Keindahan Karimunjawa, Bisa Jadi Role Model Investasi Terpadu

Travel | inews | Selasa, 2 April 2024 - 21:22
share

JAKARTA, iNews.id - Keindahan Karimunjawa selalu menarik untuk dijelajahi. Karimunjawa merupakan destinasi wisata yang memukau di Indonesia, dikenal karena pantainya yang indah, air lautnya jernih, dan kehidupan bawah laut memukau.

Karimunjawa dikelilingi oleh 27 pulau kecil, menawarkan pengalaman menyelam, snorkeling, dan berbagai kegiatan air lainnya. Keindahan alamnya menjadikan tempat ini sangat populer bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan petualangan.

Bahkan, banyak yang menyatakan, Karimunjawa layak dijadikan kawasan investasi terpadu, seperti, tambak rakyat, dan perikanan. Namun di balik keindahan tersebut ada petambak udang yang terancam tergusur karena adanya pengelolaan kawasan.

"Diperlukan solusi yang bisa mengedepankan kesetaraan antara kepentingan konservasi alam, hajat hidup para petambak, masyarakat sekitar lokasi tambak, bahkan sektor industri pariwisata. Model penanganan yang solutif serupa itu bisa menjadi role model," ujar Hasanuddin Atjo, pembudi daya udang di Sulawesi Selatan, dalam wawancara pada Senin (1/4/2024).

Dia mengatakan, pemerintah pusat harus turun tangan untuk melakukan intervensi untuk memberikan solusi kepada usaha tambak udang di Karimunjawa. Menurutnya, persoalan petambak udang di Karimunjawa bisa difokuskan dalam dua bagian. Pertama, masalah dampak buangan air limbah tambak ke kawasan perairan atau yang dikenal dengan IPAL. Kedua, masalah penarikan pipa yang melewati kawasan Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTN Kj).

"Dalam kaitannya dengan limbah, perlu diberikan penekanan, sebutan limbah dalam konteks tambak adalah limbah organik, nonkimia. Itulah sebabnya, limbah dari aktivitas para petambak udang itu justru banyak dicari untuk dijadikan sebagai pupuk. Baik itu oleh petani rumput laut, maupun petani tanaman darat, seperti kelapa sawit, ujar dia.

Terkait dampak buangan limbah tambak, Atjo menyebut perlu ada keterlibatan pemerintah pusat untuk memberikan pembinaan sekaligus pembangunan fasilitas. Maka, para petambak memiliki IPAL Komunal yang terkoneksi dengan IPAL masing-masing petambak. Kemudian, dalam konteks Karimunjawa, air buangan dari IPAL Komunal itu bisa dialirkan ke zona pemanfataan Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTN Kj).

Ini layak dijadikan proyek nasional lintas sektoral, melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PUPR, dan Kementerian Pariwisata," kata Atjo.

Dia menambahkan, perlu diketahui, pada 2017 saat momentum awal semi intensifikasi tambak, Karimunjawa menjadi produsen tambak udang dengan kapasitas produksi 1.600 ton per tahun dengan nilai ekspor Rp130 miliar lebih. Ada sebanyak 300 pekerja yang berkenaan langsung dengan sektor itu dan 1.200 pekerja yang terserap secara tidak langsung.

"Jika sektor tambak udang ini bisa disandingkan dengan sektor industri pariwisata yang kini sedang dikembangkan di Karimunjawa. Baik dari aspek agro wisata, aspek kuliner, dan seterusnya. Tentunya itu akan menjadi pilar-pilar ekonomi yang layak diperhitungkan tak hanya bagi masyarakat, melainkan juga daerah atau bahkan nasional, ujar Atjo.

Topik Menarik