Penasihat Perdagangan AS: Tarif Trump Hampir Pasti Tak Akan Berubah Lagi
Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump memastikan tidak akan ada perubahan besar dalam kebijakan tarif dagang yang telah ditetapkan, meskipun sejumlah negara berharap bisa melakukan negosiasi ulang.
Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Perdagangan AS, Jamieson Greer, dalam wawancara dengan program Face the Nation yang disiarkan CBS, Minggu (3/8). Menurut Greer, sebagian besar tarif yang telah diumumkan akan tetap berlaku sesuai jadwal, tanpa ruang berarti untuk revisi.
"Banyak dari tarif ini telah dikunci dalam kesepakatan, sebagian diumumkan, sebagian tidak. Beberapa tergantung pada neraca dagang antara AS dan negara mitra," ujar Greer dikutip dari CNA, Senin (4/8). "Hari-hari ke depan hampir pasti tidak akan melihat perubahan signifikan."
Baca Juga:India Tak Takut Ancaman Trump, Tetap Akan Impor Minyak dari Rusia
Berapa Gaji Kurir Ekpedisi per Bulan?
Tarif yang ditetapkan Presiden Trump berkisar antara 10 hingga 41 persen dan akan mulai diberlakukan pada 7 Agustus. Kebijakan ini mencakup puluhan negara mitra dagang Amerika Serikat, termasuk Uni Eropa dan Brasil.Pemerintah AS menyatakan bahwa tujuan dari kebijakan ini bukan hanya ekonomi, melainkan juga geopolitik. "Beberapa negara memang ingin berdialog lebih jauh, tetapi kami merasa bentuk akhir dari rencana tarif presiden sudah tergambar jelas," tambah Greer.
Salah satu negara yang terdampak signifikan adalah Brasil. Negeri itu dikenai tarif hingga 50 persen atas sejumlah produk ekspor ke AS. Namun, produk strategis seperti pesawat dan jus jeruk masih dikecualikan.
Trump secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan tarif terhadap Brasil juga berkaitan dengan posisi politiknya terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Bolsonaro saat ini sedang menghadapi penyelidikan atas dugaan keterlibatannya dalam rencana kudeta. Trump menyebut kasus tersebut sebagai "perburuan penyihir".
Menurut Greer, tidak aneh bila Trump memanfaatkan tarif sebagai alat tekanan politik luar negeri. "Presiden telah menyaksikan penyalahgunaan hukum dan demokrasi di Brasil, dan menilai tarif sebagai respons yang layak," katanya.
Baca Juga:Rusia Jadikan Ukraina Kelinci Percobaan untuk Bom Luncur Maut UMPB-5Sementara, penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, menegaskan bahwa meskipun diskusi dengan sejumlah mitra dagang masih berlangsung, kebijakan tarif Trump sebagian besar telah "terkunci".
Ketika diwawancarai dalam program Meet the Press di NBC, Hassett ditanya apakah Trump akan meninjau ulang tarif jika pasar keuangan bereaksi negatif. Ia menjawab tegas, "Saya rasa tidak. Ini adalah kesepakatan final."
Namun demikian, sejumlah gugatan hukum telah diajukan terhadap kebijakan tarif ini. Pihak penggugat menilai Trump telah melampaui batas kewenangan konstitusionalnya. Kasus tersebut kini tengah diproses di pengadilan banding dan bisa berujung pada keputusan Mahkamah Agung.






