Alarm Merah Industri Digital: Ambisi AI Indonesia Bisa Jadi Mimpi Buruk Akibat Krisis Talenta

Alarm Merah Industri Digital: Ambisi AI Indonesia Bisa Jadi Mimpi Buruk Akibat Krisis Talenta

Teknologi | sindonews | Sabtu, 7 Juni 2025 - 13:00
share

Di tengah gegap gempita revolusi kecerdasan artifisial, masyarakat Indonesia seolah tak mau ketinggalan kereta. Laporan terbaru dari Coursera mengungkap data fantastis: pendaftaran kursus Generative AI (GenAI) di Indonesia meroket hingga 237 dalam setahun terakhir, jauh melampaui rata-rata global.

Ini adalah cerminan dari sebuah ambisi besar. Indonesia sedang berlari kencang, mempersiapkan tenaga kerjanya agar tidak sekadar menjadi penonton, melainkan pemain utama di era digital. Namun, di balik angka yang mengesankan ini, tersimpan sebuah realitas pahit yang mengancam akan menggagalkan mimpi tersebut: krisis talenta dan kesenjangan gender yang menganga lebar.

Rapor Merah di Balik Peringkat ke-47

Global Skills Report 2025 dari Coursera menempatkan Indonesia di peringkat ke-47 secara global dalam penguasaan keterampilan. Sebuah posisi di papan tengah yang menunjukkan perjalanan masih sangat panjang. Meskipun tingkat kompetensi di bidang teknologi (58) dan data science (60) cukup menjanjikan, ada beberapa "pekerjaan rumah" serius yang tidak bisa diabaikan.

"Indonesia sedang mempersiapkan tenaga kerja yang melek digital. AI kini menjadi fokus utama, dan para pembelajar meresponsnya dengan membekali diri lewat keterampilan GenAI agar tetap relevan," ujar Eklavya Bhave, Head of Asia Pacific, Coursera.

Namun, data berbicara lebih keras. Laporan Future of Jobs 2025 dari World Economic Forum mencatat bahwa 83 perusahaan di Indonesia memproyeksikan transformasi besar dalam operasional mereka pada 2030. Sebuah angka yang jauh di atas rata-rata global. Pertanyaannya: siapa yang akan menjalankan transformasi ini?

Bom Waktu Talenta dan Hilangnya Potensi Perempuan

Di sinilah letak bom waktu yang sebenarnya. Indonesia menargetkan 9 juta talenta digital pada 2045, yang berarti butuh sekitar 600.000 tenaga kerja baru setiap tahun. Kenyataannya, perguruan tinggi saat ini hanya mampu menghasilkan 200.000 hingga 400.000 lulusan dengan keterampilan digital per tahun. Ada jurang besar antara kebutuhan dan ketersediaan.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah siapa yang ikut dalam perlombaan ini. Di balik lonjakan pendaftaran kursus GenAI, hanya 28 pesertanya adalah perempuan. Angka yang sama rendahnya (26) terlihat pada pendaftaran Sertifikat Profesional. Ini adalah sebuah ironi tragis, mengingat perempuan mencakup 49 dari total pembelajar Coursera di Indonesia. Separuh dari potensi kekuatan bangsa seolah sengaja ditinggal di garis start.

Kondisi ini menunjukkan bahwa selain mengejar keterampilan teknis seperti Deep Learning dan Machine Learning, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan yang lebih fundamental: bagaimana menciptakan ekosistem yang inklusif dan mampu mencetak talenta dalamskalamasif.

Topik Menarik