Kol Goreng Berbahaya untuk Kesehatan, Bisa Sebabkan Arteriosklerosis
KUBIS atau lebih dikenal dengan kol, merupakan salah satu jenis sayuran yang sering ditemukan di berbagai tempat makan. Tidak hanya sebagai campuran dalam suatu makanan, ternyata kol juga bisa menjadi menu utama dalam sajian makanan.
Banyak sekali cara untuk dapat mengolah kol sebagai hidangan yang lezat, dan enak untuk disantap, salah satunya di goreng. Namun tahukah Anda bahwa ternyata mengonsumsi kol goreng ternyata tidak baik untuk kesehatan?
Menurut Dokter sekaligus Influencer Kesehatan dr Tirta semua sayuran bermanfaat jika direbus atau ditumis secara tidak berlebihan.
Nah kol tuh aman, selama nggak di goreng, kata dr Tirta, dikutip dalam akun X miliknya @tirta_cipeng, Jumat (6/10/2023).

Menurutnya jika kol sudah diolah dengan cara digoreng, zat-zat serat yang terkandung dalam kol tersebut akan hancur lebur, dan akan berubah menjadi kalori. Parahnya kol goreng justru meningkatkan penyakit dari Arteriosklerosis, yaitu penyakit jantung koroner.
Menurut Mayo Clinic, Aterosklerosis memiliki gejala yang ringan, dan bahkan biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun. Gejala aterosklerosis biasanya tidak terjadi sampai arteri menyempit, atau tersumbat sehingga tidak dapat mensuplai cukup darah ke organ dan jaringan.
Terkadang bekuan darah menghalangi aliran darah sepenuhnya. Gumpalan darah tersebut bisa pecah dan memicu serangan jantung atau stroke. Gejala aterosklerosis sedang hingga berat bergantung pada arteri mana yang terpengaruh.
Kapan harus ke dokter?
Jika menderita aterosklerosis, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan. Perhatikan juga gejala awal akibat kurangnya aliran darah, seperti nyeri dada, nyeri kaki, atau mati rasa.
Diagnosis dan pengobatan dini dapat menghentikan memburuknya aterosklerosis dan mencegah serangan jantung, stroke, atau keadaan darurat medis lainnya.
Untuk itu dr Tirta membebaskan masyarakat, ingin tetap mengikuti kebiasaan mengonsumsi kol goreng secara terus menerus, atau belajar untuk mengurangi kebiasaan itu. Sesekali boleh, tapi jangan terlalu sering.
Kan saya ngomong tidak untuk memaksa kalian mau ikut apa nggak, kalau nggak ya gak apa-apa, ucapnya.



