Sejarah dan Filosofi Dodol Betawi, Kuliner Khas Perayaan HUT DKI Jakarta
TANGGAL 22 Juni 2023 diperingati HUT Ke-496 DKI Jakarta . Salah satu yang paling khas saat perayaan HUT DKI Jakarta adalah kulinernya. Salah satunya adalah dodol Betawi misalnya.
Dodol Betawi merupakan kuliner khas suku asli Betawi, serta menjadi bagian dari ikon makanan dari Jakarta. Dihimpun dari berbagai sumber, dodol Betawi memiliki ciri khas yaitu berwarna hitam kecoklatan dengan variasi rasa rasa yang lebih sedikit daripada dodol dari daerah lain.

Bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari ketan putih, ketan hitam dan durian. Proses pembuatannya sangat rumit. Bahan baku pembuatan yang terdiri dari ketan, gula merah, gula pasir dan santan .
Selain itu proses pembuatan dodol bermutu yang tinggi, harus dimasak di atas tungku dengan kayu bakar kayu selama 8 jam. Teknik pemasakannya yang memerlukan waktu lama dan membutuhkan keahlian khusus, maka tak heran jika Anda menemukan pembuat dodol rata-rata usia mereka sudah sepuh.
Rusia Berencana Bikin Piala Dunia 2026 Tandingan, Rival Timnas Indonesia Masuk Daftar Undangan!
Dodol Betawi umumnya dibuat sebagai penganan khusus untuk pesta, bulan Ramadan, Idul Fitri atau Idul Adha. Warga Jakarta atau wisatawan, bisa membeli dodol Betawi ini di sejumlah daerah.
Terdapat juga beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya yang masih memproduksi dodol Betawi, terutama di komunitas-komunitas warga Betawi, seperti di Condet, Jakarta Timur, Bogor dan Bekasi. Selain warga Betawi, dodol betawi juga dibuat oleh komunitas Tionghoa.
Sementara itu usul punya usul, dodol sendiri memiliki filosofi yang cukup mendalam lho. Bukan hanya sekadar makanan atau oleh-oleh saja, tapi Anda harus simak sejarahnya.
Selain Betawi daerah lain juga memiliki dodol yang menjadi ciri khasnya, misalnya dodol Garut, dodol Kandangan dari Kalimantan Selatan. Kemudian di Jawa Tengah dan Timur makanan ini disebut jenang.
Jenang memang agak sedikit berbeda, biasanya lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan. Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2 cm1 cm3 cm.
Dodol dikenal sebagai salah satu makanan khas Indonesia disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 pada era Kerajaan Medang, tepatnya pada Kakawin Ramayana bagian 17.112 yang berbunyi: "dwadwal anekawara laktan tape paisi len" artinya dodol beraneka rupa, ketan, tapai, dan isian lainnya.

Kemudian dalam Prasasti Gemekan 930 M sisi kanan baris 23 - 24 disebutkan "najapan, kurawu, kurima, asam, dwadwal, kapwa madulur malari" yang artinya; dan makanan ringan, seperti kurawu, kurima, asam, dodol, Semuanya diberi penerangan dan mendekat.
Nah, dalam proses pembuatan dodol Betawi dibutuhkan waktu lama dan kerjasama tim yang kuat. Untuk itu filosofi dodol bagi masyarakat Betawi adalah kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan. Maka tak heran, masyarakat Betawi menganggap bahwa pembuatan dodol dapat mempererat persaudaraan.









