Cerita Fadil, Anak Tukang Buah yang Tak Bisa Baca Tulis Kini Belajar di Sekolah Rakyat

Cerita Fadil, Anak Tukang Buah yang Tak Bisa Baca Tulis Kini Belajar di Sekolah Rakyat

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 9 Juli 2025 - 12:09
share

Di bawah terik mentari Jakarta Timur, sepasang sandal jepit yang telah menipis menapak perlahan di halaman Sentra Handayani milik Kementerian Sosial. Di balik langkah sederhana itu, tersimpan harapan yang besar.

Fadilah Pratama, bocah berusia 12 tahun, melangkah pelan namun pasti ke arah aula kegiatan. Hari itu, Rabu (9/7/2025), Fadil menjadi satu dari 75 anak yang mengikuti simulasi perdana Sekolah Rakyat—program pendidikan gratis berasrama yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.

Baca juga: Sekolah Rakyat Dimulai 14 Juli 2025, Ini Daftar 100 LokasinyaTubuh Fadil mungil, kulitnya legam terpanggang matahari, tapi sorot matanya menyala. Ketika tim iNews Media Group menemuinya, ia tampak gugup tapi antusias.

Di balik sikap pendiamnya, ada semangat yang tak bisa disembunyikan. “Belum (pernah sekolah),” katanya lirih, menjawab pertanyaan tentang pengalamannya bersekolah.

Baca juga: Presiden Prabowo Luncurkan 3 Program Jelang HUT ke-80 RI, Apa Saja?Fadil adalah anak dari seorang pedagang buah di kawasan pinggiran Jakarta. Setiap hari, ia membantu ibunya mengangkat keranjang buah, menata dagangan, dan memanggil pembeli di tepi jalan. Pendidikan, bagi keluarga seperti mereka, adalah kemewahan.

Hidup sehari-hari sudah cukup sulit, apalagi membayangkan membeli seragam, membayar uang sekolah, atau sekadar membeli buku tulis. “Orang tua pedagang buah,” ujarnya singkat, tapi cukup untuk menggambarkan kerasnya realitas yang mereka hadapi.

Baca juga: Bukan Sekadar Jabatan, Sekolah Rakyat Perkuat Kepala Sekolah dengan Gen ESQ

Namun hari itu berbeda. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Fadil mengenal apa itu ruang kelas—meski masih berbentuk simulasi. Ia duduk di antara puluhan anak lain dari latar belakang serupa. Mereka adalah potret anak-anak Indonesia yang selama ini terpinggirkan dari akses pendidikan formal.

Dalam simulasi ini, mereka mengikuti berbagai aktivitas seperti pemeriksaan kesehatan, pemetaan bakat dan minat, serta pengenalan sistem belajar digital berbasis Learning Management System (LMS).Sekolah Rakyat bukan sekadar program formalitas. Ia adalah langkah konkret negara untuk merangkul yang terpinggirkan. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, program ini dirancang menyasar anak-anak dari keluarga yang tercatat dalam Desil 1 dan 2 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)—kelompok dengan kondisi sosial ekonomi paling rendah di Indonesia.

Peluncuran resmi Sekolah Rakyat dijadwalkan berlangsung pada 14 Juli 2025, dimulai dengan 100 titik rintisan di berbagai daerah. Di sinilah pendidikan menjadi titik awal perubahan hidup. Para peserta nantinya akan tinggal di asrama, mendapatkan bimbingan akademik dan karakter, serta pembinaan keterampilan praktis berbasis digital dan kewirausahaan.

Kehadirannya dalam simulasi ini bukan sekadar formalitas. Fadil adalah simbol dari ribuan anak Indonesia yang masih terpinggirkan dari akses pendidikan.

Dengan langkahnya, Fadil, dan 74 siswa lain, mengikuti serangkaian kegiatan mulai dari pemeriksaan kesehatan, pemetaan bakat, hingga pengenalan sistem belajar digital berbasis Learning Management System (LSM).

Siswa yang mengikuti simulasi terdiri dari 35 laki-laki dan 40 perempuan. Mereka akan dibagi ke dalam tiga rombongan belajar (rombel), masing-masing berisi 25 siswa. Selama simulasi, seluruh peserta tinggal di asrama yang telah disiapkan oleh pihak penyelenggara.

Simulasi ini digelar sebagai persiapan menjelang peluncuran resmi Sekolah Rakyat pada 14 Juli 2025.

Program Sekolah Rakyat merupakan inisiatif Presiden Prabowo, yang menyasar anak-anak dari keluarga masuk dalam Desil 1 dan 2 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Tahun ini, program akan dimulai di 100 titik rintisan di seluruh Indonesia.

Topik Menarik