Hanya 1 Perusahaan Melek AI, tapi Ancaman Siber Makin Gila! IWA 2025 Jadi Alarm Bangun Tidur

Hanya 1 Perusahaan Melek AI, tapi Ancaman Siber Makin Gila! IWA 2025 Jadi Alarm Bangun Tidur

Teknologi | sindonews | Minggu, 25 Mei 2025 - 19:42
share

Di tengah gelombang revolusi kecerdasan buatan (AI) yang mengubah wajah teknologi global, ironi pahit justru menghantam jantung keamanan siber Indonesia. Situs web kebanggaan penanganan pandemi, PeduliLindungi.id, yang dulunya menjadi benteng pelindung data kesehatan masyarakat, tercoreng oleh invasi konten judi online.

Insiden ini, seolah menjadi tamparan keras di tengah optimisme era digital, sekaligus mengangkat pertanyaan besar: bagaimana peran AI dalam menghadapi ancaman peretasan dan maraknya judi online yang kian mengganas?

Peristiwa peretasan PeduliLindungi yang disusupi konten judi online adalah cerminan nyata betapa rentannya ruang digital kita. Di saat yang sama, laporan terbaru McKinsey 2025 menunjukkan kesenjangan besar dalam adopsi AI di kalangan perusahaan.

Indra Hartawan, VP & Country Manager Exabytes Indonesia, menyampaikan betapa vitalnya peran pengembang web. “Web developer memegang peran krusial dalam menjaga ruang digital agar tetap aman dan konstruktif," ujarnya di acara Indonesia Website Awards (IWA) 2025.

“Di tengah meningkatnya kasus peretasan situs yang disalahgunakan untuk judi online, para developer di Indonesia menunjukkan kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Mereka mulai memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan produktivitas—mulai deteksi kesalahan kode, pembuatan konten lebih cepat dengan generative AI, hingga pengujian keamanan dengan deteksi dan pencegahan serangan siber secara otomatis,” ungkap Indra.

Ini menegaskan bahwa AI bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga perisai dalam menghadapi ancaman siber.

Namun, di tengah gelombang AI yang memukau, sebuah pengingat penting datang dari Peter Kambey, juri IWA 2024. "AI bukan pilot utama. Manusialah yang harus tetap memegang kendali. AI adalah co-pilot—alat bantu, bukan pengganti. Kendali kreativitas, intuisi, dan keputusan strategis tetap harus di tangan kita," tegasnya.

Refleksi praktis dari sisi kreator dibagikan oleh Clement, salah satu pemenang IWA 2024 kategori Site of the Year. "Kalau AI bisa bantu kerja kita, kenapa tidak? Tapi kita juga harus pintar menggunakannya. Kasih prompt asal-asalan, hasilnya juga biasa saja. Tapi di tangan yang tepat, AI bisa jadi senjata luar biasa untuk hasil yang luar biasa," ungkapnya.

Faktanya, hanya 1 perusahaan yang telah mencapai kematangan AI, sementara 92 lainnya berencana meningkatkan investasinya dalam waktu dekat. Ini artinya, sebagian besar perusahaan masih "buta" AI, padahal 47 perusahaan memperkirakan AI akan mentransformasi 30 pekerjaan mereka tahun ini.

Ironisnya, baru 13 yang benar-benar menggunakan AI untuk sebagian besar tugas harian. Sebuah fakta mencengangkan yang menandakan: perusahaan yang menguasai AI lebih awal akan memiliki keunggulan kompetitif signifikan di era digital yang kiancepatberubah.

Topik Menarik