Duh, Obat Diabetes Ozempic Terancam Langka gegara Dipakai untuk Diet

JAKARTA, iNews.id - Ahli Epidemiologi Griffith University Australia dr Dicky Budiman mewanti-wanti akan terjadinya kelangkaan obat diabetes Ozempic. 

Hal ini gegara semakin banyak orang sehat tanpa diabetes tipe 2 menggunakan obat tersebut untuk menurunkan berat badan alias diet. 

Tindakan ini amat berbahaya. Bukan hanya memicu efek samping buruk pada kesehatan tubuh, tapi juga mengancam ketersediaan obat untuk pasien diabetes tipe 2 yang memang membutuhkan. 

Ozempic adalah obat diabetes tipe 2 yang fungsinya menekan nafsu makan dan memperlambat pengosongan lambung. Dengan mengonsumsi obat ini, pasien diabetes tipe 2 dapat merasa lebih cepat kenyang dan pada akhirnya berat badan bisa turun. 

Fungsi obat itu yang kemudian diincar mereka yang gemuk dan ingin kurus. Tapi, di balik itu ada bahaya mengancam kesehatan, salah satunya kanker pankreas. 

Bahkan, ada risiko ketergantungan. Jadi, ketika seseorang yang diet merasa ada sensasi kenyang lebih lama, itu membuat mereka tidak bisa tanpa obat tersebut. 

"Alhasil, ini dapat menyebabkan kelangkaan obat diabetes tipe 2 di masyarakat gegara lonjakan permintaan," papar dr Dicky saat dihubungi iNews.id, Minggu (24/8/2025). 

Padahal, kata dr Dicky, Ozempic dibutuhkan pasien diabetes tipe 2 untuk mencegah komplikasi seperti gagal ginjal, serangan jantung. 

"Karena dipakai juga sama orang yang diet, ya, pasien diabetes tipe 2 yang benar-benar membutuhkan berisiko tidak kebagian stok obat karena habis di pasaran," ungkapnya. 

Jadi, daripada orang gemuk ingin diet menggunakan obat diabetes, lebih baik menjalani gaya hidup sehat, seperti makan yang bernutrisi secara seimbang, olahraga rutin, hingga tidur cukup. 

"Ini yang seharusnya diperbaiki, karena dengan menjalani gaya hidup sehat, berat badan proporsional dapat diraih dengan cara yang sehat," katanya. 

Lagipula, obat Ozempic ini bukan magic shoot. Menurut dr Dicky, efek yang dirasakan orang berbeda-beda. Dan jika dipakai di luar indikasi medis, yaitu demi tujuan kosmetik yaitu memiliki tubuh yang ideal, maka ada bahaya mengintai. 

"Jangan menormalisasi obat keras untuk estetika. Ini tidak boleh, karena dapat membuka pintu penyalahgunaan obat lainnya," papar dr Dicky.