Pengakuan Langka PM Sharif: India Merudal Pangkalan Udara Nur Khan Pakistan

Pengakuan Langka PM Sharif: India Merudal Pangkalan Udara Nur Khan Pakistan

Global | sindonews | Minggu, 18 Mei 2025 - 07:04
share

Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif dalam pengakuan publik yang langka mengonfirmasi rudal balistik India menghantam Pangkalan Udara Nur Khan dan target lain di dalam Pakistan pada dini hari tanggal 10 Mei.

Berbicara pada sebuah upacara di Islamabad, Sharif menceritakan panggilan telepon pukul 02.30 dari Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Syed Asim Munir, memberitahunya tentang serangan rudal yang diluncurkan oleh India.

"Pada malam antara tanggal 9-10 Mei, sekitar pukul 02.30 dini hari, Jenderal Asif Munir menelepon saya melalui telepon yang aman dan memberi tahu saya bahwa India telah meluncurkan rudal balistiknya. Satu rudal telah mendarat di Pangkalan Udara Nur Khan dan beberapa di daerah lain," kata PM Sharif dalam pidato publiknya, kemarin, yang dilansir NDTV, Minggu (18/5/2025).

Pangkalan Udara Nur Khan, yang terletak di antara Rawalpindi dan Islamabad, merupakan fasilitas militer strategis yang telah lama menjadi pusat operasi udara Pakistan. Sebelumnya dikenal sebagai Pangkalan Udara Chaklala, pangkalan ini juga menjadi sasaran pasukan India selama perang India-Pakistan tahun 1971.

Cuplikan pidato PM Sharif juga dibagikan seorang politisi India.

"PM Pakistan Shehbaz Sharif sendiri mengakui bahwa Jenderal Asim Munir meneleponnya pada pukul 02.30 pagi untuk memberi tahu bahwa India telah mengebom Pangkalan Udara Nur Khan dan beberapa lokasi lainnya. Renungkanlah—Perdana Menteri terbangun di tengah malam dengan berita tentang serangan di dalam wilayah Pakistan. Ini menunjukkan skala, ketepatan, dan keberanian #OperasiSindoor," tulis juru bicara Bharatiya Janata Party (BJP) Amit Malviya di X, sambil membagikan video pidato PM Pakistan.

Serangan India dilakukan di bawah Operasi Sindoor, aksi militer yang diluncurkan pada 7 Mei sebagai tanggapan atas serangan teror Pahalgam (wilayah Kashmir yang dikontrol India) pada 22 April yang menewaskan 26 turis Hindu.

Menurut sumber pemerintah India, sekitar 100 "teroris" yang berafiliasi dengan kelompok militan seperti Jaish-e-Mohammed, Lashkar-e-Taiba, dan Hizbul Mujahideen berhasil dibasmi selama operasi ini.

Kampanye pengeboman tersebut melibatkan Angkatan Udara India (IAF), Angkatan Darat India, dan Angkatan Laut yang bekerja sama untuk menyerang infrastruktur teror dan instalasi militer strategis di seluruh Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan. Sasarannya termasuk lapangan udara, stasiun radar, dan pusat komunikasi di sedikitnya 11 lokasi yang diketahui.

Di antara target pertama yang diserang pada dini hari tanggal 10 Mei adalah pangkalan PAF di Chaklala (Nur Khan) dan Sargodha. Citra satelit kemudian mengonfirmasi dampak di Jacobabad, Bholari, dan Skardu.

Setelah serangan tersebut, Pakistan terlibat dalam tembakan artileri balasan melintasi Garis Kontrol (LoC) dan melancarkan beberapa serangan pesawat nirawak dan rudal terhadap infrastruktur militer India di Jammu dan Kashmir serta sebagian Punjab dan Gujarat. Hal ini memicu serangan India lebih lanjut terhadap radar dan infrastruktur logistik Pakistan.

Intelijen India menyadap komunikasi siaga tinggi dalam jaringan militer Pakistan tak lama setelah gelombang pertama serangan India. Analis yakin Pakistan bersiap menghadapi potensi penargetan simpul komando dan kontrol nuklir. Kantor Divisi Rencana Strategis di Rawalpindi dilaporkan dalam keadaan siaga maksimum.

Di tengah kekhawatiran eskalasi, Pakistan dilaporkan meminta intervensi Amerika Serikat.

Menurut sumber pemerintah India, Amerika Serikat menyarankan pihak Pakistan untuk segera memulai kontak dengan India melalui hotline militer resmi. Pada sore hari tanggal 10 Mei, Direktur Jenderal Operasi Militer Pakistan (DGMO) Mayor Jenderal Kashif Abdullah menghubungi koleganya dari India, Letnan Jenderal Rajiv Ghai.

Panggilan telepon tersebut, yang dilakukan pada pukul 15.35 IST, dikonfirmasi kemudian hari itu oleh Menteri Luar Negeri India Vikram Misri.

Setelah komunikasi melalui hotline, India dan Pakistan sepakat untuk menghentikan semua operasi militer darat, udara, dan laut yang berlaku mulai malam tanggal 10 Mei. Meskipun demikian, sistem radar India melacak dan mencegat beberapa pesawat tanpa awak Pakistan di atas Jammu dan Kashmir serta Gujarat barat beberapa jam kemudian.

Misri menuduh Pakistan melanggar perjanjian gencatan senjata, dengan menyatakan bahwa angkatan bersenjata India telah mengambil "tanggapan yang tepat dan proporsional" dan siap menghadapi eskalasi lebih lanjut.

India juga menegaskan kembali bahwa penangguhan Perjanjian Perairan Indus, yang diumumkan sebagai tanggapan atas serangan 22 April, tetap berlaku dan tidak akan dibatalkan meskipun ada gencatan senjata.

Topik Menarik