Kapolri Perintahkan Anggota Maksimal Usut Penyebab Tewasnya Diplomat Kemlu

Kapolri Perintahkan Anggota Maksimal Usut Penyebab Tewasnya Diplomat Kemlu

Berita Utama | sindonews | Jum'at, 11 Juli 2025 - 11:50
share

Kasus tewasnya Arya Daru Pangayunan atau ADP (39), diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan dengan kondisi terlilit lakban di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat sampai saat ini belum terungkap. Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo pun memerintahkan anggotanya untuk mengusut kasus diplomat yang tewas misterius tersebut secara maksimal.

“Saya minta untuk anggota juga bergerak maksimal agar segera bisa terungkap dan memang ditunggu oleh publik, ditunggu oleh masyarakat,” kata Jenderal Sigit kepada wartawan dikutip Jumat (11/7/2025).

Baca juga: Misteri Tewasnya Diplomat Kemlu, Komisi I DPR: Tidak Mungkin Bunuh Diri, Kemungkinan Dibunuh

Di sisi lain, Sigit merespons permintaan Komisi I DPR RI untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Kapolri menegaskan, tidak diminta pun, Polri akan mengusut tuntas kasus tersebut.

“Tentunya diminta atau tidak diminta, Polri tentunya akan melakukan penyelidikan mendalam. Tentunya apabila sudah kita temukan bukti-bukti,” tegas dia.

Sebagai informasi, mayat ADP (39) ditemukan di sebuah indekos di Jalan Gondangdia Kecil, Selasa (8/7/2025). Ia ditemukan tewas dalam kondisi kepala terlilit lakban.

Jenazah ADP pertama kali ditemukan oleh penjaga indekos sekitar pukul 08.30 WIB. Penjaga curiga karena korban sudah lama tidak terlihat.

Baca juga: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyelidikan Tewasnya Diplomat Kemlu, Kapolda: Mungkin Seminggu Lagi Selesai

Saat kamar dicek, penjaga menemukan tubuh korban dalam posisi mencurigakan. Polisi telah membawa jenazah untuk keperluan autopsi.

Ada Kejanggalan

Sebelumnya, anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menyebut ada kejanggalan dalam kasus tewasnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangarunan (ADP) yang ditemukan sudah tak bernyawa dengan kondisi kepala terlilit lakban. Ia yakin, ADP tewas karena mendapat tindakan kekerasan atau dibunuh."Pertama kita mengucapkan turut berduka cita ya dan bela sungkawa atas meninggalnya yang bersangkutan," kata Hasanuddin saat dihubungi, Jumat (11/7/2025).

Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) ini pun menyebut ada kejanggalan dalam kematian ADP. Apalagi, kata dia, karir ADP terbilang bagus di Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia Kemlu.

Bahkan, kata dia, ADP pernah menjadi saksi kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dan tengah persiapan untuk dimutasi ke Eropa. Untuk itu, ia yakin, kematian ADP tak dilakukan dengan bunuh diri.

"Dengan posisi itu, dia sedang persiapan, sudah membeli perlengkapan untuk di pos baru nanti," kata Hasanuddin.

"Jadi rasanya tidak mungkin dia bunuh diri. Dilihat dari posisi jenazah, ada kemungkinan ada tindakan kekerasan, dibunuh," ujar Hasanuddin.Atas dasar itu, ia meminta aparat kepolisian untuk menangkap pelaku dan membongkar motif pembunuhan ADP.

"Saya berharap aparat Kepolisian harus mencari dan menemukan pelakunya dan membuka tabir di belakang layarnya atau motif pembunuhan itu apa. Ini kasus yang serius," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, warga kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dikejutkan dengan penemuan sesosok mayat pria di sebuah rumah kos di Jalan Gondangdia Kecil, pada Selasa pagi, 8 Juli 2025. Yang mengerikan, kepala korban ditemukan dalam kondisi terbungkus lakban.

Kasus kematian ADP, hingga saat ini masih menyisakan banyak tanya. Korban ditemukan tewas dengan kepala dan wajah terlilit lakban di dalam kamar kosnya yang berada di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Kini perhatian publik tertuju pada lokasi penginapan yang disebut-sebut sepi.

Lokasi kos tempat ADP tinggal terbilang senyap dan tidak ramai penghuni, meskipun berada di jantung ibu kota. Lingkungan sekitar kos juga didominasi penghuni keluarga, bukan tempat indekos yang padat atau ramai aktivitas harian.

Area kos saat ini telah disterilkan dan ditutup dengan garis polisi. Media hanya dapat memantau dari luar, tepatnya di area parkiran dan gerbang masuk.

Berdasarkan penelusuran, hanya terdapat tiga kamera pengawas (CCTV) di lokasi: dua mengarah ke area luar parkiran dan satu ke lorong penginapan. Namun, tidak ada CCTV yang langsung mengarah ke dalam pintu kamar korban.

Topik Menarik