Raja Yordania Abdullah II Ingatkan Presiden AS Joe Biden Dampak Mengerikan Serangan Israel ke Rafah

Raja Yordania Abdullah II Ingatkan Presiden AS Joe Biden Dampak Mengerikan Serangan Israel ke Rafah

Terkini | inews | Selasa, 7 Mei 2024 - 12:19
share

WASHINGTON DC, iNews.id - Raja Yordania, Abdullah II, mengingatkan Presiden AS Joe Biden bahwa serangan darat Israel di Rafah akan menyebabkan pembantaian baru terhadap warga sipil Palestina. Dia pun mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera demi mencegah itu terjadi.

Pesan itu disampaikan Raja Abdullah IIdalam pertemuan pribadi dengan Biden di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin (6/5/2024) waktu setempat. Raja memperingatkan dampak serangan darat Israel di Rafah, yang dapat menyebabkan konflik regional, bunyi pernyataan dari Istana Kerajaan Yordania, Selasa (7/5/2024) WIB.

Israel melancarkan serangan udara di Rafah, Jalur Gaza Selatan, pada Senin kemarin dan meminta warga Palestina di sana untuk mengungsi. Padahal, di kota itu terdapat lebih dari satu juta orang warga sipil yang terpaksa mengungsi dari berbagai daerah lainnya di Gaza, akibat perang antara pasukan zionis dan Hamas yang sudah berlangsung 7 tujuh bulan.

Pada Minggu (5/5/2024), Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang di Gaza dengan imbalan pembebasan para tawanan Israel. Akan tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan keras kepalanya menolak tuntutan tersebut. Pada hari yang sama, Hamas juga menghujani daerah Kerem Shalom di Israel Selatan dengan roket dan berhasil menewaskan tiga tentara zionis.

Dalam panggilan telepon pada Senin, Biden menekan Netanyahu untuk tidak melanjutkan serangan militer Israel skala besar di Rafah. Presiden AS itu tampaknya mulai mengeraskan suaranya meminta agar Israel tidak melakukan serangan darat di Rafah tanpa rencana untuk melindungi warga sipil Palestina.

Kerajaan Yordania lewat pernyataannya mengungkapkan, Raja Abdullah dalam pertemuannya dengan Biden memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah, tempat 1,4 juta warga Palestina mengungsi akibat perang di Gaza, bakal mengancam akan mengarah pada pembantaian baru. Yang Mulia (Raja Abdullah) menekankan pentingnya semua upaya untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza, kata pernyataan itu.

Raja Arab dan presiden AS itu juga menegaskan komitmen mereka untuk berupaya mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza. Mereka menekankan pentingnya memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Jalur Gaza mengingat kebutuhan yang sangat mendesak.

Dalam pernyataan terpisah, Gedung Putih mengatakan bahwa kedua pemimpin membahas perlunya pembebasan segera para tawanan yang ditahan oleh Hamas. Mereka berpendapat, gencatan senjata berkelanjutan memungkinkan gelombang bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk disalurkan dengan aman melalui Gaza.

Keduanya tetap berkomitmen untuk mencapai perdamaian yang langgeng dan abadi dengan mencakup jalan menuju Negara Palestina, dengan jaminan keamanan bagi Israel, kata pernyataan Gedung Putih.

Pemerintahan Biden dan para pejabat Israel masih berselisih mengenai rencana serangan militer Israel di Rafah. Sementara Israel pada Senin kemarin sudah mulai memerintahkan warga Palestina di beberapa bagian kota yang berbatasan dengan Mesir itu untuk mengungsi.

Biden terakhir kali bertemu Raja Abdullah IIdi Gedung Putih pada Februari lalu. Kedua sekutu lama tersebut membahas sejumlah tantangan yang kian mengkhawatirkan di Timur Tengah, termasuk serangan darat Israel yang akan terjadi di Gaza Selatan dan penderitaan warga sipil Palestina.

Yordania dan negara-negara Arab lainnya sangat kritis terhadap tindakan Israel di Gaza. Mereka menuntut gencatan senjata sejak pertengahan Oktober ketika korban sipil di Gaza mulai meroket.

Perang dimulai setelah Hamas mengejutkan Israel dengan serangan lintas batas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 penduduk zionis. Hamas pada waktu itu juga menawan 252 warga Israel lainnya.

Sejak itu, serangan Israel ke Gaza telah membunuh lebih dari 34.600 warga Palestina. Sementara lebih dari 77.000 orang lainnya terluka.

Topik Menarik