Pertarungan BRICS vs AS Dimulai: Rusia, China hingga India Jadi Target Utama

Pertarungan BRICS vs AS Dimulai: Rusia, China hingga India Jadi Target Utama

Ekonomi | sindonews | Kamis, 7 Agustus 2025 - 22:09
share

Pertarungan antara Amerika Serikat (AS) dan aliansi BRICS memasuki babak baru. Pemerintahan Presiden Donald Trump secara bertahap memberlakukan tarif tinggi terhadap anggota aliansi tersebut memicu ketidakpastian dalam perdagangan global.

India menjadi negara pertama yang dikenakan tarif masuk sebesar 25 persen, sebelum dinaikkan menjadi 50 persen pada Rabu (6/8). Tak lama berselang, tarif serupa diberlakukan terhadap Brasil, memicu kekhawatiran di internal BRICS mengenai strategi lanjutan menghadapi tekanan dari Washington.

Baca Juga:China Tak Kurang Akal, BRICS Diajak Ambil Jalan Pintas Hindari Tarif AS

Langkah tarif ini dikaitkan dengan praktik pembelian minyak Rusia oleh anggota BRICS, yang dilakukan dengan harga diskon akibat sanksi internasional. Trump menuding kebijakan ini melemahkan posisi ekonomi AS dan menguntungkan negara-negara yang menjadi pesaing geopolitik.

Brasil termasuk negara yang paling terdampak. Pemerintah Presiden Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan keberatan terhadap keputusan tersebut, dan berencana membahas respons bersama dengan anggota BRICS lainnya. Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari kelompok tersebut.Sementara, Rusia tidak menjadi target tarif baru karena sanksi ekonomi yang telah lama diberlakukan terhadap Moskow masih berlaku. Meski begitu, Rusia tetap memainkan peran sentral dalam dinamika ini dengan mendorong agenda de-dolarisasi dan memperkuat posisi BRICS dalam perdagangan global.

India, yang sebelumnya dipuji Trump sebagai "mitra strategis", kini justru dikenai tarif tinggi. Presiden AS menilai kebijakan India membeli minyak mentah Rusia dengan harga murah sebagai tindakan yang merugikan kepentingan ekonomi Amerika.

China, yang selama ini menjadi lawan dagang utama AS, kembali menjadi sasaran. Tarif terhadap produk China pernah mencapai 145 persen pada puncaknya, meskipun kini telah diturunkan menjadi sekitar 30 persen. Pemerintah Xi Jinping merespons dengan kebijakan balasan dan dorongan untuk mempererat kerja sama ekonomi antaranggota BRICS.

Baca Juga:Trump Kerek Tarif Impor 50, Hubungan AS-India di Titik Terburuk

Afrika Selatan juga tak luput dari kebijakan tarif. Dilansir dari Watcher Guru, negeri tersebut dikenai bea masuk sebesar 30 persen. Trump menambahkan ketegangan dengan menuding pemerintah Afrika Selatan melakukan diskriminasi terhadap warga kulit putih, sebuah pernyataan yang menuai kritik tajam dari komunitas internasional.

Konflik dagang ini menunjukkan pergeseran lanskap geopolitik dan ekonomi global. BRICS, yang awalnya dibentuk untuk memperkuat kerja sama ekonomi antarnegara berkembang, kini dihadapkan pada tantangan langsung dari kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Topik Menarik