Profil Azerbaijan, Negara Mayoritas Muslim tapi Pemasok Minyak ke Israel

Profil Azerbaijan, Negara Mayoritas Muslim tapi Pemasok Minyak ke Israel

Global | sindonews | Minggu, 13 Juli 2025 - 10:42
share

Di tengah panasnya konflik Timur Tengah, terdapat sebuah ironi geopolitik yang jarang disorot media: sebuah negara mayoritas Muslim, Azerbaijan, justru menjadi pemasok 60 persen minyak bagi Israel. Anehnya lagi, Azerbaijan merupakan sekutu Turki—negara yang terang-terangan menyebut Israel sebagai negara teroris.

Profil Singkat Azerbaijan, Negeri Kaspia yang Strategis

Azerbaijan terletak di kawasan Kaukasus Selatan, berbatasan langsung dengan Rusia di utara, Iran di selatan, Armenia di barat, dan Laut Kaspia di timur.

Ibu kotanya, Baku, adalah salah satu kota tertua dan terkaya di kawasan itu, serta pusat industri minyak sejak abad ke-19.

♦Nama resmi: Republik Azerbaijan.♦Ibu kota: Baku.♦Luas wilayah: ± 86.600 km persegi.♦Jumlah penduduk: ± 10 juta jiwa.♦Mayoritas agama: Islam (± 97), sebagian besar Syiah.♦Bentuk pemerintahan: Republik Presidensial.♦Presiden saat ini: Ilham Aliyev (berkuasa sejak 2003).

Baca Juga: 5 Negara Asia yang Diam-diam Dukung Israel, Salah Satunya Mayoritas Muslim

Azerbaijan merupakan bekas republik Soviet yang merdeka pada 1991 setelah Uni Soviet bubar.

Sebelumnya, wilayah ini telah menjadi rebutan berbagai kekuatan: Kekaisaran Persia, Rusia, dan Ottoman.

Dominasi budaya Islam yang kuat, khususnya Syiah, menjadikan Azerbaijan unik karena berbeda dari mayoritas negara Turkik lainnya yang berhaluan Sunni.Namun, pasca-kemerdekaan, Azerbaijan memilih jalur pragmatis: mempererat hubungan dengan Barat, menjaga hubungan strategis dengan Turki, dan membuka diri terhadap investasi asing—terutama di sektor energi.

Azerbaijan Pemasok Minyak Utama untuk Israel

Hubungan antara Azerbaijan dan Israel tidak hanya berjalan normal, tapi justru erat secara ekonomi dan militer.

Dalam hal energi, Azerbaijan menjadi salah satu pemasok minyak terbesar bagi Israel. Data dari US Energy Information Administration (EIA) dan laporan investigasi dari Reuters dan Haaretz menunjukkan sekitar 40–60 minyak mentah Israel berasal dari Azerbaijan.

Minyak itu dikirim melalui jaringan pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) menuju pelabuhan Ceyhan di Turki, lalu diangkut kapal tanker ke pelabuhan Ashkelon di Israel.

Perusahaan energi nasional Azerbaijan, SOCAR, memainkan peran penting dalam kerja sama ini.

Israel sendiri sangat bergantung pada energi asing, dan Azerbaijan dianggap sebagai pemasok yang "aman secara politik" dibandingkan negara-negara Arab.

Azerbaijan telah berjanji kepada Israel bahwa mereka akan terus memasok minyak ke negara tersebut, meskipun penjualan minyak secara resmi dihentikan tahun lalu, menurut sebuah laporan di Haaretz.Azerbaijan baru-baru ini menghapus penjualan minyak ke Israel dari catatan bea cukainya, setelah peningkatan ekspor yang stabil dari tahun ke tahun ke negara tersebut, yang mencapai lebih dari satu juta ton pada tahun 2024.

Menurut catatan tersebut, ekspor ke Israel dihentikan pada bulan Oktober di tengah perang di Gaza.

Namun, sumber-sumber Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa penjualan terus berlanjut, dan perubahan dalam catatan bea cukai mungkin disebabkan oleh transaksi yang dilakukan kepada pedagang yang terdaftar di negara ketiga.

"Kami menerima janji dari Azerbaijan bahwa hubungan strategis akan berlanjut, termasuk di sektor energi, dan kami tidak perlu khawatir," kata salah satu sumber yang dikutip Haaretz.

Dua sumber Israel mengatakan bahwa penghentian penjualan pada bulan Oktober didorong oleh tekanan dari Turki, sekutu politik dan militer terpenting Azerbaijan.

Tekanan Turki, menurut laporan Haaretz, sebagian disebabkan oleh fakta bahwa minyak Azerbaijan yang diekspor ke Israel diangkut oleh jaringan pipa BTC yang melintasi Turki.

Ankara memutuskan hubungan dagang dengan Israel pada Mei tahun lalu karena perang di Gaza dan penolakan Israel untuk mengizinkan Turki mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui udara ke wilayah Palestina yang terkepung tersebut.Beberapa partai oposisi dan suara-suara di Turki telah memprotes pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, menuduhnya terus memasok minyak Azerbaijan ke Israel.

Protes juga terjadi di luar kantor Socar di Istanbul, perusahaan minyak negara Azerbaijan.

Sumber Israel tersebut mengatakan kepada Haaretz: "Bahkan jika Azerbaijan berhenti mengekspor minyak ke Israel, kami tidak akan runtuh. Kami akan membawanya dari tempat lain."

"Tetapi mereka ingin menyeimbangkan situasi di mana mereka hanya bergantung pada kami, dari perspektif keamanan," paparnya.

Israel memberikan bantuan militer dan diplomatik kepada Azerbaijan dalam serangannya terhadap Armenia pada September 2023, yang mengakibatkan Azerbaijan mengambil alih wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Ilham Shaban, ketua Pusat Penelitian Minyak Barel Kaspia Azerbaijan, mengatakan kepada Haaretz bahwa dengan menjual minyak melalui perorangan, mereka dapat menghindari publikasi bahwa ekspor tersebut pada akhirnya berakhir di Israel.

Dia mengatakan bahwa Baku kemudian dapat mengeklaim bahwa penjualan tersebut "tidak mengisi bahan bakar pesawat yang memusnahkan anak-anak Palestina."Analisis pada bulan November menemukan bukti "perdagangan sistematis" minyak mentah antara Turki dan Israel, meskipun ada embargo perdagangan Ankara atas perang tersebut.

Kampanye Stop Fuelling Genocide merilis bukti yang menunjukkan bahwa kapal tanker Seavigour mengirimkan minyak mentah dari pelabuhan Ceyhan di Turki ke sebuah pipa di dekat Ashkelon di Israel.

Pelabuhan tersebut merupakan perhentian terakhir bagi kapal BP milik jaringan pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan.

Minyak tersebut kemudian dikirim dari Terminal Heydar Aliyev di Ceyhan ke Israel, yang mencakup hampir 30 persen dari impor minyak mentahnya.

Para peneliti melacak 10 perjalanan yang dilakukan pada tahun 2024 oleh kapal tanker Kimolos antara Ceyhan dan Ashkelon, dengan delapan di antaranya terjadi setelah Turki mengumumkan embargo pada bulan Mei.

Meskipun kapal mematikan sinyal pelacakannya selama beberapa hari di Mediterania Timur untuk menyamarkan rutenya, para peneliti berhasil mengidentifikasi kapal tersebut berlabuh di Israel 10 kali menggunakan citra satelit.

Topik Menarik