Selain Harta Karun, Tenyata Ini yang Membuat Gua Kitum Menjadi Tempat Mematikan

Selain Harta Karun, Tenyata Ini yang Membuat Gua Kitum Menjadi Tempat Mematikan

Teknologi | sindonews | Jum'at, 19 April 2024 - 12:49
share

Gua Kitum di Kenya menjadi terkenal karena tragedi meninggalnya dua pengunjung akibat virus Marburg pada tahun 2022. Kejadian ini menggemparkan dunia dan membawa perhatian besar pada gua tersebut.

Terletak di Taman Nasional Gunung Elgon di Kenya, Gua Kitum memiliki sejarah yang mengharukan sekaligus mengerikan.

Dinding gua dipenuhi bekas dan goresan namun meskipun terlihat seperti karya para penambang yang mencari emas atau berlian, sebenarnya itu adalah goresan yang ditinggalkan oleh hewan karena kandungan garamnya di dinding goa.

Karena garam yang ditemukan di dinding gua, Kitum diyakini telah menarik berbagai hewan, termasuk antelop dan gajah yang ingin menggunakan gua tersebut sebagai tempat menjilat garam raksasa.

Gajah-gajah yang berjalan melewati gua-lah yang meninggalkan bekas di dinding dan membantu membuat lorong tetapi dengan melakukan itu, mereka juga semakin mengungkap sisi gelap gua.

Pada tahun 1980-an, Gua Kitum menjadi terkenal setelah dua pengunjungnya meninggal dunia akibat tertular virus mematikan bernama Marburg.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, virus ini adalah penyakit sangat mematikan yang menyebabkan demam berdarah suatu kondisi yang merusak sistem kardiovaskular dan mengurangi kemampuan tubuh untuk berfungsi.

Menurut WHO, virus ini memiliki rasio kematian hingga 88 persen dan merupakan bagian dari keluarga yang sama dengan virus penyebab Ebola.

Ketika seseorang terinfeksi virus ini, virus ini dapat menyebar melalui manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya, serta melalui permukaan dan bahan yang terkontaminasi.

Manusia dapat tertular penyakit ini dari kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus hal ini diperkirakan terjadi pada kasus seorang pria dari Prancis, yang meninggal setelah mengunjungi Kitum pada tahun 1980, dan dan kematian seorang anak laki-laki berusia 15 tahun pada tahun 1987.

Menyusul kematian tersebut, Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat untuk Penyakit Menular (USAMRIID) meluncurkan misi di gua tersebut untuk mencoba menemukan spesies yang bertanggung jawab atas virus tersebut.

Mereka mengambil sampel dari berbagai spesies, namun anehnya tidak menemukan virus penyebab penyakit Marburg.

Meskipun kurangnya bukti mengenai virus tersebut, gua tersebut terus digambarkan sebagai salah satu tempat paling berbahaya di Bumi, dalam laporan dan postingan online.

Bertahun-tahun setelah dua kematian tersebut, ekspedisi ke pertambangan di berbagai negara menemukan bukti adanya virus Marburg pada kelelawar buah Mesir yang tinggal di gua.

Tambang tersebut memiliki koloni spesies kelelawar buah Afrika yang sama dengan yang hidup di Gua Kitum, sehingga menunjukkan bahwa merekalah penyebab penyakit tersebut

Akibat tragedi Marburg, Gua Kitum ditutup untuk umum selama beberapa bulan. Pemerintah Kenya mengambil langkah-langkah untuk membersihkan gua dan mencegah penyebaran virus. Saat ini, Gua Kitum telah dibuka kembali untuk pengunjung, namun dengan protokol kesehatan yang ketat. Pengunjung diwajibkan untuk memakai masker dan mengikuti panduan keselamatan yang diberikan oleh petugas.

Tragedi Marburg di Gua Kitum menjadi pengingat bahwa alam liar, meskipun indah, dapat menyimpan bahaya. Penting untuk selalu berhati-hati dan mengikuti protokol keselamatan saat mengunjungi tempat-tempat wisata alam, terutama yang berpotensi mengandung risiko kesehatan.

Topik Menarik