Sosok Mbah Benu Imam Masjid Aolia Gunungkidul yang Viral Telepon Tuhan, Ternyata Berdarah Biru

Sosok Mbah Benu Imam Masjid Aolia Gunungkidul yang Viral Telepon Tuhan, Ternyata Berdarah Biru

Terkini | inews | Sabtu, 6 April 2024 - 10:28
share

JAKARTA, iNews.id - Sosok KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu menyita perhatian publik. Dia viral di media sosial dengan pernyataannya 'menelepon Allah SWT' untuk menentukan 1 Syawal 1445 H yang menjadi pertanda Hari Raya Idul Fitri 2024.

Pengikutnya yang merupakan jemaah Aolia di Gunungkidul, DIY telah merayakan Lebaran 2024 pada Jumat (5/4/2024). Mereka sudah menggelar Salat Idul Fitri atau lebih awal 5 hari dari umat Islam lainnya. 

Setelah pernyataannya viral, dia mengklarifikasi maksud 'menelepon' Tuhan dalam menentukan kapan tepatnya 1 Syawal yang merupakan istilah jalan spiritual.

"Jadi terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT, itu sebenarnya hanya istilah. Yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya, kontak batin dengan Allah SWT," ujar Mbah Benu dikutip dari akun @merapi_uncover, Sabtu (6/4/2024).

Lalu siapakan Mbah Benu, tokoh yang menjadi Mursyid atau guru jemaah Aolia?

Sosok Mbah Benu

Informasi yang dirangkum iNews dari berbagai sumber menyebutkan, Mbah Benu lahir di Pekalongan pada Sabtu Pon 28 Desember 1942. Dia besar di Solotiang, Maron, Purworejo.

Sempat berkuliah di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, Mbah Benu kemudian menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul sejak 27 Juli 1972. Ayahnya sekaligus merupakan guru ngajinya yakni KH Sholeh bin KH Abdul Ghani bin Kiai Yunus.

Mbah Benu merupakan keturunan berdarah biru dari Purworejo. Dia kiai independen yang tidak melibatkan diri dalam partai politik.

Adapun kata Pranolo 1 pada akhir namanya dinisbatkan pada kakek-kakeknya yaitu Raden Gagak Pranolo III, Raden Gagak Pranolo II dan Raden Gagak Pranolo I yang dimakamkan di Makam Gede daerah Cangkrep Purworejo.

Mbah Benu mendapatkan pengajaran mengaji dari ayahnya ketika masih tinggal di Purworejo. Ayahnya merupakan lulusan berbagai pesantren besar di Jawa dan Madura seperti Krapyak, Termas, Lirboyo, Madura. Bahkan merupakan salah satu murid Mbah Kholil Bangkalan, Madura.

Mbah Benu keluar dari UGM meski selangkah lagi mendapatkan gelar dokter. Alasannya dia tidak mau memakan uang orang sakit, orang menderita dan orang meninggal, selain itu menganggap ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dapat menimbulkan kemusyrikan.

Namun demikian ilmu kedokteran sudah dikuasainya, seperti suntik, diagnosis, terapi, sampai operasi kecil-kecilan hingga kemampuan spiritual.

Mbah Benu menggunakan pendekatan budaya untuk mendekati masyarakat Jawa yang masih sinkretis. Dia tokoh yang memiliki keilmuan integratif. Tidak hanya menguasai ilmu Alquran, hadis, fikih, tasawuf, tetapi juga ilmu kedokteran, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, bela diri bahkan sampai kepada yang berhubungan dengan hal-hal spiritual.

Tentang Jemaah Aolia

Pada tahun 1984, Mbah Benu bersama masyarakat mendirikan Masjid Aolia yang berdiri di sisi petigaan Giriharjo, Panggang. Masjid ini dibangun dengan ornamen klasik seolah telah ada sejak tahun 1800-an yang letaknya diseberang jalan arah Parangtritis.

Mbah Benu memiliki hubungan dengan masyarakat yang tergabung dalam jemaah Aolia. Mayoritas jemaah berasal dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dia merupakan sesepuh daerah Panggang, Gunungkidul.

Jamaah Aolia selama ini dipimpin langsung Mbah Benu yang disebut sebagai Mursyid atau guru.

Putra Ketiga Pengasuh Jemaah Aolia, Musa Assiqbillah mengatakan, jemaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY, di mana mereka melaksanakan sholat Id bersamaan hari ini semua. Dia tidak bisa menghitungnya secara pasti karena jumlahnya sangat panjang. 

"Kalau secara pasti saya tidak tahu karena sangat banyak. Di (Kecamatan) Panggang ada sekitar 10 titik," tutur dia kepada iNews.id beberapa waktu lalu.

Jemaah Masjid Aolia bukan sebagai organisasi. Jemaah Masjid Aolia menganut aliran Ahlu Sunah wal Jamaah. Jemaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama yaitu sekira tahun 1983 saat itu dia belum lahir.

Disebutkan jika Mursyid Kyai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu keilmuannya secara Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadi Raden Ibnu Hajar Sholeh. Karena Mbah Benu juga dibimbing oleh Mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten.

"Beliau pernah mondok seperti di Pesantren Mbulus, pesantren daerah Maron Purworejo," ujarnya. 

Dalam ajaran Islam, ilmu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni. Ilmu kasbi dapat diperoleh manusia melalui usaha seperti belajar, melakukan percobaan, dan lain-lain. Sementara itu, ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang. 

Diketahui, jemaah Aolia di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DIY sudah Lebaran hari ini, Jumat (5/4/2024). Mereka juga sudah melaksanakan shalat Idul Fitri, Jumat pagi. Sebelumnya, Jemaah ini memulai puasa Ramadhan, Kamis 7 Maret 2024. 

Mereka telah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Jumat, 5 April 2024. Penetapan itu berdasarkan keyakinan pimpinan Jemaah Aolia yakni Mbah Benu atau Raden Ibnu Hajar Sholeh serta hitungan kalender yang mereka yakini.

Sebagaimana diketahui, pemerintah belum memutuskan 1 Syawal 1445 H atau Lebaran 2024. Pemerintah melalui Kementerian Agama baru akan menggelar rukyatul hilal dan Sidang Isbat, Selasa, 9 April 2024. Sedangkan Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal 1445 pada Rabu 10 April 2024. Sementara Nahdlatul Ulama memprediksi 1 Syawal 1445 jatuh hari Rabu, 10 April 2024.

Topik Menarik