Diberhentikan dari BP Taskin, Beathor Suryadi Duga Ada Kaitannya dengan Kasus Ijazah Jokowi
Politisi Senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Beathor Suryadi resmi dipecat dari Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia (BP Taskin RI). Beathor diberhentikan dari jabatannya sebagai Tenaga Ahli Pimpinan BP Taskin.
Pemberhentian Beathor Suryadi tercantum dalam surat bernomor B.116/KS.02/SES/6/2025 yang ditandatangani oleh Kepala Sekretariat BP Taskin RI Eni Rukawiani. Beathor pun mengonfirmasi surat yang diteken 1 Juli 2025.
"Ya betul (surat pemberhentian itu)," kata Beathor saat dikonfirmasi, Rabu (9/7/2025) malam.
Beathor menduga, pemberhentian itu ada kaitan dengan sikapnya yang sempat bersuara lantang terkait dengan kasus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Apalagi, alasan pemberhentiannya dalam surat itu melanggar kode etik. "Ya betul (karena bersuara terkait ijazah Jokowi)," ucap Beathor.
Baca juga: Beathor Suryadi Dipecat dari BP Taskin, Terkait Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi?Adapun surat pemberhentian itu berbunyi sebagai betikut:
“Sehubungan masa kontrak kerja Saudara sebagai Tenaga Ahli Pimpinan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2025 serta berdasarkan hasil evaluasi atas adanya pelanggaran kode etik dan pencapaian kinerja yang tidak sesuai. Selanjutnya, terhitung mulai 1 Juli 2025 kontrak kerja Saudara tidak dilanjutkan,” bunyi surat tersebut.
Seperti diketahui, politikus senior PDIP Beathor Suryadi sempat bersuara lantang terkait dengan kasus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Jokowi.
Baca juga: Beathor Suryadi Ungkap Ijazah Jokowi Dibuat di Pasar Pramuka, Libatkan Mantan Rektor?
Beathor mengungkap orang di balik pembuatan semua dokumen pencalonan Jokowi di Pilkada Jakarta 2012 di Pasar Pramuka Pojok, Jakarta Pusat. Beathor menceritakan semua dokumen persyaratan maju Pilkada Jakarta 2012 diatur oleh Deni Iskandar.Dokumen itu kemudian dibawa oleh Widodo ke Pasar Pramuka untuk dibuat di kios milik Paiman. Menurutnya, Paiman bukan orang sembarangan karena merupakan mantan rektor perguruan tinggi swasta di Jakarta.
“Dulu PDI bisa menang 33,3 persen itu pakai akar bahar, pakai tato, jagoan semua. Yang sekarang sudah Doktor-doktor suaranya ngecil, enggak sebanyak orang itu, tapi orang itu enggak punya ijazah, bikinnya di situ,” kata Beathor dalam Podcast To the Point Aja yang tayang di YouTube SindoNews, Kamis, 26 Juni 2025.
Beathor mengaku ikut rombongan Tim Pembela Ulama dan Aktivis atau TPUA mendatangi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa, 15 April 2025 dan kediaman Jokowi di Solo pada Rabu, 16 April 2025. “Roy Suryo dan Rismon Sianipar yakin itu bukan dari UGM,” tuturnya.
Setelah pulang dari Solo, dia membagikan berita-berita terkait ijazah Jokowi termasuk ke kader-kader PDIP. “Apa yang saya share itu berbalik kan, ada dari kader, ‘Bang Aku tahu itu bang’,” ucapnya menirukan kader kepadanya. Setelah itu, Beathor mengaku melacak."Ada pertemuan di Cikini itu, terus dipertajam untuk membuat dokumen. Nah dokumen itu langsung dibawalah sama Widodo ke Pasar Pramuka, nah di situlah kemudian dia ketemu sama Paiman,” ungkapnya.
“Tapi sebelumnya itu dilakukan oleh Deni, karena Deni ini yang paham persyaratan KPU Jakarta, harus ada surat ini, semuanya dirapihkan, dibikin legalisir itu sendiri,” tambahnya.
Dia mengatakan, warga Jakarta pasti paham mengenai kawasan Pramuka. “Jadi, anak-anak drop out (putus sekolah), bawa punya temannya, contohin, bikin, ditulis lulus juga,” katanya. “Kan dari Cikini itu kan ada anak-anak Jakarta, ‘ini semua yang ngatur Deni Bang’. Yang bawa ke Pramuka, Widodo.
Widodo kau cetaknya di mana, itu ada 50 kios, pasti dia jawab ya Paiman, selesai kan,” sambungnya. Kemudian, Beathor mengungkapkan sosok Paiman tersebut. “Dia mulai dari nol di situ, jadi tukang sapu, jadi tukang apa, terus dia menjadi rektor Moestopo, dia Profesor Doktor, sekarang menjadi profesornya di internasional, orang hebat ini,” kata Beathor.
Namun, kata Beathor, Paiman memperoleh gelar Doktor dari Universitas Padjajaran (Unpad). “Nanti kita cek di Unpad, tapi yang lain-lainnya itu dia cetak sendiri juga bisa kan, orang dia bisa bikinin orang lain,” ujarnya.
Beathor mengaku ikut dalam kelompok relawan Bravo 5. “Saya orang kepercayaannya Luhut Binsar Pandjaitan, saya ikut di tim Bravo 5, ketuanya Jenderal (Purn) Fachrul Razi,” ujarnya.










