Uni Eropa Sambut Baik Ultimatum Trump untuk Rusia
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Kaja Kallas menyambut baik ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif kepada mitra dagang Rusia kecuali kesepakatan dengan Ukraina tercapai dalam 50 hari. UE menyebutnya sebagai langkah "positif".
Namun, Moskow telah memperingatkan deklarasi Trump dapat dianggap Kiev sebagai sinyal untuk melanjutkan perang.
Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia "sangat, sangat tidak senang" dengan proses negosiasi yang berlarut-larut, dan memperingatkan Moskow tentang tarif sekunder yang "berat" hingga 100 kecuali kedua belah pihak bergerak menuju penyelesaian.
"Sangat positif bahwa Presiden Trump mengambil sikap tegas terhadap Rusia," ujar Kallas, yang dikenal karena sikapnya yang agresif terhadap Moskow, dalam konferensi pers.
Namun, ia menyatakan tenggat waktu Trump mungkin tidak cukup untuk "menekan" Rusia."50 hari adalah waktu yang sangat lama... Jelas bahwa kita semua perlu memberikan lebih banyak tekanan kepada Rusia agar mereka juga menginginkan perdamaian," ujar dia, seraya menyerukan agar Washington terus mendukung Kiev secara militer.
Rusia telah berulang kali mengecam pasokan senjata Barat ke Ukraina, dengan mengatakan mereka memperpanjang konflik tanpa mengubah arahnya.
Moskow juga mengecam sanksi sebagai tindakan ilegal menurut hukum internasional.
Rusia dan Ukraina telah mengadakan dua putaran perundingan langsung di Istanbul selama dua bulan terakhir.
Kedua belah pihak sepakat melakukan pertukaran tahanan besar-besaran dan bertukar proposal tentang cara-cara potensial menuju penyelesaian. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Selasa bahwa Moskow tetap terbuka untuk negosiasi tetapi belum menerima tanggapan mengenai waktu putaran berikutnya dari Kiev.
Peskov menggambarkan ultimatum Trump sebagai "cukup serius," tetapi mencatat Rusia membutuhkan waktu untuk menganalisisnya.
Ia juga memperingatkan perubahan nada Washington dapat dilihat di Kiev "bukan sebagai sinyal menuju perdamaian, tetapi sebagai sinyal untuk melanjutkan perang."
Baca juga: Terungkap, Trump Akui Rusia Pasti Menang Perang Lawan Ukraina

