10 Kultum Singkat tentang Bersyukur dari Berbagai Tema, Bisa Dijadikan Referensi

10 Kultum Singkat tentang Bersyukur dari Berbagai Tema, Bisa Dijadikan Referensi

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 20 Mei 2025 - 10:15
share

Kultum singkat tentang bersyukur ini dapat dijadikan referensi bagi para pendakwah yang hendak mengisi acara keagamaan. Bisa juga dijadikan bahan dalam ajaran Islam bukan hanya sebatas ucapan “Alhamdulillah”, tetapi juga mencakup pengakuan dalam hati, pujian dengan lisan, dan penggunaan nikmat dalam hal yang diridhai oleh Allah.

Rasulullah SAW sendiri adalah suri teladan terbaik dalam hal syukur, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun beliau tetap memuji dan bergantung kepada Allah. Syukur yang tulus dapat membuka pintu keberkahan, menenangkan jiwa, dan menjauhkan kita dari sifat tamak dan keluh kesah.

10 Kultum Singkat tentang Bersyukur

1. Hakikat Syukur

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, serta petunjuk-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa cahaya ilahi yang mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan saya menyampaikan renungan singkat tentang pentingnya senantiasa bersyukur dalam kehidupan kita.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengakui dan menunjukkan nikmat Allah yang ada pada diri kita. Pengakuan ini diwujudkan melalui tiga aspek: pertama, dengan lisan melalui ungkapan rasa terima kasih dan pujian kepada-Nya; kedua, dengan hati melalui pengakuan dan kecintaan kepada Sang Pemberi Nikmat; ketiga, dengan perbuatan melalui ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.

Sebagai hamba Allah, kita seringkali lupa bahwa setiap detik kehidupan kita adalah anugerah yang tak ternilai. Nikmat iman, kesehatan, dan kesempurnaan fisik yang kita miliki adalah karunia besar yang patut kita syukuri. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 78: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur."

Rasulullah SAW mengajarkan cara bijak mensyukuri nikmat melalui sabdanya: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dalam hal materi, dan jangan melihat orang yang berada di atasmu. Dengan begitu, kamu tidak akan meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Nasihat mulia ini mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif dan menghargai setiap karunia yang kita terima.

Mengapa syukur begitu penting? Pertama, syukur menjadi perisai yang melindungi kita dari azab Allah. Kedua, dengan bersyukur kita akan meraih keridhaan-Nya. Ketiga, setiap rasa syukur yang kita ungkapkan bernilai ibadah dan mendatangkan pahala dari Allah SWT.

Sebagai penutup, mari kita renungkan bahwa syukur bukan sekadar ucapan di lisan, melainkan sikap hidup yang harus terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan. Dengan membiasakan diri bersyukur, insya Allah kita akan meraih ketenangan hati dan kebahagiaan sejati. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Muslim yang Selalu Bersyukur

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya tanpa batas. Seringkali, tanpa kita minta sekalipun, Allah dengan kasih sayang-Nya yang tak terhingga menganugerahkan berbagai nikmat kepada kita. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang telah membimbing kita menuju cahaya Islam.

Saudara-saudaraku seiman, coba kita renungkan sejenak berbagai nikmat yang Allah berikan. Nikmat kesehatan, kemampuan makan dan minum, pancaindera yang sempurna, akal yang sehat, nikmat iman dan Islam – semua ini hanyalah sebagian kecil dari karunia Allah yang tak terbatas. Sungguh, mustahil bagi kita untuk menghitung seluruh nikmat yang telah kita terima.

Sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa kita takkan pernah mampu membalas semua nikmat Allah, bahkan seandainya kita mengumpulkan seluruh harta dan tenaga yang kita miliki. Sebuah nikmat kesehatan saja misalnya, takkan pernah bisa kita tebus dengan apapun. Namun sayangnya, seringkali kita baru menyadari betapa berharganya suatu nikmat ketika nikmat itu telah pergi dari kita.

Allah SWT berfirman dalam QS Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Ayat ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya senantiasa bersyukur.

Rasulullah SAW menggambarkan keistimewaan seorang mukmin sejati dalam hadits riwayat Muslim: "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia bersabar, dan itu pun baik baginya."

Syukur dalam Islam memiliki tiga tingkatan utama:

- Syukur dengan hati: Meyakini sepenuh hati bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT- Syukur dengan lisan: Mengungkapkan pujian dan rasa terima kasih kepada Allah- Syukur dengan perbuatan: Menggunakan nikmat Allah sesuai dengan ridha-Nya

Aisyah RA menceritakan bagaimana Rasulullah SAW melaksanakan shalat malam hingga kakinya bengkak. Ketika ditanya mengapa beliau melakukan hal itu padahal dosa-dosanya telah diampuni, beliau menjawab: "Tidakkah pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?" (HR. Bukhari dan Muslim).

Marilah kita senantiasa menjadi hamba yang pandai bersyukur, menggunakan segala nikmat Allah untuk kebaikan diri dan sesama. Semoga kita terhindar dari sifat kufur nikmat dan termasuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Memperkuat Rasa Syukur

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita begitu banyak nikmat. Mulai dari nikmat iman, Islam, hingga kesehatan, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat tanpa halangan apa pun. Semoga pertemuan ini mendapat keberkahan dan ridha dari-Nya.

Sering kali kita hanya menyadari nikmat yang terlihat secara kasat mata, seperti harta benda, rumah, kendaraan, dan lainnya. Padahal, ada begitu banyak nikmat yang tidak tampak tapi sangat penting. Misalnya, siapa yang bisa menanam rambut di kepala kita satu per satu lalu membuatnya tumbuh kembali setelah dipotong? Bahkan berubah warna di usia tertentu. Tidak ada salon di dunia ini yang mampu menandingi ciptaan Allah dalam hal tersebut.

Begitu pula dengan kemampuan melihat. Kita diberi sepasang mata, dan mata ini bukan hanya sekadar organ, tetapi mampu membedakan warna, bentuk, bahkan keindahan. Bukankah itu juga nikmat besar? Ada orang yang memiliki mata tapi tidak dapat melihat, atau bisa melihat tapi tidak mampu membedakan warna. Semua itu adalah bagian dari rezeki yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Kesehatan indera kita, seperti mata, pendengaran, dan lainnya, adalah nikmat luar biasa. Sering kali kita baru menyadarinya saat fungsi tersebut terganggu. Contohnya, ketika penglihatan kita mulai kabur karena katarak, kita rela menghabiskan uang untuk berobat. Bahkan jika ditawari uang miliaran rupiah untuk menukar mata kita yang sehat, tentu kita menolak. Artinya, rezeki berupa anggota tubuh yang berfungsi baik jauh lebih bernilai dari kekayaan dunia.

Demikian juga dengan telinga. Semua orang mungkin memiliki telinga, tetapi tidak semuanya berfungsi dengan baik. Banyak orang harus membeli alat bantu dengar dengan harga tinggi hanya agar bisa mendengar suara kembali. Ini menunjukkan bahwa nikmat pendengaran bukan hal sepele. Tapi justru karena kita terbiasa, kita sering lupa untuk mensyukurinya.

Yang menarik, kita cenderung mempermasalahkan hal-hal kecil seperti kekurangan sedikit dari gaji bulanan. Ketika gaji kita kurang seratus ribu rupiah, kita bisa merasa marah atau kecewa. Padahal, di saat yang sama kita sedang menikmati rezeki besar yang tidak kita sadari, seperti napas yang lancar, tubuh yang kuat, dan indera yang berfungsi sempurna.

Saat seseorang diberikan uang satu juta secara cuma-cuma, ia bisa menangis haru dan berterima kasih berkali-kali. Tapi, ia mungkin lupa bahwa ada nikmat jauh lebih besar yang ia terima setiap hari secara terus menerus tanpa ia minta. Di sinilah pentingnya menyadari bahwa rezeki Allah tidak hanya berupa materi.

Oleh karena itu, mari kita ubah cara pandang kita terhadap rezeki. Rezeki bukan hanya tentang uang dan benda. Tubuh yang sehat, kemampuan berpikir, tidur yang nyenyak, dan keluarga yang harmonis juga merupakan karunia luar biasa. Dan semua ini patut kita syukuri setiap saat.

Rasa syukur yang tulus tidak hanya diucapkan lewat lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata—seperti memperbanyak ibadah, menjauhi maksiat, dan memanfaatkan waktu dengan baik. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan tenteram, karena ia sadar bahwa nikmat Allah terlalu banyak untuk dihitung.

Maka, mulai sekarang, mari kita perkuat rasa syukur dalam hati kita. Bangun tidur dengan ucapan “Alhamdulillah,” jalani hari dengan penuh kesadaran akan nikmat yang mengelilingi kita, dan tutup hari dengan muhasabah. Dengan begitu, kita termasuk hamba yang pandai bersyukur, sebagaimana yang Allah cintai.

Semoga apa yang telah disampaikan ini membawa manfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peka dan bersyukur terhadap segala nikmat dari Allah SWT, baik yang besar maupun yang terlihat kecil. Wallahu a’lam.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Arti dan Makna Bersyukur

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan berbagai nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman gelap menuju kehidupan penuh cahaya iman dan Islam.

Kata “syukur” berasal dari bahasa Arab, yaitu syakara–yasykuru–syukran–tasyakkara, yang berarti memuji atau berterima kasih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. Makna ini juga mencakup kesadaran dan pengakuan bahwa setiap karunia adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya.

Dengan kata lain, bersyukur merupakan bentuk pengakuan secara spiritual bahwa setiap hal baik yang kita terima, sekecil apa pun itu, bersumber dari kemurahan dan kasih sayang Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang benar-benar bersyukur akan menyadari bahwa tidak ada satu pun nikmat yang ia miliki yang berasal dari dirinya sendiri semata, melainkan dari kehendak Allah.

Bersyukur berarti menerima setiap ketentuan Allah dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Tak peduli besar atau kecil, nikmat itu tetap kita terima sebagai kebaikan dari Allah. Karena pada dasarnya, di balik setiap kejadian yang Allah tetapkan, selalu ada hikmah yang bisa kita ambil, meski kadang tersembunyi.

Sebagai contoh, seseorang yang kehilangan kesempatan karena tertinggal pesawat pasti merasa kecewa. Namun, jika ternyata pesawat tersebut mengalami kecelakaan, maka ia akan menyadari bahwa dirinya diselamatkan Allah dari musibah besar. Rasa syukur pun akhirnya muncul, meski sebelumnya diselimuti rasa kecewa. Seharusnya, keyakinan terhadap kebaikan takdir Allah sudah ada sejak awal.

Allah SWT memerintahkan kita untuk bersyukur, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 152: “Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” Ini menunjukkan bahwa bersyukur adalah perintah yang jelas, dan pengingkaran terhadap nikmat merupakan larangan.

Dalam surat Ibrahim ayat 7, Allah juga berfirman: “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Ayat ini menjelaskan bahwa ada dua sikap yang bisa diambil manusia terhadap nikmat: bersyukur atau kufur. Dan setiap manusia pasti berada di salah satunya.

Karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa diri kita termasuk golongan yang bersyukur, bukan yang mengingkari nikmat. Bersyukur tidak hanya akan memperbesar nikmat yang telah ada, tetapi juga membawa keberkahan dan ketenangan dalam hidup.

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa rasa syukur terdiri atas tiga aspek utama. Pertama, syukur dengan hati, yakni dengan menyadari sepenuh hati bahwa setiap nikmat berasal dari Allah semata, bukan dari kekuatan kita sendiri.

Kedua, bersyukur melalui ucapan. Ini bisa diwujudkan dengan memuji Allah, seperti mengucap “Alhamdulillah”, atau menyampaikan rasa terima kasih kepada sesama manusia yang menjadi perantara nikmat tersebut. Ucapan syukur mencerminkan kesadaran dan penghormatan terhadap sumber nikmat.

Ketiga, adalah bersyukur melalui perbuatan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan nikmat yang diberikan untuk melakukan amal baik, menjalankan perintah Allah, serta menghindari perbuatan yang dilarang. Perbuatan syukur ini menjadi bukti konkret bahwa kita tidak hanya mengucap syukur di bibir, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan.

Oleh sebab itu, mari kita bangun kebiasaan untuk selalu bersyukur. Latih diri kita agar senantiasa sadar dan berterima kasih atas segala bentuk nikmat yang Allah titipkan, baik yang besar maupun yang tampak sepele. Bersyukur tidak hanya saat menerima hal menyenangkan, tapi juga saat diuji, karena di sanalah letak ketaatan sejati.

Yang tak kalah penting, luruskan niat dalam bersyukur. Jangan jadikan syukur sebagai alat untuk mengejar kenikmatan dunia semata, tapi niatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridha-Nya. Sebab, itulah tujuan tertinggi dari segala bentuk ibadah, termasuk rasa syukur.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga kita semua tergolong ke dalam hamba-hamba Allah yang senantiasa bersyukur, baik dalam hati, ucapan, maupun tindakan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Bentuk Syukur

Assalamualaikum wr wb

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan petunjuk-Nya yang tak pernah terputus, sehingga pada pagi hari yang penuh berkah ini kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani. Semoga pertemuan kita ini senantiasa dalam lindungan dan ridha-Nya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sosok yang telah membimbing umat manusia keluar dari kegelapan menuju jalan penuh cahaya dan ilmu. Semoga kelak kita semua termasuk ke dalam golongan yang memperoleh syafaat beliau di hari akhir. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Sering kali, kita tidak menyadari bahwa nikmat itu begitu banyak dan melekat dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari nikmat makan dan minum, kemampuan bernapas tanpa alat bantu, berjalan tanpa kesulitan, hingga gerakan ringan yang mungkin kita anggap sepele seperti mengangkat tangan—semuanya adalah karunia luar biasa.

Bayangkan saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan sakit. Untuk sekadar makan pun mereka kesulitan. Ada pula yang harus dibantu untuk berdiri, bahkan menggerakkan satu bagian tubuh saja memerlukan perjuangan. Maka dari itu, masih pantaskah kita lalai untuk bersyukur?

Allah SWT dengan tegas memerintahkan kita untuk bersyukur, sebagaimana yang tertulis dalam Surah Al-Baqarah ayat 152:

[arabOpen]فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ[arabClose]

Artinya: “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Lalu, bagaimana cara kita menunjukkan rasa syukur yang benar kepada Allah SWT? Setidaknya ada tiga bentuk utama dalam bersyukur:

Syukur dalam hati, yaitu dengan menyadari sepenuhnya bahwa setiap nikmat yang kita terima, sekecil apa pun itu, semata-mata berasal dari Allah SWT. Bukan karena kekuatan atau usaha kita sendiri.

Syukur melalui lisan, dengan mengucapkan kalimat pujian seperti “Alhamdulillah” setiap kali menerima nikmat. Kalimat ini menjadi bentuk pengakuan bahwa Allah-lah sumber segala kebaikan.

Syukur melalui perbuatan, menjaga dan menggunakan nikmat yang kita miliki untuk hal-hal yang diridhai Allah. Contohnya, jika diberi nikmat kesehatan, maka manfaatkanlah untuk beribadah, menolong sesama, dan menjauhi perbuatan maksiat. Karena pada akhirnya semua yang kita miliki hanyalah titipan yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak.

Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan yang lalai dan tidak mensyukuri nikmat, karena mengingkari nikmat adalah awal dari kerugian yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Jika ada kekurangan dalam penyampaian ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga apa yang telah disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pengingat agar kita selalu bersyukur dalam setiap keadaan.

Wassalamualaikum wr wb

6. Pentingnya Bersyukur

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala bentuk karunia dari Allah SWT yang kita rasakan dalam kehidupan ini sungguh tak terhitung jumlahnya. Bahkan dalam banyak keadaan, nikmat-nikmat itu diberikan tanpa kita minta. Mulai dari kesehatan, kemampuan berpikir, pancaindra yang berfungsi dengan baik, hingga nikmat terbesar berupa iman dan Islam.

Karena itulah, sebagai hamba-Nya, sudah sepantasnya kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala pemberian-Nya. Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya:

“Dan jika kamu mencoba menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl: 18)

Saudara-saudari seiman yang dirahmati Allah,

Secara etimologi, syukur dapat dimaknai sebagai bentuk penghargaan atau pujian atas kebaikan yang diterima dari pihak lain. Lawan dari syukur adalah kufur, yaitu mengingkari kebaikan yang telah diterima.

Dalam pandangan istilah agama, syukur adalah penggunaan setiap nikmat yang Allah anugerahkan—baik berupa pendengaran, penglihatan, akal, maupun anggota tubuh lainnya—dalam hal-hal yang diridhai oleh-Nya.

Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal bersyukur. Dalam sebuah riwayat, Bilal bin Rabah pernah bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis, padahal dosamu yang lalu dan akan datang telah diampuni oleh Allah?”

Rasulullah menjawab, “Tidakkah aku seharusnya menjadi hamba yang bersyukur?”

Kisah ini menggambarkan betapa dalam dan kuatnya rasa syukur Rasulullah SAW meski beliau telah dijamin ampunan dari Allah. Beliau tetap menunjukkan sikap rendah hati dan penghambaan yang tulus kepada Tuhannya.

Sikap ini juga ditegaskan oleh Umar bin Khattab RA, yang berkata, “Jika sabar dan syukur diibaratkan dua kendaraan, maka aku tidak peduli mana yang aku tunggangi.” Artinya, dalam kondisi apa pun—baik saat lapang maupun sempit—kita tetap dituntut untuk memiliki sikap bersyukur atau bersabar.

Demikianlah kultum singkat mengenai pentingnya bersyukur. Semoga kita semua mampu menjadi pribadi yang senantiasa mengingat dan menghargai nikmat Allah dalam setiap keadaan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

7. Selalu Bersyukur

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara-saudara Muslim yang dirahmati Allah,

Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita sebagai hamba Allah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan serta rasa syukur atas segala karunia-Nya. Allah SWT telah melimpahkan begitu banyak nikmat kepada kita, hingga tak terhitung jumlahnya.

Perlu kita renungi, bahwa nikmat itu tidak hanya berwujud materi. Kesehatan, waktu luang, iman, dan Islam adalah bentuk nikmat luar biasa yang nilainya jauh lebih tinggi dari sekadar harta duniawi.

Bayangkan saja, apa artinya kekayaan melimpah jika tubuh kita sakit-sakitan dan tak bisa menikmati kehidupan? Apa gunanya jabatan tinggi jika hati tak pernah merasakan ketenangan?

Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa hidup ini sepenuhnya berada dalam kuasa Allah SWT, Sang Pemilik alam semesta dan Pengatur segala urusan.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Di zaman yang serba modern ini, kita menghadapi tantangan berupa gaya hidup hedonis. Paham ini mengajarkan bahwa kesenangan duniawi adalah tujuan utama kehidupan, dan penderitaan sebisa mungkin harus dihindari.

Akibatnya, banyak manusia yang berlomba mengejar kenikmatan materi semata, bahkan tak segan menabrak aturan agama demi meraih kekayaan. Mereka tak peduli lagi soal halal dan haram, yang penting harta melimpah dan kebahagiaan dunia tercapai.

Kita juga melihat fenomena di mana orang lebih mengutamakan banyaknya harta dibanding keberkahannya. Hidup dipandang seperti hitungan matematika: satu tambah satu sama dengan dua. Padahal, dalam realitas kehidupan, rezeki tidak selalu sejalan dengan logika tersebut.

Bisa saja satu ditambah satu menjadi sebelas, atau bahkan menjadi nol. Ada yang menggelontorkan modal besar tapi tak mendapatkan hasil yang diharapkan, namun ada juga yang dengan usaha sederhana justru rezekinya mengalir tanpa henti. Inilah misteri rezeki yang hanya diketahui oleh Allah SWT.

Tak jarang pula kita melihat orang bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan mengorbankan ibadah wajib seperti shalat, namun kehidupannya tetap sulit. Sebaliknya, ada yang menjalani hidup dengan seimbang, tetap menjaga kewajiban kepada Allah, namun mendapatkan rezeki yang cukup dan penuh keberkahan.

Hal ini mengajarkan kita bahwa rezeki tidak akan pernah tertukar. Setiap orang telah ditetapkan bagian rezekinya masing-masing oleh Allah SWT. Tugas kita hanyalah berusaha dengan cara yang baik dan tetap berdoa, sambil yakin bahwa Allah Maha Mengetahui siapa yang layak menerima rezeki dan dalam kadar berapa.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 37:

"Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas."

Penutup

Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk selalu bersyukur atas apa pun yang telah diberikan oleh Allah SWT. Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-Nya yang pandai bersyukur dan menerima segala ketetapan-Nya dengan lapang dada.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

8. Bersyukur bentuk Penghambaan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,Saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa dan bersyukur.

Jamaah Jumat yang berbahagia,Salah satu sikap utama yang sangat ditekankan dalam Islam adalah bersyukur. Syukur bukan sekadar ucapan "Alhamdulillah", tetapi juga mencakup pengakuan dalam hati, ungkapan dengan lisan, dan perbuatan nyata melalui amal kebaikan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7:

[arabOpen]وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ[arabClose]

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'"

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa bersyukur adalah sebab ditambahkannya nikmat, sedangkan kufur nikmat akan mengundang azab Allah yang pedih.

Bersyukur juga merupakan tanda penghambaan sejati kepada Allah SWT. Dalam banyak kisah para nabi, kita mendapati bahwa mereka semua adalah hamba-hamba yang senantiasa bersyukur, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun.

Nabi Muhammad SAW sendiri, walaupun sudah dijamin ampunan oleh Allah, tetap menunaikan shalat malam hingga kakinya bengkak. Ketika ditanya oleh Aisyah RA tentang hal tersebut, beliau menjawab:

"Afala akunu ‘abdan syakura?"

"Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?"

Allahu Akbar, betapa besar keinginan Rasulullah untuk menjadi pribadi yang bersyukur, meskipun beliau telah dijamin surga.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

9. Manfaat Bersyukur

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya kita dapat berkumpul di tempat yang Insyaallah mulia ini.

Kedua kalinya tak lupa shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah seperti yang sekarang ini.

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kultum tentang Bersyukur. Syukur yang sebagaimana telah dijabarkan oleh Ibnu Qayyim: Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat.

Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT harus selalu senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT baik itu berupa nikmat yang kecil maupun nikmat yang besar.

Tanpa kita sadari setiap harinya kita selalu menerima nikmat dari Allah SWT seperti nikmat berupa nikmat islam, nikmat kesehatan, dan nikmat kita telah diberikan anggota tubuh yang lengkap dan sempurna seperti yang dijelaskan dalam Surat An Nahl ayat 78, yang artinya:

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur."

Adapun cara agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT adalah seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut:

"Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu." (HR Bukhari dan Muslim).

Selain itu Syukur juga memiliki berbagai macam manfaat yaitu:

- Kita dapat dijauhkan dari azab Allah SWT- Dengan bersyukur Allah SWT dapat memberikan ridhonya kepada kita- Dengan bersyukur kita dapat mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Kesimpulan dari kultum ini adalah syukur merupakan suatu bentuk ibadah dan sekaligus bentuk ketaatan kita atas perintah Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

10. Kultum Tentang Bersyukur

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tak terhitung nikmat yang telah diberikan kepada kita—begitu banyak hingga sering kali tak kita sadari keberadaannya, bahkan terkadang kita abaikan.

Saudaraku yang dirahmati Allah, coba kita luangkan waktu sejenak untuk merenung. Pernahkah kita menghitung berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sepanjang hidup? Apakah ratusan, ribuan, atau bahkan tak terhingga? Pada kenyataannya, mustahil bagi kita untuk mengkalkulasinya secara pasti. Dalam satu menit saja, begitu banyak nikmat besar yang kita rasakan—mulai dari napas yang lancar, tubuh yang sehat, hingga nikmat iman dan Islam yang tak ternilai harganya.

Hari ini, kita masih bisa berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat, duduk nyaman bersama keluarga atau saudara seiman, melihat dunia dengan jelas, mendengar suara dengan baik, serta masih memiliki rezeki untuk memenuhi kebutuhan esok hari. Semua itu adalah bagian dari nikmat Allah yang mengalir tiada henti. Oleh karena itu, sudah semestinya kita sebagai hamba-Nya menunjukkan rasa syukur atas segala anugerah tersebut.

Lalu, seperti apa wujud rasa syukur yang sejati? Tak hanya dengan mengucapkan Alhamdulillah, bersyukur juga berarti menggunakan nikmat yang diberikan Allah SWT untuk tujuan-tujuan kebaikan. Contohnya, apabila kita memiliki penglihatan yang sehat, maka gunakanlah untuk membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, atau menyaksikan keindahan ciptaan-Nya, bukan sebaliknya.

Jemaah yang dimuliakan Allah, mari kita menjadi hamba-hamba yang senantiasa bersyukur. Dengan mempergunakan setiap nikmat yang kita miliki dalam kebaikan, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita, sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur’an. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang pandai bersyukur. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Topik Menarik