Ramai Dikritik, Kemenekraf Buka Suara soal Film Animasi Merah Putih One For All

Ramai Dikritik, Kemenekraf Buka Suara soal Film Animasi Merah Putih One For All

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 12 Agustus 2025 - 19:35
share

Kementerian Ekonomi Kreatif buka suara soal ramainya film animasi Merah Putih: One For All tengah menjadi perbincangan publik. Kemenekraf menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan dukungan bersifat finansial maupun fasilitasi produksi dan promosi terhadap film Merah Putih: One For All.

“Pada 7 Juli 2025, tim produksi Merah Putih: One For All melakukan audiensi dengan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar. Dalam audiensi tersebut, Wamen Ekraf memberikan sejumlah masukan untuk peningkatan kualitas film animasi tersebut,” ungkap pihak Kemenekraf dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (12/8/2025).

Baca juga: Disebut Habiskan Rp6,7 Miliar, Sutradara Film Animasi Merah Putih One For All Angkat Bicara

Lebih lanjut, Kementerian Ekraf tidak memiliki kewenangan untuk melakukan kurasi, apalagi meloloskan atau tidak nya sebuah tayangan film.

Proses kurasi dan seleksi penayangan menjadi kewenangan pihak distributor, dalam hal ini pemilik bioskop.“Kementerian Ekraf berkomitmen terus mendorong ekosistem kreatif dari proses kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, hingga konservasi dalam menghasilkan produk ekonomi kreatif yang berkualitas,” tambahnya.

Baca juga: Film Merah Putih One For All Digeruduk Netizen, Kemenekraf: Cuma Kasih Masukan

Kementerian Ekonomi Kreatif meyakini bahwa setiap pegiat ekraf patut diberikan ruang untuk berkarya dan kesempatan untuk berkreasi, sejauh itu dapat memberikan dampak positif khususnya bagi sektor ekonomi kreatif.

Sebagai informasi, film animasi Indonesia Merah Putih One For All baru-baru ini bikin heboh netizen. Film tersebut digadang-gadang bakal tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 sebagai momen menyambut Hari Kemerdekaan.

Hebohnya film animasi Merah Putih One For All ini bermula dari ramainya kritikan pedas netizen di media sosial. Warganet mengatakan hasil visual dari film animasi tersebut dianggap memiliki kualitas di bawah rata-rata.

Topik Menarik