Sekolah Masuk Jam 6.30 WIB, Pakar Pendidikan: Tingkatkan Kepatuhan dengan Terpaksa

Sekolah Masuk Jam 6.30 WIB, Pakar Pendidikan: Tingkatkan Kepatuhan dengan Terpaksa

Gaya Hidup | sindonews | Sabtu, 14 Juni 2025 - 17:31
share

Cara mendisiplinkan anak kini tidak lagi relevan dengan menetapkan kebijakan yang menuntut kepatuhan semata, seperti kebijakan sekolah jam 06.30 WIB pagi. Pakar pendidikan ungkap ada dua alasan kebijakan masuk pagi tidak efektif. Praktisi pendidikan dan Kepala Sekolah Cikal Bandung, Mohammad Rizky Satria menyebutkan bahwa kebijakan sekolah lebih pagi di Jawa Barat dalam hal ini menurut Rizky memiliki kecenderungan meningkatkan kepatuhan dengan keterpaksaan sehingga tidak menumbuhkan kesadaran.

Baca juga: Ini Jadwal Resmi Ujian Nasional Versi Baru untuk SMA yang Digelar Tahun Ini

“Generasi baru saat ini lebih dinamis dan terbuka, maka kita perlu cara pendidikan baru yang bisa lebih memberdayakan. Dalam hal membangun kedisiplinan, menuntut kepatuhan anak tanpa mempertimbangkan kebutuhan mereka berpotensi hanya menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang tidak menumbuhkan kesadaran,” ujarnya.

Lebih lengkapnya terdapat 2 alasan yang membuat kebijakan sekolah pagi belum tentu meningkatkan kedisiplinan anak, sebagai berikut.

Baca juga: Tunjangan Guru Belum Cair? Periksa Kembali Nomor Rekening

2 Alasan Sekolah Pukul 6.30 WIB Belum Tentu Tingkatkan Disiplin Anak

1. Tingkatkan Kepatuhan dengan Terpaksa

Rizky menyebutkan bahwa belum ada bukti ilmiah masuk sekolah lebih pagi dapat meningkatkan kedisiplinan murid. Bukti ilmiah yang ada justru menunjukkan bahwa menunda waktu masuk sekolah dapat meningkatkan kesiapan belajar dan kualitas pembelajaran. Oleh karenanya, kebijakan yang tidak selaras dengan hasil riset ini berpotensi hanya menuntut kepatuhan anak karena tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.“Sejauh ini belum ada bukti ilmiah jika masuk sekolah lebih pagi dapat meningkatkan kedisiplinan murid. Sebaliknya, kajian-kajian ilmiah yang ada cenderung merekomendasikan penundaan jam sekolah untuk memastikan ritme istirahat dan persiapan berangkat sekolah yang cukup sehingga dapat mengoptimalkan kualitas belajar di sekolah," katanya, melalui siaran pers, Sabtu (14/6/2025).

"Jadi, kebijakan yang tidak didasarkan pada kebutuhan anak ini berpotensi hanya menuntut kepatuhan saja, di mana ketika anak sudah patuh maka ia sudah disiplin,” lanjutnya.

2. Tidak Tumbuhkan Kesadaran dan Kemandirian

Kedisiplinan yang hanya didasarkan pada kepatuhan saja tidak dapat menumbuhkan kesadaran. Rizky menjelaskan jika membangun kedisiplinan bisa dilakukan dengan beragam cara yang lebih memberdayakan sehingga anak bisa menumbuhkan kesadaran dan kemandirian.

“Membangun kedisiplinan anak tidak bisa disandarkan pada kepatuhan untuk berangkat sekolah lebih pagi, tapi bisa dilakukan dengan beragam cara seperti membuat kesepakatan untuk bangun tidur dan merapikan tempat tidur secara mandiri, atau tidak mengandalkan orangtua untuk menyiapkan keperluan sekolah dari mulai seragam yang harus dipakai hingga barang-barang yang harus dibawa ke sekolah.” ujarnya.

Sebagai praktisi pendidikan, Rizky menyatakan bahwa generasi masa kini memerlukan lebih banyak kesadaran dan kemandirian alih-alih kepatuhan semata. “Ada banyak alasan logis yang bisa diterima oleh anak untuk menjawab kenapa mereka harus menyiapkan sekolah secara mandiri dibandingkan kenapa mereka harus masuk sekolah lebih pagi," ujarnya.

"Saya kira generasi saat ini lebih memerlukan kesadaran dan kemandirian, alih-alih kepatuhan semata. Jika anak secara sadar dapat melakukan rutinitas berangkat sekolah secara mandiri, maka tentu ia sudah disiplin dan tujuan membangun kedisiplinan sudah tercapai.” ungkapnya.

Dalam hal ini, Rizky pun menyatakan bahwa dalam menyikapi kebijakan masuk sekolah lebih pagi, para pendidik perlu berhati-hati untuk tidak hanya membangun kepatuhan, tapi membangun kesadaran agar peningkatan kedisiplinan dapat dilakukan secara efektif. “Saya berharap kebijakan ini dapat disikapi secara kritis oleh para pendidik, dengan cara melampaui cara pendidikan lama yang menuntut kedisiplinan dengan kepatuhan, karena patuh saja belum tentu disiplin. Sebaliknya pendidik perlu mencari cara-cara baru untuk membangun kedisiplinan dengan menumbuhkan kesadaran dan kemandirian dalam diri anak-anak,” imbuhnya.

Topik Menarik