UGM Buka Program S2 Metalurgi Kolaborasi Teknik dan FMIPA, Pertama di Indonesia
Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan program peminatan magister baru di bidang metalurgi, hasil kolaborasi lintas fakultas antara Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Program transdisiplin ini memadukan keilmuan teknik proses dan kimia untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul di sektor pengelolaan tambang dan mineral Indonesia.
Baca juga: Terbaru, 10 Universitas Terbaik Indonesia Masuk Peringkat Dunia QS WUR 2026Inisiatif ini hadir karena banyaknya kebutuhan praktis di bidang teknik kimia yang memerlukan pendekatan ilmu kimia. “Kolaborasi ini dilandasi oleh banyaknya pembelajaran aplikatif dari teknik kimia yang melibatkan keilmuan kimia,” ujar Prof. Indra Perdana, Dosen Teknik Kimia UGM, melansir laman UGM, Jumat (19/6/2025).
Menurut Prof. Indra, program ini bertujuan memberi nilai tambah pada sumber daya mineral melalui proses pengolahan yang kompleks dan berkelanjutan. “Fokus kami pada proses pengolahannya, tapi proses itu sendiri sangat memerlukan pemahaman kimia,” katanya.
Baca juga: Kisah Varen, Anak Pedagang di Kantin SD yang Lolos UGM Tanpa Bayar UKTHingga saat ini, program magister metalurgi berbasis integrasi teknik dan kimia seperti ini belum tersedia di perguruan tinggi lain di Indonesia. Umumnya, studi metalurgi masih berdiri di atas pendekatan kimia murni. Dengan pendekatan baru ini, mahasiswa akan dibekali pemahaman menyeluruh mulai dari eksplorasi, proses pemisahan mineral, hingga aspek keberlanjutan.Program ini dapat diakses melalui dua jalur: Magister Teknik Kimia di Fakultas Teknik dan Magister Kimia di FMIPA UGM. Meskipun memiliki karakteristik pembelajaran yang berbeda, keduanya tetap menjembatani keilmuan teknik dan kimia secara aplikatif.
Baca juga: Berapa UKT UGM Jalur Mandiri 2025? Cek Biaya Kuliah Jurusan Impianmu
Prof. Nuryono, pengelola Program Magister Kimia FMIPA UGM, menambahkan bahwa kebutuhan akan tenaga ahli metalurgi sangat tinggi, terutama dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan. “Saat ini mayoritas ahli metalurgi berasal dari luar negeri. Kita perlu memperkuat SDM dalam negeri,” jelasnya.
Untuk mendukung aksesibilitas, calon mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai skema beasiswa seperti PMDSU dari Kemendiktisaintek atau LPDP dari Kementerian Keuangan.
Program peminatan metalurgi ini terbuka bagi lulusan sarjana atau sarjana terapan dari bidang yang relevan dengan teknik dan kimia. Pelaksanaan program akan dimulai pada tahun ajaran baru setelah penerimaan mahasiswa pascasarjana gelombang keempat.










