Animator Pakistan Junaid Miran Siap Tuntut Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All

Animator Pakistan Junaid Miran Siap Tuntut Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 2 September 2025 - 21:20
share

Animator asal Pakistan, Junaid Miran, menyatakan siap menuntut pembuat film animasi Merah Putih One For All. Melalui kanal YouTube pribadinya, Miran menuding adanya penggunaan aset karakter miliknya tanpa izin, sehingga ia merasa dirugikan secara moral maupun profesional.

Tuduhan Junaid Miran ini sontak memicu perhatian publik. Terutama warganet yang menaruh simpati terhadap perjuangan kreator independen dalam melindungi karya orisinalnya.

Dalam video yang diunggah, Miran dengan tegas menyampaikan tekadnya untuk memperjuangkan hak kekayaan intelektual yang diyakini telah dilanggar.

"Oke, aku akan berjuang. Aku siap menuntut mereka yang bertanggung jawab atas ketidakadilan ini," kata Miran dalam kanal YouTube pribadinya, Selasa (2/9/2025).

Baca Juga:Daftar Lengkap Lokasi dan Jadwal Tayang Film Animasi Merah Putih One For All di Bioskop

Foto/IMDb

Ia menekankan bahwa langkah hukum yang ditempuh bukan sekadar untuk dirinya pribadi, melainkan demi memberikan pelajaran penting bahwa karya kreator harus dihargai. Pernyataannya ini langsung mendapat banjir dukungan dari pengikutnya di berbagai platform media sosial.

"Aku siap bangkit dan menuntut pertanggungjawaban yang kita semua dambakan," jelasnya.

Lebih lanjut, Miran menyatakan bahwa keberaniannya untuk melawan tidak terlepas dari dukungan para penggemarnya. Ia mengakui bahwa ribuan pesan dan komentar dari warganet telah memberinya kekuatan untuk bangkit dan berkata cukup terhadap tindakan yang menurutnya tidak adil.

Bagi Miran, perjuangan ini bukan sekadar persoalan pribadi, melainkan bentuk solidaritas kreator melawan praktik yang merugikan dunia seni.Baca Juga:Film Animasi Merah Putih One For All Tayang Hari Ini di Bioskop

"Aku melakukan ini karena kalian percaya padaku, karena kalian memberiku keberanian untuk akhirnya berkata, 'cukup sudah'," ujarnya.

"Aku nggak bisa berpaling ketika begitu banyak dari kalian mengharapkan aku membetulkan kesalahan ini," tambahnya.

Namun, di balik tekad kuatnya, Miran tidak menutupi bahwa proses hukum lintas negara bukanlah hal mudah. Ia menyebut tuntutan hukum di negara lain membutuhkan biaya besar, mulai dari pengacara, administrasi, hingga perjalanan.

Kondisi ini menjadi tantangan berat. Sebab, dirinya hanyalah seorang artis independen tanpa dukungan studio besar atau sponsor yang kuat. Baca Juga:Film Animasi Merah Putih One For All Tayang di 16 Layar Bioskop

"Tapi aku perlu kalian mengerti satu hal penting. Aku nnggak bisa melakukan ini sendiri. Sungguh, aku berharap mengatakan aku akan menuntut mereka semudah melangkah ke ruang sidang. Kenyataannya nggak begitu," ucapnya.

"Tuntutan hukum apalagi di negara lain, butuh banyak biaya. Biaya pengacara, administrasi, perjalanan, semuanya memerlukan banyak uang. Dan aku nggak punya itu. Aku adalah artis independen. Aku nggak punya studio besar atau sponsor yang mendukungku. Yang aku punya cuma kalian," sambungnya.

Untuk mendukung langkah hukumnya, Miran bahkan menawarkan cara kreatif agar penggemarnya bisa ikut berkontribusi. Ia merilis 10 karya seni orisinal dengan resolusi tinggi 6K yang disebutnya sebagai potongan hatinya.

Koleksi karya ini ditawarkan dengan harga terjangkau, yakni USD5 atau sekitar Rp82 ribu. Menurutnya, hasil penjualan karya seni tersebut akan digunakan sebagai modal dalam membiayai seluruh proses hukum yang hendak dijalankan."Aku membuat video, aku membagikan ceritaku, dan aku menawarkan sesuatu sebagai imbalan atas dukungan kalian. Aku menaruh 10 karya seni orisinalku untuk dijual. Karya-karya ini adalah potongan hatiku," tuturnya.

"Karya seni beresolusi tinggi 6K yang aku curahkan seluruh jiwaku ke dalamnya. Aku memasang harga untuk seluruh koleksi itu. Aku menurunkan harga seluruh koleksi 10 karya seni orisinal itu dari jadi cuma USD5," tandasnya.

Sinopsis Merah Putih One For All

Film berdurasi 1 jam 10 menit dan berklasifikasi semua umur ini mengajak penonton mengikuti kisah sekelompok anak istimewa yang terpilih menjadi Tim Merah Putih di sebuah desa yang tengah mempersiapkan perayaan kemerdekaan. Tugas utama mereka adalah menjaga bendera pusaka yang selalu dikibarkan pada setiap upacara 17 Agustus.

Konflik memuncak ketika bendera tersebut hilang secara misterius hanya tiga hari sebelum perayaan, memaksa kedelapan anak dari latar budaya Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan China, bersatu dalam misi penyelamatan.

Perjalanan penuh tantangan seperti menyeberangi sungai, menembus hutan, menghadapi badai, hingga mengatasi ego masing-masing menjadi inti cerita yang menyampaikan pesan bahwa perbedaan adalah sumber kekuatan.

Topik Menarik