Grab Pamer Angka Hijau Fantastis, tapi Cukupkah untuk Menebus Dosa Asap di Jalanan?
Di tengah peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang baru saja berlalu, raksasa teknologi Grab menggelar "parade hijau", memamerkan angka-angka fantastis dari inisiatif keberlanjutan mereka.
Dengan klaim pencegahan emisi karbon hingga 30.000 ton dan penghematan 11 juta liter BBM, Grab seolah ingin memposisikan diri sebagai pahlawan lingkungan.
Namun, di balik klaim yang mengesankan ini, tersimpan sebuah pertanyaan kritis yang tak terhindarkan: apakah semua upaya ini benar-benar mampu menebus "dosa" karbon dari jutaan perjalanan kendaraan bensin mereka yang masih berasap di jalanan setiap hari?
Di Atas Kertas, Angka-angka yang Memukau
Tidak bisa dipungkiri, pencapaian yang dipaparkan Grab memang terlihat luar biasa. Armada GrabElectric yang kini mencapai lebih dari 11.000 unit telah menempuh jarak lebih dari 250 juta kilometer—setara dengan hampir 7.000 kali mengelilingi bumi. Angka inilah yang diklaim telah mencegah 30.000 ton emisi karbon.Komitmen ini, menurut Rivana Mezaya, Director of Digital & Sustainability, Grab Indonesia, adalah bagian dari sebuah visi besar. "Di Grab, keberlanjutan lebih dari sekadar teknologi atau infrastruktur. Kami ingin membangun sebuah ekosistem yang dapat berdampak lestari bagi alam Indonesia," ujarnya.Upaya lain pun tak kalah mentereng. Mulai dari penanaman ratusan ribu pohon mangrove, perlindungan 149.800 hektar hutan gambut di Kalimantan, hingga pengumpulan 4.000 kilogram sampah plastik melalui mesin penukaran botol. Semua ini adalah bagian dari program "Langkah Hijau" yang didanai sebagian oleh kontribusi sukarela pengguna.
Sebuah Tetesan di Lautan Masalah?
Di sinilah letak ironi yang menusuk. Grab sendiri mengakui bahwa Indonesia menghadapi tantangan lingkungan yang masif: deforestasi yang terus meningkat, polusi plastik yang merusak laut, dan polusi udara yang memangkas harapan hidup rata-rata warganya.Di tengah krisis sebesar ini, apakah 30.000 ton CO2 yang berhasil dicegah oleh armada listrik Grab benar-benar signifikan? Atau ini hanyalah sebuah tetesan air di lautan masalah yang jauh lebih besar, yang sebagiannya juga disumbang oleh armada non-listrik mereka?
Download Minecraft PE 1.21.70 Bedrock Edition: Perubahan Besar Ini Bikin Gameplay Jadi Lebih Seru!
Langkah "hijau" ini, bagi sebagian pengamat sinis, bisa dilihat sebagai sebuah strategi branding dan ESG (Environmental, Social, Governance) yang sangat cerdas. Di saat isu lingkungan menjadi semakin seksi, menampilkan citra perusahaan yang peduli adalah sebuah keharusan bisnis. Program kontribusi pengguna, di mana setiap perjalanan bisa disisihkan Rp200-Rp500 untuk proyek lingkungan, juga secara cerdik melibatkan konsumen dalam membangun citra "hijau" ini.
"Perlu kolaborasi erat antara berbagai pihak—mulai dari mitra usaha, komunitas lokal, hingga pengguna layanan Grab," tambah Rivana, sebuah pernyataan yang benar, namun juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk bersama-sama memoles citra perusahaan.
Pada akhirnya, tak ada yang salah dengan inisiatif yang dilakukan Grab. Setiap pohon yang ditanam dan setiap kilogram plastik yang didaur ulang adalah sebuah kemenangan kecil.
Namun, publik berhak untuk tetap kritis dan bertanya: apakah ini adalah awal dari sebuah transformasi bisnis yang sesungguhnya, atau sekadar sebuah kampanye penebusan dosa yang sangat efektif dan didanaibersama-sama?






