Pabrik Mobil Listrik Xiaomi & Nio Kini Jadi Wisata Terpanas di China, Tiketnya Lebih Susah dari Konser BlackPink!
Di kota metropolitan Beijing yang sibuk, tiket terpanas saat ini bukanlah untuk konser bintang rock atau pertunjukan teater ternama. Tiket emas yang diperebutkan oleh puluhan ribu orang setiap bulannya adalah kesempatan untuk masuk ke sebuah tempat yang tak terduga: pabrik mobil listrik.
Selamat datang di medan perang baru para raksasa otomotif China. Perusahaan seperti Xiaomi dan Nio tidak lagi hanya bersaing soal harga atau kecepatan. Mereka kini bertarung di arena yang sama sekali berbeda, mengubah lantai produksi mereka yang dipenuhi robot menjadi panggung pertunjukan yang memukau dan destinasi wisata yang paling diminati.
Ini adalah sebuah pergeseran strategi yang radikal. Pabrik yang dulu tersembunyi di balik tembok tinggi, kini dibuka lebar-lebar, mengundang publik untuk menyaksikan sebuah "balet robotik" yang berjalan dengan presisi sempurna. Xiaomi, raksasa ponsel yang secara dramatis banting setir menjadi produsen mobil, adalah arsitek utama di balik fenomena ini.
"Semakin banyak produsen mobil listrik China menggunakan tur pabrik sebagai saluran komunikasi penting antara merek dan dunia luar," ungkap Freya Zhang, seorang analis riset di firma konsultan Tech Buzz China. "Ini menawarkan kesempatan untuk tidak hanya melihat lini produksi dari dekat, tetapi juga merasakan sisi humanis dari sebuah merek."Namun, apa yang pengunjung lihat di dalam justru sebuah pemandangan yang minim sentuhan manusia.
Sihir Otomatisasi dan Kecemasan Terselubung
Mereka yang berhasil memenangkan lotre untuk tur pabrik Xiaomi pulang dengan cerita yang hampir seragam: kekaguman luar biasa pada tingkat otomatisasi. Perusahaan mengklaim tingkat otomatisasi pabriknya telah mencapai 91, dengan beberapa lini produksi, seperti pengecoran, sepenuhnya berjalan tanpa campur tangan manusia.“Pabriknya sangat besar dengan segelintir pekerja. Saat saya berdiri di sana, yang terlihat hanyalah lengan-lengan robot yang bekerja. Mereka semua menjalankan program yang telah diatur—mengambil suku cadang dari satu tempat dan mengantarkannya ke tempat lain, semuanya dengan sangat teratur,” kata Yuanyuan, seorang warga Beijing yang membawa putrinya yang berusia 13 tahun dalam tur tersebut.Namun, di balik kekaguman itu, terselip sebuah refleksi yang tajam dari generasi penerus. Yuanyuan mengenang ucapan putrinya setelah tur berakhir: “Aku harus belajar lebih giat, kalau tidak, di masa depan aku tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan. Semuanya akan dikerjakan oleh robot.”
Komentar polos itu menyentuh inti dari revolusi industri yang sedang berlangsung: sebuah pertunjukan teknologi yang memukau sekaligus menjadi pengingat akan masa depan pasar kerja yang kian menantang.
Dari Pengagum CEO Hingga Pengalaman Sirkuit Balap
Daya tarik tur ini diperkuat oleh faktor kultus individu. Zhao Mingfei, seorang warga Beijing, mengaku pertama kali mengetahui tentang tur ini dari siaran langsung pendiri Xiaomi, Lei Jun, yang karismanya telah mengubahnya menjadi seorang selebriti di China. Zhao, seorang penggemar berat sang CEO, mencoba peruntungannya dan berhasil. Ia adalah satu dari 60 orang yang beruntung, dipilih dari lebih dari 7.000 pendaftar pada bulan Februari.Pengalaman yang ditawarkan pun lebih dari sekadar melihat-lihat. Setelah mengamati robot bekerja dari balik perisai kaca, para pengunjung diajak ke sirkuit balap. Di sana, seorang pembalap profesional akan mendemonstrasikan bagaimana mobil SU7 dapat melesat dari 0 hingga 100 km/jam hanya dalam hitungan detik.“Rasanya luar biasa—lepas landasnya sangat cepat, dengan tendangan instan,” tutur Zhao.
Ini adalah strategi brilian: mengubah pabrik menjadi teater teknologi, dan mengubah test drive menjadi sebuah atraksi theme park.
Perlombaan Membuka Diri
Xiaomi tidak sendirian. Nio, pemain utama lainnya, bahkan lebih dulu mengubah pabriknya menjadi magnet publik dan telah menarik lebih dari 130.000 pengunjung pada tahun 2024. Berbeda dengan Xiaomi yang gratis, tur Nio memerlukan pembayaran dengan "poin Nio" senilai sekitar USD14, sebuah taktik cerdas untuk meningkatkan loyalitas dan interaksi pelanggan di aplikasi mereka.Fenomena ini adalah puncak dari dorongan pemerintah China untuk menciptakan "lights-out factories"—pabrik yang sangat otomatis sehingga dapat beroperasi dalam kegelapan tanpa perlu tenaga kerja manusia. Kini, pabrik-pabrik tersebut tidak lagi beroperasi dalam gelap. Lampu sorot justru dinyalakan terang-benderang, mengubahnya menjadi alat pemasaran paling kuat.
"Apa yang langsung terlihat adalah sangat sedikit pekerja di lini produksi. Di beberapa lini, sebenarnya lebih banyak robot industri daripada manusia," kata Zhang.
Perang ini bahkan telah merambah ke generasi paling muda. BYD, Nio, dan Xiaomi kini secara aktif mengorganisir tur untuk siswa sekolah dasar. Seperti yang dikatakan Zhang, "Itu jelas merupakan cara untuk membina konsumen potensial sejak usia muda."
Pada akhirnya, tur pabrik ini lebih dari sekadar aktivitas akhir pekan. Ini adalah jendela menuju masa depan manufaktur, sebuah kampanye pemasaran yang canggih, dan sebuah pertaruhan besar untuk menanamkan loyalitas merek di benak konsumen, bahkan sebelum mereka cukup umur untukmemegangsetir.








