Sejarah Singkat Petilasan Ki Gede Wanakerta Yang Tersembunyi di Tukmudal

Sejarah Singkat Petilasan Ki Gede Wanakerta Yang Tersembunyi di Tukmudal

Travel | BuddyKu | Selasa, 30 Mei 2023 - 17:23
share

CIREBON- Tahukah kalian warga Kabupaten Cirebon khususnya Tukmudal dan sekitarnya jika di Kelurahan Tukmudal terdapat sebuah situs atau petilasan yang diperkirakan telah berusia ribuan tahun yakni Petilasan Ki Gede Wanakerta.

Berdasarkan keterangan tokoh-tokoh Wanakerta yang dirangkum oleh salah satu juru kunci situs, Edi Sanadi mengatakan, situs atau petilasan tersebut telah ada jauh sebelum adanya Pertemuan Pangeran Cakrabuana dan Pangeran Walangsungsang.

Jika mengunjungi petilasan ini maka tampak pertama kali sumur kramat bernama kemuliaan dan kejayaan yang terdapat dua sampai tiga pohon beringin besar di sekitarnya. Sesuai fungsi pada masanya, keberadaan sumur di sekitar petilasan tentu difungsikan untuk berbagai kebutuhan termasuk minum.

Menapaki lebih tinggi maka di petilasannya terdapat makam berjumlah sembilan buah, terdapat juga batu meja dan batu sajadah yang dapat dilihat pada situs atau petilasan ini.

Disimpulkan dari para tokoh sebelumnya keberadaan makam yang berada di situs ini benar-benar tidak ada yang mengetahui kebenarannya, apakah berisikan senjata atau orang.

"Wallahualam ini makam isinya senjata atau bukannya, yang saya tahu situs ini merupakan petilasan tempat istirahat orang zaman dahulu dan tempat bagi leluhur kami Ki Gede Wanakerta pernah singgah," kata Edi, Senin (29/5/2023).

Dikatakan Edi, berdasarkan keterangan sesepuh-sesepuh terdahulu, Ki Gede Wanakerta tidak diketahui asalnya dari mana. Namun, karena singgah di desa Wanakerta sehingga disebut Ki Gede Wanakerta. Memiliki hobi beribadah khususnya dzikir, menanam tumbuh-tumbuhan yang salah satunya alang-alang yang menjadi salah satu awal mula nama Ki Gede Wanakerta memiliki banyak sebutan.

Konon suatu hari terdapat hayawan atau kerbau makan tanamannya, dan diketahui oleh Ki Gede Wanakerta. Penasaran dengan pemilik dari hayawan tersebut, akhirnya diikatlah hayawan tersebut di ladang alang-alang yang ditanami Ki Gede Wanakerta.

"Diikat untuk mengetahui siapa pemilik kerbau atau hayawan itu siapa, bukan untuk disita atau yang lainnya," ujar Edi.

Setelah diikat beberapa minggu kemudian, lanjutnya, rupanya pemilik dari hewan tersebut merupakan rombongan pemilik hayawan yang diperkirakan adalah kelompok Ki Gede Matangaji. Kendati demikian, dari kejauhan sekitar ratusan meter rombongan tersebut melihat seorang sesepuh yang sedang sujud atau berdzikir di atas tanaman alang-alang.

"Mau diambil hayawannya sama rombongan Ki Gede Matangaji, akhirnya ga jadi balik lagi pulang, karena mungkin dengan penampakan seorang sepuh yang dzikir lengkap dengan sajadah di atas alang-alang itu, mereka mungkin berpikiran bahwa ilmunya di atas mereka atau tidak terjangkau," bebernya.

Akhirnya Ki Gede Wanakerta lewat sejumlah kabar angin disebut sebagai Ki Gede Alang-alang. Selanjutnya, setelah berselang beberapa waktu lamanya, Kelompok Ki Gede Matangaji yang masih ingin mengambil ingon-ingon (peliharaannya) akhirnya kembali lagi untuk kedua kalinya.

Seperti yang pertama, dari kejauhan melihat seorang tua sepuh yang memakai pakaian hitam yang dikenal dengan sebutan Ki Blewuk.

Melakukan percobaan terakhir kalinya, rombongan Matangaji kembali lagi datang, sekali lagi tampak dari kejauhan seorang sepuh yang sedang dzikir atau sholat dengan sajadah dan perkiraan baju putih diatas angin. Akhirnya diurungkanlah niat oleh Ki Gede Matangaji dan rombongan untuk mengambil hayawan tersebut.

Dari sanalah Ki Gede Wanakerta mendapatkan sebutan Ki Gede Atas Angin, karena terlihat sholat di atas angin.

"Sebetulnya Ki Gede Wanakerta tidak ada maksud apapun, dia hanya ingin tahu pemilik dari hayawan itu siapa," ungkap Edi.

Ki Gede Wanakerta di Cirebon, diungkapkan Edi, selain berdzikir juga mengajarkan ajaran kebaikan iman islam di tanah Cirebon khususnya di Wanakerta. Memiliki luas lahan sekitar 300 m petilasan ini juga menjadi cikal bakal Desa Wanakerta dan Tukmudal.

"Dulu ini Wanakerta sampai ke Sumber sana dan masih hutan belantara. Nama Tukmudal juga asalnya dari sumber mata air (Tuk) yang \'mudal\' (keluar) di belakang kantor pos Sumber tuh," bebernya.

Menariknya saking banyaknya sebutan bagi Ki Gede Wanakerta banyak spekulasi juga pendapat bahwa nama asli dari Ki Gede Wanakerta adalah Syekh Danuwarsih atau Pangeran Walangsungsang.

Berdasarkan keterangan Edi juga warga setempat memang banyak masyarakat yang memanfaatkan petilasan ini sebagai tujuan ziarah atau dzikir seperti tawasulan dan semacamnya.

Untuk mengunjungi petilasan ini cukup mudah terletak di Tukmudal, namun jangan sampai lupa pepatah "Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung", artinya menghormati tempat serta menjaga lisan dan tingkah laku. ***

Topik Menarik