Tangkuban Parahu: Kisah Legenda Sangkuriang yang Jadi Awal Terbentuknya Gunung yang Indah
Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung berapi yang terkenal di Indonesia, terletak di provinsi Jawa Barat dengan ketinggian mencapai 2.084 meter di atas permukaan laut. Selain keindahan pemandangan alamnya yang menakjubkan, gunung ini juga memiliki kisah legenda yang menarik, yaitu Legenda Sangkuriang.
Legenda ini telah diceritakan secara turun-temurun dan menjadi mitos yang melingkupi Gunung Tangkuban Perahu di daerah Lembang, Bandung. Cerita legenda Sangkuriang bermula ketika Raja Sungging Perbangkara sedang berburu di hutan.
Saat itu, raja membuang air seninya ke daun caring dan tanpa disadari, air seni tersebut diminum oleh seekor babi hutan betina yang kemudian berubah menjadi manusia bernama Wayung. Wayung tiba-tiba hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, yang kemudian ditemukan oleh sang raja dan dibawa ke keraton.
Bayi perempuan tersebut diberi nama Dayang Sumbi atau Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan menarik perhatian banyak raja dan pangeran yang ingin memperisterinya.
Namun, tidak ada yang berhasil memenuhi syarat-syarat yang diajukan oleh Dayang Sumbi. Akhirnya, Dayang Sumbi memilih untuk mengasingkan diri dan hanya ditemani oleh anjing kesayangannya, yang bernama Tumang.
Suatu hari, saat sedang menenun, Dayang Sumbi menjatuhkan gulungan benang. Dia mengatakan bahwa siapa pun yang dapat mengambilkan gulungan benang tersebut, jika perempuan maka akan dijadikan saudara, dan jika laki-laki maka akan dijadikan suaminya.
Tumang, anjing kesayangan Dayang Sumbi, dengan setia mengambilkan gulungan benang tersebut. Karena sudah berjanji, Dayang Sumbi akhirnya menikahi Tumang tanpa mengetahui bahwa Tumang sebenarnya adalah titisan dewa yang menjelma menjadi anjing.
Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Suatu hari, Sangkuriang dan Tumang berburu seekor babi betina yang ternyata merupakan ibu Dayang sumbi, Wayung.
Ketika Tumang enggan mengikuti perintah Sangkuriang, Sangkuriang menakut-nakuti anjingnya dengan anak panah. Sayangnya, anak panah itu mengenai Tumang dan mengakibatkannya meninggal.
Karena tidak berhasil mendapatkan hewan buruan, Sangkuriang membawa pulang hati Tumang ke rumah. Namun, Dayang Sumbi kemudian mengetahui bahwa yang hati itu milik tumang.
Ia sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi, yang menyebabkan luka yang berbekas. Karena perbuatan itu, Sangkuriang meninggalkan rumah dan Dayang Sumbi mencari-cari anaknya, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Setelah meninggalkan rumahnya, berkelana jauh dan tanpa disadarinya kembali ke hutan tempat ia dibesarkan. Di hutan itu, ia bertemu dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah ibunya sendiri, Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi memiliki kesaktian yang membuatnya tetap terlihat muda meskipun bertahun-tahun telah berlalu. Sangkuriang dan Dayang Sumbi secara tidak sadar jatuh cinta satu sama lain.
Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang membelai kepala Sangkuriang, ia secara tidak sengaja menemukan bekas luka di kepala Sangkuriang akibat pukulannya beberapa tahun yang lalu. Ketika mengetahui kebenaran itu, Dayang Sumbi terkejut dan memutuskan untuk menjauhi Sangkuriang.
Ia tidak ingin menjalin hubungan asmara dengan anak kandungnya sendiri. Namun, Sangkuriang tidak putus asa dan berniat untuk melamar Dayang Sumbi.
Namun, Dayang Sumbi memberikan beberapa syarat yang sulit untuk dipenuhi oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah Sangkuriang harus mampu membuat sebuah danau dan perahu, serta membendung sungai Citarum dalam waktu satu malam.
Sangkuriang menerima tantangan tersebut dan berusaha dengan segala daya dan upayanya. Dengan bantuan kekuatan gaib yang dimiliki, Sangkuriang hampir berhasil memenuhi syarat-syarat yang diberikan.
Namun, pada saat yang genting, Dayang Sumbi meminta bantuan dari Dewa. Dewa memberikan petunjuk kepada Dayang Sumbi untuk mengibaskan selendangnya.
Tiba-tiba, matahari muncul di ufuk timur, menandakan bahwa pagi telah tiba. Sangkuriang yang merasa gagal dan marah, menghancurkan perahu yang hampir selesai dengan menendangnya sekuat tenaga, sehingga perahu terguling dan tertelungkup.
Akibat tendangan Sangkuriang itu, perahu yang terguling dan tertelungkup menjadi gunung yang dikenal sebagai Tangkuban Perahu. Inilah asal-usul mitos Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di Lembang, Bandung.
Mitos ini menjadi bagian dari warisan budaya dan sekaligus daya tarik wisata di daerah tersebut. Kehadiran Gunung Tangkuban Perahu tidak hanya memberikan pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga mengingatkan kita akan cerita rakyat yang kaya akan mitos dan legenda.
Mitos ini menjadi bagian penting dari identitas budaya Indonesia, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Lets join Z Creators dengan klik di sini .


