Amerika Serikat dan Jepang Kerjasama Pertahanan Anti Rudal Hipersonik, 2030 Siap Digunakan

Amerika Serikat dan Jepang Kerjasama Pertahanan Anti Rudal Hipersonik, 2030 Siap Digunakan

Berita Utama | tangsel.inews.id | Sabtu, 4 Mei 2024 - 00:45
share

TOKYO, iNewsTangsel.id - Amerika Serikat (AS) dan Jepang berencana mengalokasikan lebih dari USD3 miliar (Rp48 triliun) untuk mengembangkan bersama rudal baru yang dapat menghentikan senjata hipersonik.

Menurut Kyodo News, proyek Glide Phase Interceptor (GPI) diperkirakan akan selesai pada tahun 2030-an, dengan Jepang berkomitmen menyumbang sekitar USD1 miliar.

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyetujui program tersebut pada Agustus 2023.

Rudal ini akan dirancang untuk menangkal rudal hipersonik selama fase penerbangan rentan sebelum memasuki atmosfer dari luar angkasa.

Pentagon mencatat bahwa di Jepang, GPI kemungkinan akan dipasang pada masa depan ASEV (Kapal yang Dilengkapi Sistem Aegis) dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, sistem pertahanan Amerika yang dirancang untuk melawan rudal balistik jarak pendek dan menengah.

 

"Pengembangan kemampuan kontra-hipersonik menjadi kebutuhan mendesak bagi kedua negara untuk menghadapi tantangan di kawasan Indo-Pasifik, termasuk kemunculan rudal hipersonik ofensif dan teknologi canggih lainnya untuk potensi tindakan pemaksaan," jelas Pentagon.

Proyek GPI dimulai karena AS tertinggal dari Rusia dan China dalam pengembangan senjata hipersonik, termasuk kendaraan dan rudal yang mampu melaju lebih cepat dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara.

Setelah AS mulai mengembangkan serangkaian pencegat rudal anti-balistik baru setelah berakhirnya Perjanjian ABM pada tahun 2002, Rusia membatalkan rencana dari era 1980-an untuk membuat senjata hipersonik yang dirancang untuk mengalahkan sistem pertahanan rudal balistik tradisional.

Senjata hipersonik pertama di dunia, Avangard, diperkenalkan kepada dunia pada tahun 2018, dan sejak itu Rusia telah meluncurkan dua senjata lainnya, yaitu rudal jelajah hipersonik Kinzhal dan rudal yang diluncurkan dari permukaan dan kapal selam, Zircon.

China juga menjadi pelopor dalam pengembangan beberapa jenis senjata hipersonik seiring dengan fokusnya pada rudal jarak jauh sebagai respons asimetris terhadap teknologi militer unggulan AS.

 

Perjanjian Rudal Anti-Balistik, yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1972, berakhir pada Juni 2002 ketika Amerika secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

Topik Menarik