Junaid Miran Jual Karya demi Modal Tuntut Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All
Animator asal Pakistan, Junaid Miran, tengah menjadi sorotan internasional setelah mengumumkan rencananya untuk menjual karya seni orisinal demi mendapatkan modal menuntut pembuat film animasi Merah Putih One For All. Ia menuding pihak produksi menggunakan aset karakter miliknya tanpa izin, sehingga merasa hak cipta karyanya dilanggar.
Langkah drastis ini dilakukan karena Junaid Miran tidak memiliki dukungan sponsor maupun studio besar. Sehingga harus mengandalkan penjualan karya pribadinya untuk membiayai proses hukum lintas negara yang membutuhkan dana besar.
Melalui kanal YouTube pribadinya, Miran menyampaikan bahwa dirinya akan menjual koleksi karya seni orisinal demi menggalang dana untuk proses hukum tersebut. Ia menegaskan bahwa tuntutan hukum lintas negara bukanlah hal mudah karena membutuhkan biaya besar, mulai dari pengacara, administrasi, hingga perjalanan.
"Tapi aku perlu kalian mengerti satu hal penting. Aku nnggak bisa melakukan ini sendiri. Sungguh, aku berharap mengatakan aku akan menuntut mereka semudah melangkah ke ruang sidang. Kenyataannya nggak begitu," kata Miran dikutip Rabu (3/9/2025).
Baca Juga:Animator Pakistan Junaid Miran Siap Tuntut Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All
Foto/IMDb"Tuntutan hukum apalagi di negara lain, butuh banyak biaya. Biaya pengacara, administrasi, perjalanan, semuanya memerlukan banyak uang. Dan aku nggak punya itu. Aku adalah artis independen. Aku nggak punya studio besar atau sponsor yang mendukungku. Yang aku punya cuma kalian," sambungnya
Untuk mendukung langkahnya, Miran melepas 10 karya seni orisinal berkualitas tinggi resolusi 6K yang disebutnya sebagai “potongan hati” hasil jerih payahnya. Koleksi tersebut sebelumnya dipatok dengan harga lebih tinggi, namun kini ia menurunkan harga menjadi hanya USD5 atau sekitar Rp82 ribu per karya agar lebih terjangkau bagi publik.
"Aku membuat video, aku membagikan ceritaku, dan aku menawarkan sesuatu sebagai imbalan atas dukungan kalian. Aku menaruh 10 karya seni orisinalku untuk dijual. Karya-karya ini adalah potongan hatiku," jelasnya.
"Karya seni beresolusi tinggi 6K yang aku curahkan seluruh jiwaku ke dalamnya. Aku memasang harga untuk seluruh koleksi itu. Aku menurunkan harga seluruh koleksi 10 karya seni orisinal itu dari jadi cuma USD5," lanjutnya.Baca Juga:Daftar Lengkap Lokasi dan Jadwal Tayang Film Animasi Merah Putih One For All di Bioskop
Pengumuman ini langsung disambut dukungan dari warganet yang ramai-ramai memberikan semangat melalui media sosialnya. Banyak yang menilai langkah Miran menjual karya seni pribadi sebagai bentuk perjuangan seorang kreator independen melawan ketidakadilan dalam industri animasi.
Dukungan publik dinilai menjadi modal utama agar ia tetap berani menghadapi tantangan besar dalam menuntut keadilan.
"Oke, aku akan berjuang. Aku siap menuntut mereka yang bertanggung jawab atas ketidakadilan ini. Aku siap bangkit dan menuntut pertanggungjawaban yang kita semua dambakan," ujarnya.
"Aku melakukan ini karena kalian percaya padaku, karena kalian memberiku keberanian untuk akhirnya berkata, 'cukup sudah'. Aku nggak bisa berpaling ketika begitu banyak dari kalian mengharapkan aku membetulkan kesalahan ini," tambahnya.Baca Juga:Film Animasi Merah Putih One For All Tayang Hari Ini di Bioskop
Sinopsis Merah Putih One For All
Film berdurasi 1 jam 10 menit dan berklasifikasi semua umur ini mengajak penonton mengikuti kisah sekelompok anak istimewa yang terpilih menjadi Tim Merah Putih di sebuah desa yang tengah mempersiapkan perayaan kemerdekaan. Tugas utama mereka adalah menjaga bendera pusaka yang selalu dikibarkan pada setiap upacara 17 Agustus.Konflik memuncak ketika bendera tersebut hilang secara misterius hanya tiga hari sebelum perayaan, memaksa kedelapan anak dari latar budaya Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan China, bersatu dalam misi penyelamatan.
Perjalanan penuh tantangan seperti menyeberangi sungai, menembus hutan, menghadapi badai, hingga mengatasi ego masing-masing menjadi inti cerita yang menyampaikan pesan bahwa perbedaan adalah sumber kekuatan.









