Sejarah dan Keunikan Kain Sasirangan Khas Banjar, Warisan Kerajaan Negara Dipa

Sejarah dan Keunikan Kain Sasirangan Khas Banjar, Warisan Kerajaan Negara Dipa

Travel | BuddyKu | Kamis, 19 Januari 2023 - 11:16
share

Tahukah kamu apa itu Kain Sasirangan? Kain Sasirangan adalah kain tradisional yang dihasilkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia. Kain ini dikenal karena keunikannya yang memiliki corak yang kaya dan warna yang indah.

Sejak tahun 2010, Kain Sasirangan sudah diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia dalam bidang Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Motif Kain Sasirangan

Kain Sasirangan asal Banjar juga dikenal karena motif dan warna yang unik. Motif yang digunakan dalam kain ini biasanya berasal dari alam sekitar, seperti pohon, bunga, dan binatang. Warna yang digunakan dalam kain ini juga sangat kaya, termasuk warna merah, hijau, biru, dan kuning.

Kain sasirangan memiliki motif khusus berbentuk jelujur atau garis-garis vertikal dari atas ke bawah yang memanjang. Terdapat tiga jenis motif utama, yaitu motif lajur, motif ceplok, dan motif variasi.

Terdapat juga motif tradisional sasirangan antara lain motif Kulat Karikit, Gigi haruan, Hiris Pudak, Naga Belimbur, Ular Lidi, bayam Raja, Bintang Bahambur, Tampuk Manggis, Kambang Sakaki, Daun Jeruju, Kambang Kacang Kangkung Kaombakan, Hiris gagatas, Turun Dayang, dan Ombak Sinampur karang.

Sejarah Kain Sasirangan

Kain Sasirangan erat kaitannya sebagai warisan Kerajaan Negara Dipa di Kalimantan Selatan. Berdasarkan catatan sejarah, Kain Sasirangan mulai dibuat sejak abad ke-12 hingga ke-14 Masehi di Kalimantan Selatan.

Konon, sejarah dibuatnya Kain Sasirangan berkaitan dengan Patih Lambung Amangkurat yang merupakan raja Kerajaan Negara Dipa. Ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Putri Junjung Buih dan ingin mempersuntingnya.

Untuk menikahi Putri Junjung Buih, Patih Lambung Amangkurat harus memenuhi dua syarat. Syarat pertama adalah membuat sebuah istana yang hanya boleh dikerjakan oleh 40 bujangan dalam waktu sehari. Syarat kedua yaitu membuat sehelai kain sasirangan berwarna kuning dalam waktu sehari yang hanya boleh dikerjakan oleh 40 perawan.

Kedua syarat tersebut akhirnya berhasil dipenuhi dan Patih Lambung Amangkurat pun menikah dengan Putri Junjung Buih. Sejak saat itu, kain sasirangan menjadi tradisi dari suku Banjar Kalimantan Selatan.

Topik Menarik