Asal Usul Pendiri Majapahit Raden Wijaya, Konon Keturunan Sunda Jawa

Asal Usul Pendiri Majapahit Raden Wijaya, Konon Keturunan Sunda Jawa

Nasional | sindonews | Kamis, 10 Juli 2025 - 06:36
share

RADENWIJAYA, raja pertamasekaligus pendiri Kerajaan Majapahit asal usulnya konon berasal dari Tanah Sunda. Memang Raden Wijaya merupakan menantu dari Kertanagara Raja Singasari terakhir sebelum diserbu Jayakatwang dari Kediri.

Raden Wijaya kemudian mendirikan kerajaan baru di wilayah bekas Hutan Tarik dan dinamakan Majapahit.

Baca juga: Kisah Serangan Berdarah Raden Wijaya, Hancurkan 18.000 Pasukan Mongol

Raden Wijaya memang memiliki campuran berdarah Jawa dan Sunda. Sosok ibu dari Raden Wijaya ini konon adalah Dyah Lembu Tal, yang juga memiliki nama lain Dewi Singhamurti, putri dari Mahisa Campaka.

Adapun ayah Raden Wijaya bernama Rakryan Jayadarma, yang pada bait 57 Naskah Wangsakerta dikisahkan sebagai putra Prabhu Ghuru Darmasiksa, Raja Sunda.

Kemudian Rakryan Jayadarma diceritakan meninggal sebelum naik takhta menggantikan ayahnya. Ini membuat Dewi Singhamurti (Dyah Lembu Tal) terpaksa kembali ke Jawa timur bersama Raden Wijaya, yang kala itu masih kecil, untuk tinggal bersama mertuanya, yaitu Mahisa Campaka.

Baca juga: Kisah Lolosnya Raden Wijaya dari Kepungan Pasukan Kerajaan Kediri

Naskah Wangsakerta sebagaimana dikisahkan pada "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", mengisahkan Raden Wijaya sebagai pangeran berdarah campuran: Jawa dan Sunda. Dyah Lembu Tal disebut sebagai ibunya, yang juga memiliki nama lain Dewi Singhamurti, putri dari Mahisa Campaka.

Penulis Naskah Wangsakerta konon berniat menggabungkan Pararaton dan Nagarakertagama dengan Babad Tanah Jawi, padahal naskah-naskah tersebut berbeda zaman penulisan. Pendiri Kerajaan Majapahit versi Pararaton, yaitu Raden Wijaya, dibuatkan cerita bahwa ia lahir di Sunda, yang meniru kisah Raden Sesuruh.

Adapun Dyah Lembu Tal dikisahkan sebagai ibu Raden Wijaya, meniru pendapat H. Kern sejarawan Belanda. Sedangkan yang dijadikan sebagai ayahnya adalah pangeran Kerajaan Sunda, bernama Rakryan Jayadarma.

Jadi, Dyah Lembu Tal berkelamin perempuan pada mulanya adalah dugaan sarjana Belanda pada awal abad ke-20, kemudian ditiru oleh penyusun Naskah Wangsakerta seolah-olah ini sudah ditulis oleh tim Pangeran Wangsakerta pada abad ke-17.

Naskah lain yang mungkin menginspirasi penulis Naskah Wangsakerta mengarang cerita Raden Wijaya berdarah Sunda adalah Kidung Harsawijaya, sastra Jawa Pertengahan. Dalam naskah ini, Raden Wijaya kadang-kadang dipanggil dengan sebutan räden galuh.

Bisa jadi panggilan ini dihubung-hubungkan dengan Kerajaan Galuh di Jawa barat. Tetapi, istilah galuh sesungguhnya berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna "permata" atau "perhiasan", sehingga boleh dipakai siapa saja, tidak harus terkait dengan Jawa barat.

Misalnya, di Jawa timur ada pelabuhan kuno bernama Hujung Galuh yang sudah ada pada era Maharaja Airlangga, juga ada Watu Galuh yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Medang Mataram. Kedua nama ini tidak memiliki sangkut-paut dengan Kerajaan Galuh di Jawa barat.

Topik Menarik