Aliansi Donald Trump-Elon Musk Runtuh: Merugi Rp3.263 Triliun, Masa Depan Tesla di Ujung Tanduk?

Aliansi Donald Trump-Elon Musk Runtuh: Merugi Rp3.263 Triliun, Masa Depan Tesla di Ujung Tanduk?

Teknologi | sindonews | Jum'at, 6 Juni 2025 - 11:24
share

Harapan investor yang baru sepekan melambung tinggi kini hancur berkeping-keping. Saham Tesla Inc. terjun bebas lebih dari 14 pada Kamis, sebuah aksi jual brutal yang dipicu oleh pertarungan sengit dan sangat terbuka antara CEO Elon Musk dan Presiden Donald Trump.

Perang cuitan dan pernyataan pedas ini melenyapkan hampir USD199 miliar (Rp3.263 triliun) dari nilai pasar Tesla sejak Musk resmi meninggalkan jabatannya di pemerintahan.

Semua optimisme yang sempat terbangun pekan lalu, saat Musk berjanji akan kembali fokus ke markas besar Tesla, seolah tak berbekas. Aliansi yang dulu dipuja-puja pasar kini berubah menjadi perseteruan pahit.

Puncaknya, nilai pasar Tesla untuk pertama kalinya sejak 9 Mei kembali tergelincir di bawah ambang batas magis USD1 triliun.

Musk, dengan gaya provokatifnya, tak segan-segan menyerang balik sang presiden di platform X miliknya. Ia mengklaim Trump akan kalah dalam pemilu tanpa dukungannya, sebelum melontarkan sindiran-sindiran tajam lainnya. Pria terkaya dunia itu bahkan secara terbuka mendeklarasikan perang terhadap RUU anggaran Partai Republik dengan unggahan singkat yang sarat makna: "Kill Bill." Tak berhenti di situ, Musk juga menyindir dengan referensi ke "berkas Epstein," dokumen sensitif terkait mendiang pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein.

Ini adalah perubahan 180 derajat yang dramatis. Padahal, belum lama ini Musk adalah ujung tombak gugus tugas efisiensi pemerintah Trump, yang dikenal sebagai "DOGE".

"Musk benar-benar marah," kata Garrett Nelson, seorang analis di CFRA, dalam sebuah wawancara. Menurutnya, Musk merasa "tersinggung setelah donasi politik besar-besaran dan upayanya mengurangi defisit melalui DOGE."

Namun, Nelson memperingatkan bahwa drama politik ini bukan satu-satunya biang keladi. Anjloknya saham Tesla, menurutnya, adalah kombinasi dari berbagai faktor beracun.

Mulai dari kenaikan harga saham yang "tidak dapat dibenarkan" pasca laporan pendapatan kuartal pertama, berita buruk yang terus-menerus tentang hilangnya pangsa pasar di Eropa, hingga "kesadaran bahwa peluncuran robotaxi di Austin minggu depan bisa jadi mengecewakan."Kini, Tesla berada di persimpangan jalan. Peluncuran program percontohan robotaxi di Austin bisa menjadi katalisator positif jangka pendek. Namun, jika peluncuran itu gagal atau tersendat, hal itu justru akan membuka risiko yang lebih besar bagi perusahaan.

Ironisnya, Musk dulu adalah salah satu pendukung terbesar Trump. Ia tak hanya meminjamkan citra publiknya, tetapi juga menggelontorkan dana sekitar USD291 juta (sekitar Rp 4,77 triliun) untuk membantu kampanye Trump dan kandidat Republik lainnya.

Baca Juga: Perang Ego di Gedung Putih: Cuitan Elon Musk dan Gertakan Donald Trump Lenyapkan Rp2.492 Triliun dari Tesla dalam Semalam

Saham Tesla bahkan pernah mencapai rekor tertingginya pada bulan Desember lalu, didorong oleh harapan bahwa pemerintahan baru akan menguntungkan raksasa kendaraan listrik itu.

Kini, semua harapan itu menguap. Saham Tesla telah anjlok 41 dari rekor tertingginya. Perang ego antara dua tokoh paling kuat di Amerika ini telah menunjukkan betapa rapuhnya nasib sebuah perusahaan triliunan dolar, yang bisa dengan mudah terombang-ambing oleh cuitan impulsif dan kepentingan politiktingkattinggi.

Topik Menarik