Dokter Pastikan Juliana Marins Meninggal Bukan karena Kelaparan

Dokter Pastikan Juliana Marins Meninggal Bukan karena Kelaparan

Gaya Hidup | sindonews | Sabtu, 28 Juni 2025 - 05:00
share

Dokter Spesialis Forensik RSUD Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit, memastikan bahwa penyebab utama kematian turis Brasil, Juliana Marins, bukan karena kelaparan atau tidak mendapat asupan makanan. Trauma fisik akibat benturan keras menjadi faktor langsung yang menyebabkan korban meninggal dunia.

Sebelumnya, warganet menduga bahwa Juliana Marins meninggal karena kelaparan lantaran masih sempat menunjukkan tanda kehidupan setelah jatuh di Gunung Rinjani. Terlebih, tim SAR baru berhasil mengevakuasinya empat hari kemudian. Namun, kini spekulasi tersebut ditepis oleh temuan medis.

Meskipun faktor tidak adanya asupan makanan dan minuman tidak sepenuhnya diabaikan, hasil autopsi menunjukkan bahwa benturan benda tumpul yang menimbulkan luka dalam dan perdarahan hebat adalah penyebab dominan.

"Jadi itu tidak bisa kita singkirkan (meninggal karena tidak ada asupan makanan). Jadi yang menyebabkan langsung (meninggal dunia) itu adalah kekerasannya. Jadi benturannya," kata Ida Bagus Putu Alit dikutip dari tayangan di YouTube, Sabtu (28/6/2025).

Baca Juga:Hasil Autopsi Ungkap Juliana Marins Meninggal 20 Menit setelah Jatuh di Gunung Rinjani

Foto/Instagram Juliana MarinsIda Bagus Putu Alit pun menegaskan bahwa penyebab meninggalnya perempuan 26 tahun itu berkaitan langsung dengan kekerasan fisik yang dialaminya. Ia menyebutkan bahwa hasil autopsi menemukan adanya pendarahan masif di rongga tubuh, yang menunjukkan trauma berat akibat benturan.

"Jadi kalau kita lihat yang penyebabnya yang langsung itu pasti kekerasan. Jadi kita juga namanya melihat adanya pendarahan yang memang jumlahnya sudah begitu besar dalam rongga tubuh," tegasnya.

Selain kelaparan, dokter juga tidak menemukan tanda hipotermia yang menjadi penyebab meninggalnya Juliana. "Kalau dilihat dari luka-luka yang ada dan pendarahan yang banyak itu, jadi hipotermia bisa kita singkirkan. Jadi penyebabnya adalah karena kekerasan tumpul," jelasnya.

"Luka-luka yang ditimbulkan hipotermia itu adalah luka pada ujung-ujung jari. Jadi lukanya berwarna kehitaman. Ini tidak ditemukan. Berarti bisa kita katakan bahwa tidak ada hipotermia ya," tambahnya.

Baca Juga:Penyebab Juliana Marins Meninggal Akibat Benturan Benda TumpulDi sisi lain, hasil autopsi mengungkap bahwa Juliana meninggal dalam waktu sangat singkat setelah mengalami benturan keras. Alit menyebutkan bahwa cedera serius pada organ dalam dan pendarahan hebat menjadi penyebab utama kematian. Dari analisis medis, diperkirakan Juliana mengembuskan napas terakhir sekitar 20 menit setelah terjatuh.

"Bahwa bukti-bukti menunjukkan kematian itu adalah segera terjadi. Mengapa demikian, karena pendarahan yang begitu luas. Kemudian juga patah tulang, dan luka-luka itu multiple," ujarnya.

"Jadi hampir pada seluruh tubuhnya, termasuk juga organ-organ dalam yang ada di dada dan di perut. Segera itu memang relatif ya. Kita perkirakan itu tidak lebih dari 20 menit setelah trauma terjadi," sambungnya.

Adapun luka paling parah pada tubuh Juliana berada di area punggung bagian belakang. Luka tersebut menyebabkan kerusakan serius pada organ vital, terutama di sekitar rongga dada. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa benturan keras di bagian punggung menjadi faktor utama penyebab kematian Juliana.

Baca Juga:5 Fakta Mengejutkan Kasus Juliana Marins, Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani"Jadi kalau kita lihat yang paling terparah, itu adalah yang berhubungan dengan pernapasan. Yaitu luka-luka terutama di daerah dada. Terutama adalah dada bagian belakang, punggung ya. Itu yang merusak organ-organ di dalamnya," ungkapnya.

"Kalau kita lihat pola lukanya, karena luka lecet geser, itu sesuai dengan terjatuh. Tersebar di seluruh tubuh, terutama di daerah punggung, kemudian juga di anggota gerak atas, dan bawah. Di bagian kepala ada," lanjutnya.

Sementara itu, RSUD Bali Mandara masih menangani jenazah Juliana untuk keperluan penyelidikan lanjutan. Proses preservasi dilakukan guna memastikan kondisi tubuh korban tetap terjaga selama pemeriksaan forensik berlangsung.

"Masih (di rumah sakit). Masih kita preservasi. Jadi untuk mempertahankan bahwa jenazah itu tetap dalam keadaan awet," tandasnya.

Juliana Marins memulai pendakian ke Gunung Rinjani pada Jumat, 20 Juni 2025, melalui jalur Sembalun bersama lima pendaki lain dari berbagai negara dan seorang pemandu lokal bernama Ali Musthofa. Perjalanan dimulai dari kantor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menuju Pos Pelawangan Sembalun. Keesokan harinya, Sabtu, 21 Juni 2025, kelompok tersebut melanjutkan pendakian menuju puncak.Namun, di kawasan Cemara Nunggal pada ketinggian 2.900–3.000 mdpl, Juliana merasa kelelahan dan memutuskan beristirahat. Ali mengaku tetap berada tidak jauh di depan, tetapi setelah 15–30 menit Juliana tak kunjung menyusul. Ia kembali ke lokasi dan mendapati cahaya senter di jurang, disertai suara permintaan tolong. Diduga kuat, Juliana terpeleset dan jatuh ke jurang sedalam 150–200 meter arah Danau Segara Anak.

Laporan kejadian diteruskan ke petugas TNGR sekitar pukul 06.30 WITA, dan koordinasi dilakukan dengan Kantor SAR Mataram. Tim SAR gabungan yang terdiri dari Balai Besar TNGR, TNI, Polri, BPBD, dan relawan lainnya mulai bergerak menuju lokasi. Cuaca buruk dan medan ekstrem memperlambat proses pencarian. Pada Senin, 23 Juni 2025, drone thermal berhasil mendeteksi keberadaan Juliana sekitar 500 meter dari titik jatuh awal. Ia terlihat masih hidup.

Sayangnya, kondisi medan yang curam dan tertutup kabut menghalangi proses evakuasi. Baru pada Selasa, 24 Juni 2025, seorang anggota tim SAR berhasil menjangkau lokasi dan memastikan Juliana telah meninggal dunia. Tim SAR pun harus bermalam bersama jenazah karena proses evakuasi tidak memungkinkan dilakukan saat itu juga.

Proses evakuasi jenazah dilakukan keesokan harinya, Rabu, 25 Juni 2025, menggunakan metode vertical rescue yang rumit dan memakan waktu hampir enam jam. Juliana berhasil diangkat dari dasar jurang pada pukul 13.51 WITA dan dibawa ke Posko Gabungan TNGR Sembalun. Jenazah kemudian dipindahkan ke RSUD Bali Mandara untuk diautopsi.

Topik Menarik