Ini yang Harus Dilakukan Ortu Kalau Anaknya Ketahuan Main Roleplay
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Viral di media sosial, seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang dimarahi oleh ayahnya. Alasannya karena sang anak ketahuan main Roleplay (RP) dan ayahnya tidak terima, kemudian memarahinya dan tersebar di jagad maya.
Edukator Kesehatan Mental dr Zulvia Oktanida Syarif SpKJ menjelaskan, RP adalah game bermain peran dan orang yang bermain RP disebut dengan Roleplayer. Roleplayer bisa memerankan satu karakter atau tokoh, misalnya berpura-pura jadi selebriti, idola, orang tertentu atau karakter lain di luar dirinya pribadi.
"Di karakter itu, seseorang bisa menjiwai dari yang diperankan. Bisa jadi yang main RP itu tidak saling kenal, tid diketahui lelaki atau perempuan, backgorundnya apa, identitasnya dirahasiakan," ujar dr Vivi, sapaannya, dikutip dari konten edukasi kesehatannya, Minggu (25/6/2023).
Dikhawatirkan dr Vivi, anak-anak dibawah umur bermain RP yang marak bermunculan di grup WhatsApp (WA) tau Telegram. Anak-anak di bawah umur bisa ikut grup tersebut dan menjadi Roleplayer dan berperan bak orang dewasa.
"Bahkan mungkin sexting, chat tetapi membahas sex. Bahasa yang digunakan bisa vulgar, kaya orang dewasa. Bisa saling berkirim gambar terkat sex dan berpura-pura menjadi suami dan istri," terang dr Vivi.
Diakui dr Vivi, mungkin di masa lalu, kita pernah bermain RP. Contohnya bermain menjadi ayah dan ibu, bermain boneka-bonekaan, bermain rumah-rumahan.
Tetapi dalam kasus ini, RP sudah menjadi bahaya karena melibatkan orang lain yang identitasnya tidak diketahui. Bisa ada unsur predator anak atau pedofilia. "Hati-hati orang tua," sambung dia.
Maka dari itu dr Vivi imbau orang tua untuk berhati-hati dengan fenomena RP ini. Orang tua juga perlu mengawasi anak masing-masing, agar dipastikan tidak bermain RP dan terdampak risiko bahayanya.
Apabila diketahui anak bermain RP, dr Vivi imbau orang tua tidak memarahi anak. Sebagai orang dewasa, alangkah lebih baik untuk menjaga emosi dan tidak marah, karena tindakan itu tidak berakibat baik untuk anak.
"Sebagai orang dewasa, kontrol emosi. Cari tahu, mengapa anak main RP dan pastikan anak tidak terekspose lagi. Bisa ke psikolog atau psikiater," imbau dr Vivi.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah terapi. Tetapi terapi tidak hanya dilakukan kepada anak-anak pemain RP, tetapi juga dilakukan oleh orang tua dan dicari tahu, mengapa anaknya bisa bermain RP.

