Lebih dari 2.700 Anak Balita Didiagnosis Terkena Malnutrisi Akut di Gaza
Lebih dari 2.700 anak di Gaza, di bawah usia lima tahun (balita), telah didiagnosis dengan malnutrisi akut, menurut PBB. Angka ini, dari paruh kedua Mei, mencerminkan "kemunduran tajam" dalam situasi gizi anak-anak.
Kelompok Gizi PBB mengatakan hal itu dalam Pembaruan Situasi Kemanusiaan terbaru yang dipublikasikan pada hari Kamis (5/6/2025).
“Analisis awal menunjukkan dari 46.738 anak di bawah lima tahun yang diskrining untuk malnutrisi pada paruh kedua Mei, 2.733 (5,8) didiagnosis dengan malnutrisi akut," ungkap laporan PBB.
"Ini naik dari 4,7 pada paruh pertama Mei dan hampir tiga kali lipat proporsi anak-anak yang didiagnosis dengan malnutrisi dari mereka yang diskrining pada Februari 2025, selama gencatan senjata," laporan itu mencatat.
Dirawat di Rumah Sakit karena Komplikasi
Secara keseluruhan, sejak Januari, mitra Klaster Gizi mendeteksi dan mendaftarkan lebih dari 16.500 anak di bawah usia lima tahun untuk perawatan malnutrisi akut berat (SAM), termasuk 141 kasus dengan komplikasi yang perlu dirawat di rumah sakit, tambahnya.Pada bulan Mei, 7,5 kasus SAM memerlukan rawat inap karena komplikasi, dibandingkan dengan hanya tiga hingga empat persen dalam dua bulan sebelumnya, "menunjukkan peningkatan jumlah kasus berat.""Namun, saat ini hanya ada empat pusat stabilisasi untuk perawatan kasus SAM dengan komplikasi medis di Jalur Gaza, termasuk dua di Deir al Balah, satu di Khan Younis, dan satu di Kota Gaza," papar laporan tersebut.
Pusat stabilisasi di Gaza Utara dan Rafah terpaksa menghentikan operasinya, sehingga anak-anak di daerah ini tidak memiliki akses ke perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa.
Wanita Hamil dan Menyusui
Selain itu, analisis data yang tersedia untuk wanita hamil dan menyusui (PBW) mengonfirmasi telah terjadi penurunan tajam dalam status gizi mereka dalam dua bulan terakhir.Pada bulan Mei, malnutrisi akut terdeteksi pada 17 wanita yang diskrining di provinsi Gaza dan pada 18 wanita yang diskrining di Deir al Balah, dibandingkan dengan kurang dari 10 di kedua provinsi tersebut pada bulan Februari dan Maret, demikian pernyataan laporan tersebut.Klaster Nutrisi menggarisbawahi, “Dimulainya kembali distribusi makanan dalam skala besar sangat dibutuhkan untuk mencegah memburuknya situasi gizi lebih lanjut.”
Kemunduran Terburuk dalam Keanekaragaman Pangan
Menurut monitor pasar terbaru Program Pangan Dunia (WFP), konsumsi pangan dan keragaman makanan di Gaza anjlok ke tingkat kritis pada bulan Mei.Itu menandai salah satu kemunduran terburuk dalam keragaman pangan dan gizi sejak Oktober 2023, demikian pula yang dicatat dalam laporan tersebut.
Barang-barang bergizi utama seperti daging, telur, produk susu, sayur-sayuran, dan buah-buahan “hampir tidak ada dalam pola makan.”
“WFP memperingatkan pola makan di seluruh Gaza telah menjadi sangat tidak seimbang dan sangat kekurangan nutrisi, menandakan keruntuhan parah dalam keragaman makanan dan krisis gizi yang semakin dalam," ungkap pernyataan laporan tersebut.
Genosida yang Berkelanjutan
Sejak Israel mengingkari gencatan senjata pada 18 Maret, Israel telah membunuh dan melukai ribuan warga Palestina di seluruh Jalur Gaza melalui pemboman udara berdarah dan berkelanjutan.Pada 7 Oktober 2023, setelah operasi Perlawanan Palestina di Israel selatan, militer Israel melancarkan perang genosida terhadap warga Palestina, menewaskan lebih dari 54.000 orang, melukai lebih dari 125.000 orang, dan lebih dari 14.000 orang masih hilang.
Meskipun banyak negara di seluruh dunia terus mengutuk genosida Israel, hanya sedikit yang dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban Israel.
Israel saat ini sedang diselidiki atas kejahatan genosida oleh Mahkamah Internasional, sementara para penjahat perang yang dituduh, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sekarang secara resmi dicari Mahkamah Kriminal Internasional.
Genosida Israel sebagian besar dipertahankan, didukung, dan dibiayai oleh Washington dan beberapa kekuatan Barat lainnya.
Baca juga: Siapa Madleen? Nelayan Perempuan Pertama di Gaza Inspirasi Kapal Solidaritas Dunia






